Monday, September 21, 2015

DUA MINGGU LAGI MENJELANG SINODE

dua minggu lagi menjelang Sinode
by Michael Voris, S.T.B.  •   September 21, 2015  The Vortex 17 COMMENTS

Berikut ini adalah sebuah perenungan yang layak dipertimbangkan secara mendalam. Ini adalah sebuah pemikiran dimana banyak dari mereka yang menganggap bahwa ‘tidak ada krisis yang nyata didalam Gereja’ harus banyak merenung.

Hanya dalam waktu dua minggu lagi, Gereja militan dan ratusan media lainnya akan turun ke Roma dan melaporkan tentang para uskup, uskup agung serta kardinal dari Gereja Katolik yang akan menyaksikan dan melakukan tindakan penistaan dan pencemaran terhadap Ajaran Gereja untuk diberkati oleh Gereja. Ini adalah fakta yang mutlak ada.

Banyak dari para klerus ini telah memelintir dan memelesetkan teologi mereka sedemikian rupa hingga sekarang mereka berusaha untuk menggulingkan pemahaman, ajaran dan disiplin Gereja yang telah berdiri tegak selama berabad-abad ini dan mendorong pemberian Komuni Kudus kepada mereka yang hidup dalam keadaan perzinahan. Mereka telah menghasilkan rasionalisasi yang sangat luar biasa untuk membenarkan posisi mereka. Mereka mengklaim bahwa semua ini adalah berhubungan dengan tindakan belas kasih tanpa memberitahu anda bahwa itu adalah belas kasih yang palsu.

Karena belas kasih haruslah diterima agar bisa memiliki efek penyembuhan yang layak. Dan belas kasih itu hanya bisa diterima oleh mereka yang bersedia mengakui dosa mereka dan mengubah hidup mereka.

Adalah bohong belaka jika memberikan tindakan belas kasih kepada orang yang tidak bertobat. Bahkan lebih bohong lagi – jika tindakan setan itu, untuk menyarankan kepada mereka yang berada dalam keadaan dosa bahwa mereka tidak perlu bertobat atau mengubah hidup mereka. Namun keadaan inilah yang sedang dilakukan oleh para uskup, uskup agung  serta kardinal itu. Hal ini didukung bukan saja oleh uskup-uskup itu secara pribadi tetapi juga oleh seluruh konferensi para uskup dari seluruh negara. Maka semua mata tertuju kepada negara Jerman dan konferensi para uskup dari tanah pemberontak itu, dan akan menjadi suatu kesalahan pula jika kita berpikir bahwa ini hanya sebagai buah pikiran Jerman sendiri.

Dan disini, di Selandia Baru, konferensi para uskup setempat telah semakin memperjelas bahwa merekapun mendukung tindakan kekejian ini. Ketika delegasi dari negeri Kiwi tiba di Roma, mereka memiliki kardinal John Dew yang membawa serta bersamanya uskup-uskup lainnya yang ingin menyaksikan penistaan Ajaran Gereja itu disahkan. Para uskup di Selandia Baru dengan sangat jelas, dalam pertemuan pribadi, dalam konferensi maupun dalam wawancara pers, menyatakan bahwa mereka mendukung pemberian Komuni Kudus bagi pasangan yang bercerai dan menikah lagi secara sipil.

Dan tentu saja mereka pasti tidak akan sendirian ketika mereka pergi ke Roma dalam dua minggu ini. Uskup dan kardinal dari seluruh dunia ada bersama mereka. Apa yang sedang mereka lakukan adalah untuk mencari cara guna "menjual" ide mereka itu agar tidak menjadi sebuah bentuk penistaan atau pencemaran. Begitulah mereka akan berbicara panjang lebar mengenai belas kasih. Mereka akan mengubah praktik pelaksanaan tanpa mengubah disiplin. Mereka akan mengubah bahasa, misalnya, istilah "hidup dalam dosa" dan "hidup dalam perzinahan" tidaklah bermanfaat dalam diskusi mereka nanti.

Mereka akan lebih memilih istilah yang lebih halus "hubungan yang tidak biasa" atau "perjumpaan dengan orang yang sedang dalam perjalanan iman mereka," atau "di manapun (keadaan) mereka berada," ataupun "mendampingi mereka," "menemui mereka dalam kehidupan mereka." Ini adalah ciri khas dari kosakata Gereja Nice, yang dimaksudkan untuk mengaburkan kebenaran dengan menutupinya dengan kalimat berbunga-bunga, lembut, emosional, dan dengan bahasa yang halus.

Kebenaran itu perlu dikatakan dalam kalimat yang jelas, dimana kejelasan itu menjadi sarana bagi tindakan kemurahan hati. Menyalah-gunakan Tubuh dan Darah Tuhan kita yang terberkati dengan cara seperti ini, menerima Dia secara tidak layak, akan mendatangkan hukuman bukan saja bagi mereka yang menerimaNya, tetapi terutama bagi para gembala yang menyuntikkan gagasan-gagasan palsu ini ke dalam pikiran umat Katolik.

Waktunya sedang tiba dengan begitu cepatnya bagi pertarungan itu, di mana umat Katolik akan berdiri bersama Kristus dan kebenaran Gereja-Nya, atau mereka akan hanyut dan musnah. Para uskup di Selandia Baru serta rekan-rekan mereka di bagian lain dunia ini harus menyadari bahwa jiwa merekapun harus dipertaruhkan, karena dengan mendukung pencemaran Ekaristi seperti ini - dan meninggal nanti dalam keadaan belum bertobat - akan memeteraikan hukuman mereka sendiri.

Hal ini tidak lain adalah pemberontakan total terhadap ajaran-ajaran Gereja secara menyeluruh, bukan hanya terhadap Sakramen Perkawinan saja, tetapi juga pada doktrin Kehadiran Nyata dari Tuhan kita didalam Ekaristi serta dogma mengenai neraka.

Masih ada waktu dua minggu lagi sebelum semua ini dimulai di tangan para gembala kita. Tetapi semua itu akan berakhir pada waktu yang menjadi milik Allah dan dengan jalan yang dikehendaki oleh Keadilan IlahiNya.


No comments:

Post a Comment