dua minggu lagi menjelang
Sinode
Berikut ini adalah sebuah perenungan yang layak
dipertimbangkan secara mendalam. Ini adalah sebuah pemikiran dimana banyak dari
mereka yang menganggap bahwa ‘tidak ada krisis yang nyata didalam Gereja’ harus
banyak merenung.
Hanya dalam waktu dua minggu lagi, Gereja militan dan
ratusan media lainnya akan turun ke Roma dan melaporkan tentang para uskup, uskup agung serta kardinal dari
Gereja Katolik yang akan menyaksikan dan melakukan tindakan penistaan dan pencemaran
terhadap Ajaran Gereja untuk diberkati oleh Gereja. Ini adalah fakta yang mutlak
ada.
Banyak dari para
klerus ini telah memelintir dan memelesetkan teologi mereka sedemikian rupa hingga
sekarang mereka berusaha untuk menggulingkan pemahaman, ajaran dan disiplin Gereja
yang telah berdiri tegak selama berabad-abad ini dan mendorong pemberian Komuni
Kudus kepada mereka yang hidup dalam keadaan perzinahan. Mereka telah
menghasilkan rasionalisasi yang sangat luar biasa untuk membenarkan posisi
mereka. Mereka mengklaim bahwa semua ini adalah berhubungan dengan tindakan
belas kasih tanpa memberitahu anda bahwa itu adalah belas kasih yang palsu.
Karena belas kasih haruslah
diterima agar bisa memiliki efek penyembuhan yang layak. Dan belas kasih itu
hanya bisa diterima oleh mereka yang bersedia mengakui dosa mereka dan mengubah
hidup mereka.
Adalah bohong belaka jika
memberikan tindakan belas kasih kepada orang yang tidak bertobat. Bahkan lebih bohong
lagi – jika tindakan setan itu, untuk menyarankan kepada mereka yang berada dalam
keadaan dosa bahwa mereka tidak perlu
bertobat atau mengubah hidup mereka. Namun keadaan inilah yang sedang
dilakukan oleh para uskup, uskup agung serta kardinal itu. Hal ini didukung bukan saja
oleh uskup-uskup itu secara pribadi tetapi juga oleh seluruh konferensi para
uskup dari seluruh negara. Maka semua mata tertuju kepada negara Jerman dan
konferensi para uskup dari tanah pemberontak itu, dan akan menjadi suatu
kesalahan pula jika kita berpikir bahwa ini hanya sebagai buah pikiran Jerman
sendiri.
Dan disini, di
Selandia Baru, konferensi para uskup setempat telah semakin memperjelas bahwa merekapun
mendukung tindakan kekejian ini. Ketika delegasi dari negeri Kiwi tiba di Roma,
mereka memiliki kardinal John Dew yang membawa serta bersamanya uskup-uskup
lainnya yang ingin menyaksikan penistaan Ajaran Gereja itu disahkan. Para uskup
di Selandia Baru dengan sangat jelas, dalam pertemuan pribadi, dalam konferensi
maupun dalam wawancara pers, menyatakan bahwa mereka mendukung pemberian Komuni
Kudus bagi pasangan yang bercerai dan menikah lagi secara sipil.
Dan tentu saja mereka
pasti tidak akan sendirian ketika mereka pergi ke Roma dalam dua minggu ini.
Uskup dan kardinal dari seluruh dunia ada bersama mereka. Apa yang sedang mereka
lakukan adalah untuk mencari cara guna "menjual" ide mereka itu agar
tidak menjadi sebuah bentuk penistaan atau pencemaran. Begitulah mereka akan berbicara
panjang lebar mengenai belas kasih. Mereka akan mengubah praktik pelaksanaan tanpa
mengubah disiplin. Mereka akan mengubah bahasa, misalnya, istilah "hidup
dalam dosa" dan "hidup dalam perzinahan" tidaklah bermanfaat dalam
diskusi mereka nanti.
Mereka akan lebih memilih istilah yang lebih halus "hubungan yang tidak biasa" atau "perjumpaan dengan orang yang sedang dalam perjalanan iman mereka," atau "di manapun (keadaan) mereka berada," ataupun "mendampingi mereka," "menemui mereka dalam kehidupan mereka." Ini adalah ciri khas dari kosakata Gereja Nice, yang dimaksudkan untuk mengaburkan kebenaran dengan menutupinya dengan kalimat berbunga-bunga, lembut, emosional, dan dengan bahasa yang halus.
Kebenaran itu perlu dikatakan dalam kalimat yang jelas, dimana kejelasan itu menjadi sarana bagi tindakan kemurahan hati. Menyalah-gunakan Tubuh dan Darah Tuhan kita yang terberkati dengan cara seperti ini, menerima Dia secara tidak layak, akan mendatangkan hukuman bukan saja bagi mereka yang menerimaNya, tetapi terutama bagi para gembala yang menyuntikkan gagasan-gagasan palsu ini ke dalam pikiran umat Katolik.
Waktunya sedang tiba dengan
begitu cepatnya bagi pertarungan itu, di mana umat Katolik akan berdiri bersama
Kristus dan kebenaran Gereja-Nya, atau mereka akan hanyut dan musnah. Para
uskup di Selandia Baru serta rekan-rekan mereka di bagian lain dunia ini harus menyadari
bahwa jiwa merekapun harus dipertaruhkan, karena dengan mendukung pencemaran Ekaristi
seperti ini - dan meninggal nanti dalam keadaan belum bertobat - akan memeteraikan
hukuman mereka sendiri.
Hal ini tidak lain
adalah pemberontakan total terhadap ajaran-ajaran Gereja secara menyeluruh,
bukan hanya terhadap Sakramen Perkawinan saja, tetapi juga pada doktrin
Kehadiran Nyata dari Tuhan kita didalam Ekaristi serta dogma mengenai neraka.
Masih ada waktu dua minggu lagi sebelum semua ini dimulai di tangan para gembala kita. Tetapi semua itu akan berakhir pada waktu yang menjadi milik Allah dan dengan jalan yang dikehendaki oleh Keadilan IlahiNya.
Masih ada waktu dua minggu lagi sebelum semua ini dimulai di tangan para gembala kita. Tetapi semua itu akan berakhir pada waktu yang menjadi milik Allah dan dengan jalan yang dikehendaki oleh Keadilan IlahiNya.
No comments:
Post a Comment