Friday, July 31, 2015

Bergaul dengan setan

Bergaul dengan setan


Haruskah Gereja bekerja sama dengan dunia?

by Michael Lofton  •   July 15, 2015   
Dalam Gereja saat ini ada banyak pemimpin yang percaya bahwa adalah perlu untuk berkolaborasi dengan dunia untuk mewujudkan peradaban yang lebih baik. Ada banyak contoh tentang hal ini, tetapi salah satu contoh terbaru adalah penunjukkan oleh Vatikan kepada Profesor Hans Joachim Schellnhuber, seorang atheis, untuk bergabung dalam sebuah lembaga kepausan, the Pontifical Academy of Sciences. Penunjukkan seperti ini menimbulkan banyak kekhawatiran: Apakah itu ide yang baik bagi Gereja untuk bekerjasama dengan dunia dalam rangka untuk melakukan kebaikan? Untuk menjawab pertanyaan ini, penting sekali untuk menentukan sifat dunia ini dan apa yang dikatakan oleh Alkitab  tentang kerja sama dengan orang-orang dunia ini.
Sifat dunia ini
Apakah kita semua yang adalah anak-anak Allah, yang akan berusaha untuk menciptakan peradaban yang lebih besar, hingga kita harus bersatu dalam upaya kita bagi satu tujuan ini? Menurut sabda Allah, tidak semua orang adalah anak-anak Allah. Kitab Suci mengajarkan bahwa ada dua jenis orang di dunia ini: mereka yang ada di dalam Kristus dan mereka yang merupakan bagian dari dunia ini. Yang pertama disebut "anak-anak Allah" sedangkan yang kedua adalah "anak-anak Iblis" (1 Yohanes 3:10).
Relasi Gereja dengan dunia
Kitab Suci juga sangat jelas berbicara tentang hubungan Gereja dengan dunia:
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. (2 Corinthians 6:14–16)
Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka. (Ephesians 5:5–7)

Dari kutipan Kitab Suci ini nyatalah bahwa ada dua kelompok manusia yang sedang berperang satu sama lain. Tidak ada alasan teologis apapun yang dapat mengubah fakta ini atau fakta bahwa Allah memerintahkan kita untuk tidak menjadi mitra dengan dunia. Sebaliknya, Dia memerintahkan kita untuk mengubah dunia (Matius 28: 16-20). Sayangnya, sementara mengabaikan perintah Allah, banyak dari para pemimpin kita berpura-pura mengira bahwa dunia tidak membutuhkan pertobatan dan bahkan mereka masuk ke dalam kemitraan yang berdosa dengan dunia.
Hanya ada tiga opsi
Dengan mengingat ayat-ayat ini, maka para pemimpin Gereja yang mendukung kebijakan modern untuk bergaul dengan dunia, termasuk pada satu dari tiga hal berikut :
  1. Semua orang di dunia telah bertobat kepada Gereja dan sekarang menjadi anak Allah;
  2. Para pemimpin Gereja itu bertindak sedemikian rupa hingga mereka tidak taat kepada perintah-perintah Allah; atau
  3. Para pemimpin Gereja itu tidak percaya akan Firman Allah dalam hal ini.
Dari kenyataan yang ada, jelaslah bahwa opsi pertama tidak terjadi. Opsi ketiga mungkin saja terjadi pada beberapa pemimpin dalam Gereja, tetapi sulit untuk percaya bahwa ini adalah kasus yang terjadi pada semua pemimpin dalam Gereja. Opsi kedua tampaknya yang paling mungkin, yang berarti banyak pemimpin kita yang tidak taat kepada Allah.
Akibatnya
Dalam Kitab Imamat, Tuhan mengatakan kepada bangsa Israel, "Kamu harus menjadi kudus bagiKu, karena Aku, TUHAN, adalah Kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa untuk menjadi milikKu." Jika bangsa Israel dipanggil untuk dipisahkan dari bangsa-bangsa lain, berapa banyak lagi adalah Israel baru yang dipanggil untuk terpisah dari bangsa-bangsa lain? Tapi, seperti bangsa Israel yang sering "played the harlot" dengan berusaha menjadi seperti bangsa-bangsa di sekitar mereka, hingga mengundang murka Allah atas diri mereka sendiri, maka banyak pemimpin Gereja kita saat ini juga " played the harlot" dengan negara-negara (duniawi) dengan mencoba bekerja sama dengan anak-anak Iblis untuk membawa peradaban yang lebih besar. Jika mereka (para pemimpin Gereja) tetap bertahan didalam jalan ini, maka mereka akhirnya akan mendatangkan murka Allah pada kita semua.
Ya Allah, tolonglah kami ! Pertobatkanlah para pemimpin kami!
Michael Lofton is a contributor to ChurchMilitant.com
He is also the author of the website www.consolamini.org

No comments:

Post a Comment