Sunday, August 9, 2020

KEBANGKITAN KAUM KIRI --- SEBUAH AGAMA BARU

 

BRENT STIRTON / GETTY IMAGES

 

 

KEBANGKITAN KAUM KIRI --- SEBUAH AGAMA BARU.

IA DATANG UNTUK MEMPERTOBATKAN ANDA.

 

 Jika Anda tidak menyadarinya, sebuah agama fundamentalis baru telah lahir di jalanan Amerika.

Itu adalah agama Kebangkitan.

 https://www.lifesitenews.com/opinion/leftist-wokeness-is-a-new-religion-and-its-coming-to-convert-you

 

 Mon Aug 3, 2020 - 7:35 pm EST

 

By William Kilpatrick

 

3 Agustus 2020 (Turning Point Project) - Seandainya Anda tidak menyadarinya, sebuah agama fundamentalis baru telah lahir di jalanan Amerika. Itu adalah ‘agama Kebangkitan’ - agama orang yang percaya bahwa mereka telah diberi wahyu khusus tentang sifat masyarakat. Mereka telah menemukan bahwa masyarakat Amerika sangat rasis dan heteronormatif dan, oleh karena itu, harus dihancurkan.

 

Mereka buta tapi sekarang mereka bisa melihat. Mereka tertidur tapi sekarang mereka sudah bangun. Dan mereka berpikir Anda harus terbangun juga - bahkan jika itu membutuhkan pendudukan yang kejam di jalan-jalan kota dan alun-alun untuk membangunkan Anda pada kebenaran agama mereka.

 

Seperti yang saya katakan, itu adalah agama fundamentalis. Agama orang-orang yang terbangun itu bersifat sempit, puritan, dan benar (menurut mereka). Mereka yang tidak mengikuti katekismusnya – yang berisi segala macam bidaah - segera dikeluarkan atau "dibatalkan". Seperti agama fundamentalis lainnya, agama baru ini tidak mengacu pada alasan dan nalar, tetapi pada emosi. Bukti keyakinan seseorang ditunjukkan oleh pengulangan slogan-slogan yang tidak masuk akal dan dengan demonstrasi komitmen yang penuh semangat.

 

Anehnya - atau mungkin tidak begitu aneh – orang-orang yang terbangun itu tidak menyembah Yang Mahatinggi. Mereka tidak memandang Tuhan, tetapi Negara, bagi jawaban atas masalah hidup mereka. Tanah Perjanjian tidak ada di surga, tapi di sini, di bumi. Dan itu bisa dicapai begitu orang yang ‘terbangun’ itu mengambil kendali pemerintahan. Kedengarannya akrab dan benar? Itu harus. ‘Agama Kebangkitan’ sebenarnya bukanlah agama baru. Ini hanyalah satu lagi pengulangan dari agama lama - agama humanisme. Asumsi dasar dari agama ini adalah bahwa tidak ada yang lebih tinggi dari manusia dan institusi yang diciptakannya. Meskipun namanya terdengar menyenangkan, agama-agama "humanistik" ini secara teratur berakhir dengan melakukan pengorbanan manusia dalam berbagai jenisnya. Kebaikan individu dikorbankan demi kebutuhan negara. Bayi-bayi yang belum lahir dikorbankan demi "kualitas hidup." Dan para pembangkang dari kalimat kredo resmi mereka, dibasmi begitu saja.

 

Diketahui bahwa kaum idealis dan humaniter awalnya tertarik pada gerakan seperti Nazisme dan komunisme karena janji humanistik mereka. Memang, platform Partai Nazi pada tahun 1934 dalam banyak hal merupakan dokumen "progresif" yang menjanjikan kesejahteraan buaian sampai liang kubur bagi semua warga negara Jerman.

 

Apa yang kurang terkenal adalah bahwa baik Nazisme dan komunisme, pada dasarnya, adalah gerakan keagamaan yang berusaha menggantikan penyembahan kepada Tuhan dengan pengabdian kepada pemimpin - Hitler, dalam kasus Nazi Jerman, dan Lenin dan Stalin dalam kasus Soviet, komunisme. Bahkan saat ini, warga Korea Utara diharapkan untuk memperlakukan "Pemimpin yang Terhormat" mereka sendiri sebagai dewa, dan di beberapa kota di Cina, orang Kristen dipaksa untuk mengganti simbol-simbol kristiani dengan potret Ketua Mao Zedong dan Presiden Xi Jinping.

 

***

Umat kristiani di Cina diharuskan menyembah CCP (Partai Komunis Cina)

https://www.churchmilitant.com/news/article/chinese-christians-told-to-replace-christ-with-mao-or-lose-government-support

Cina menghapus simbol-simbol Kristen dari rumah warga sebagai syarat untuk mendapat bantuan pemerintah

https://www.lifesitenews.com/news/china-removes-christian-symbols-from-citizens-homes-as-a-condition-of-govt-aid

***

 

Dorongan religius dibangun di dalam kodrat manusia, dan jika tidak diarahkan kepada Tuhan, ia akan diarahkan kepada pengganti Tuhan, yang sangat tidak layak. Dan dalam prosesnya, Tuhan sendiri bisa menjadi musuh.

 

Maka tidak mengherankan jika umat beriman yang terbangun, seperti rekan komunis mereka, cenderung bersikap anti-Kristen, anti-Semit, dan anti-Tuhan. Mereka telah memecahkan jendela-jendela kaca hias Gereja, merobohkan patung-patung orang kudus, dan merusak puluhan gereja dan sinagog. Permusuhan terhadap agama adalah ciri khas gerakan kiri dan agama Kebangkitan tidak lain adalah sebuah gerakan kiri. ‘Pengawal Merah’ gerakan ini adalah Black Lives Matter dan Antifa, yang keduanya adalah kelompok Marxis yang diakui.

 

Manifestasi yang paling terlihat dari agama Kebangkitan adalah para perusuh berbaju hitam yang merobohkan patung-patung dan membakar bangunan umum. Tetapi ‘Gereja Kebangkitan’ ini adalah jauh lebih besar dari itu. Anggotanya termasuk kalangan politisi, pemegang kekuasaan kantor lokal dan federal, serikat guru, profesor, pembawa berita televisi, selebriti, profesional muda dan CEO paruh baya. Selain itu, ‘Gereja Kebangkitan’ ini juga terlibat dalam evangelisasi tanpa henti. Seperti yang diamati dan ditulis Robby Starbuck dalam artikel Federalis baru-baru ini:

 

Para penginjil [Gereja Kiri] ada di mana-mana, upaya mereka menembus semua aspek kehidupan: acara televisi, situs web, media sosial, halaman-halaman pengarah dari bank konsumen, iklan perusahaan. Hampir tidak ada satu produk, aplikasi, atau promosi akhir-akhir ini yang tersaji tanpa khotbah gratisan dari kaum kiri.

 

Apalagi:

 

Gereja Kiri ... telah membentuk pasukan pengajar misionaris yang sejati untuk mengubah anak-anak menjadi berkeyakinan radikal.

 

Apa pun sebutannya – Gereja Kebangkitan atau Gereja Kiri – nampaknya sebuah iman baru yang tumbuh dengan pesat. ‘Wokeisme’ (paham kebangkitan) sekarang adalah keyakinan mapan dari budaya mapan. Karena jumlah mereka yang mengaku sebagai orang Kristen sejati terus menurun, maka jumlah orang kristiani yang ikut dalam ‘gereja kebangkitan’ terus meningkat.

 

Yang menimbulkan pertanyaan. Bagaimana tanggapan kepemimpinan Katolik terhadap kebangkitan agama baru ini? Agama Kebangkitan tidak hanya menarik jiwa-jiwa menjauh dari agama Kristen, tetapi dalam banyak hal, secara diametris bertentangan dengan iman Kristen. Misalnya, Black Lives Matter, yang merupakan anggota aliansi Kebangkitan, sangat mendukung aborsi dan agenda LGBT sambil berupaya membongkar struktur keluarga tradisional.

 

Seperti ‘agama’ kiri lainnya, agama Kebangkitan adalah agama pemberontakan. Apapun keluhan langsung mereka, keluhan utama dari orang yang terbangun atau bangkit, adalah melawan Tuhan dan tatanan yang Dia ciptakan. Dalam kasus Black Lives Matter yang mendukung LGBT, pemberontakan itu bertentangan dengan institusi pernikahan yang ditetapkan Tuhan sebagai antara satu pria dan satu wanita - institusi yang didirikan Tuhan ‘dari sejak awal penciptaan.’ (Mrk 10: 6) .

 

Orang akan berpikir bahwa USCCB (Dewan Gereja Katolik Amerika Serikat) seharusnya mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa seorang Katolik tidak boleh secara sukarela dan dengan hati nurani yang baik untuk bergabung dengan BLM atau mendukung mereka. Beberapa uskup dan imam telah menegaskan hal itu, tetapi sebagian besar tampak puas dengan duduk manis, menunggu untuk melihat bagaimana The New York Times menangani masalah tersebut. Sementara itu, beberapa imam AS telah ditegur atau diskors oleh uskup mereka karena berani mengkritik organisasi BLM.

 

Selain itu, hierarki Gereja memiliki masalah yang lebih mendesak untuk dikhawatirkan. Mereka tidak bisa diharapkan untuk menggunakan otak mereka untuk berpikir tentang kemungkinan kehancuran masyarakat Amerika oleh komunis, ketika para hierarki itu masih benar-benar percaya bahwa nasib hubungan kita dengan ‘Ibu Pertiwi’ dipertaruhkan. Mereka masih percaya bahwa kekacauan dan kerusakan alam adalah karena dosa manusia terhadap lingkungan, bukan terhadap Tuhan.

 

Di bawah kepemimpinan Uskup Agung Vincenzo Paglia (pelindung bumi yang terkenal), Akademi Kepausan untuk Kehidupan telah mengeluarkan dokumen yang mengklaim bahwa pandemi Covid-19 adalah hukuman untuk "perusakan bumi." Dengan kata lain, untuk dosa terhadap lingkungan.

 

Rasanya aneh untuk berfokus pada lingkungan hutan hujan dan padang rumput ketika lingkungan Chicago, Minneapolis, Portland, dan Seattle sedang terbakar. Tapi ada preseden bagus untuk kepedulian Akademi itu terhadap "Ibu Pertiwi", karena paus Francis membuat penekanan yang sama beberapa bulan lalu. Dia berspekulasi bahwa pandemi virus corona adalah "alam yang membuat ulah" sebagai tanggapan atas dosa ekologis manusia.

 

Baru-baru ini, Catholic Campaign for Human Development (CCHD), badan anti-kemiskinan USCCB, mengumumkan hibah $ 500.000 kepada Direct Action & Research Training Center (DART) untuk memerangi perubahan iklim. Menurut Uskup David O'Connell dari Los Angeles, “efek perubahan iklim menghancurkan komunitas miskin di seluruh negeri.”

 

Ya, begitu permukaan laut pada akhirnya naik membanjiri Pantai Miami dan seluruh pesisir Atlantik lainnya, niscaya hal itu akan berdampak buruk pada orang miskin, orang kaya, dan semua orang di antaranya.

 

Namun sementara itu, ada jenis perubahan iklim berbeda yang telah menghancurkan komunitas miskin di ratusan kota, dan baik para uskup maupun Vatikan tidak banyak bicara tentang hal itu.

 

Di kota-kota di seluruh negeri, suhu melonjak ketika pasukan dari ‘Gereja Militan Kebangkitan’ (baca: BELUM dan Antifa) merangsek maju dan membakar banyak gedung dan blok yang penuh dengan bisnis. Dan seiring bisnis terbakar menjadi asap, begitu pula peluang orang miskin untuk keluar dari kemiskinan. Apalagi, ketika masa-masa sulit di kota, kelas menengah dan menengah-atas cenderung pindah tempat, membuat orang miskin terlantar di perkotaan dengan basis pendapatan yang menyusut. Jadi, mungkin sudah waktunya bagi para uskup untuk keluar dari ‘awan perubahan iklim’ dan melihat-lihat kerusakan yang telah dilakukan oleh ‘Pejuang Keadilan Sosial instan’ (baca: BLM & Antifa  – dimana banyak di antaranya didukung oleh para uskup) terhadap orang miskin.

 

Ada satu ironi terakhir yang perlu diperhatikan. Sejak awal kepausannya, paus Francis telah menyimpan kritik paling kerasnya untuk kaum fundamentalis agama. Dia tidak pernah berhenti memarahi mereka karena "kekakuan", "kesempitan pikiran", dan "intoleransi" mereka. Kaum “fundamentalis” yang terutama dia maksudkan disini adalah para penganut Katolik tradisional, meski dia mengakui bahwa tipe orang seperti ini dapat ditemukan di setiap agama.

 

Jadi, bukankah seharusnya dia mempermasalahkan ‘agama kebangkitan’ ini? Bagaimanapun, ini adalah keyakinan paling fundamentalis di planet ini. Pesaing terdekatnya dalam hal ini adalah kelompok tertentu, tetapi keunggulan harus diberikan kepada ‘agama Kebangkitan.’ Jika Anda tidak segera berubah menjadi waria penuh, sesuai dengan keinginan dari ‘agama Kebangkitan,’ Anda akan diperiksa, dan jika terbukti bersalah, anggota jemaatnya ‘yang saleh’ akan berusaha menghancurkan hidup Anda, dan jika mungkin, kehidupan pasangan dan anak-anak Anda.

 

Tetapi kaum Kebangkitan tidak boleh dibandingkan dengan orang Kristen fundamentalis. Jika Anda melakukannya, akan menjadi ketidakadilan yang parah. Orang Kristen fundamentalis adalah orang Kristen, dan itu membuat godaan untuk menjadi terlalu kaku. Namun, karena mereka tidak percaya pada Hakim Tertinggi, tidak ada pemeriksaan semacam itu di dalam agama Kebangkitan. Mereka dapat dengan tepat dibandingkan bukan dengan Kristen fundamentalis, tetapi dengan Jacobin selama Pemerintahan Teror, atau Pengawal Merah selama Revolusi Kebudayaan Mao.

 

Jika paus Francis benar-benar ingin membuat dunia aman dari kaum fundamentalis, dia harus melihat lebih dekat pada agama Kebangkitan ini. Dia akan menemukan banyak hal yang seharusnya mengganggunya.

 

Dia, paus Francis, misalnya, adalah penggemar dialog yang hebat. Dia melihatnya sebagai solusi untuk setiap masalah. Tapi, seperti yang Anda ketahui, orang-orang ‘Kebangkitan’ tidak ingin berdialog. Mereka ingin dirinya saja yang berbicara banyak, dan mereka ingin Anda tutup mulut. Seperti halnya Nazi dalam film Hollywood "memiliki cara untuk membuat Anda berbicara." Agama Kebangkitan memiliki cara untuk membungkam Anda. Dan, sebagaimana survei terbaru menunjukkan bahwa mereka sangat sukses.

 

Survei, yang dirilis oleh YouGov dan Cato Institute mengungkapkan bahwa enam puluh dua persen responden menemukan bahwa "iklim politik saat ini mencegah mereka mengatakan hal-hal yang mereka yakini, karena orang lain mungkin menganggapnya menyinggung." Hampir sepertiga khawatir bahwa mengatakan hal yang "salah" bisa membuat mereka dipecat. Satu-satunya kategori orang di mana mayoritas merasa bebas untuk mengekspresikan diri mereka adalah "kaum liberal yang kuat," yaitu agama ‘Kebangkitan.’

 

Jika Paus Francis setia pada prinsip-prinsipnya, dia harus mengambil tanggung jawab pada ‘Gereja Kebangkitan’ karena pandangannya yang tidak memiliki nuansa apa pun tentang dunia. Mungkin saat ini paus Francis sedang menulis Ensiklik untuk membantu umat Katolik lebih memahami bahaya agama baru ini. Tapi jangan berharap itu akan terjadi.

 

Published with permission from the Turning Point Project.

 

*****

 

LDM – Kutipan Nubuatan Tentang Doktrin Dan Ideologi Palsu

Enoch, 3 Agustus 2020

LDM – Kutipan Nubuatan Tentang Kelaparan Global

LDM – Kutipan Nubuat Tentang Sisa Gereja

Suster Lucia (Fatima): Tanpa Konsekrasi Rusia

Demam Komunisme Di Amerika

Kematian Komunisme: Hanya Tipu Muslihat

 

 

 

No comments:

Post a Comment