Tuesday, March 8, 2016

API PENYUCIAN oleh Pastor F.X. Schouppe S.J. : Prakata dari Penulis



Prakata dari Penulis



Dogma mengenai Api Penyucian seringkali dilupakan oleh sebagian besar umat beriman. Gereja Yang Menderita (yaitu jiwa-jiwa yang berada didalam Api Penyucian), memiliki banyak sekali anak-anak yang perlu sekali ditolong, dimana mereka sendiri sudah bisa melihat kearah mana mereka akan menuju, yaitu sebuah tempat yang masih asing bagi mereka.

Sifat mengabaikan dari umat beriman yang patut disayangkan ini sangat menyedihkan sekali bagi hati St.Francis de Sales. Dia berkata :”Celakalah !”, kata doktor Gereja ini, “kita tidak mau mengingat mereka secara mencukupi, yaitu orang-orang terdekat kita yang telah meninggal dunia. Seolah ingatan akan mereka menjadi hilang oleh riuhnya lonceng pemakaman”.

Penyebab utama dari keadaan ini adalah adanya sikap acuh dan tiadanya iman. Pengertian kita terhadap Api Penyucian adalah terlalu sedikit, terlalu kabur, dan iman kita terlalu tipis adanya.

Agar ide-ide kita menjadi semakin jelas dan iman kita semakin hidup, maka kita harus melihat lebih jelas lagi kepada kehidupan yang ada dibalik liang kubur ini, keadaan sementara dari jiwa-jiwa yang baik ini, namun yang masih belum cukup layak untuk memasuki ‘Yerusalem Surgawi’.

Inilah tujuan utama dari karya ini : kita tidak menganjurkan untuk percaya kepada Api Penyucian, kepada orang-orang yang berpikiran terlalu kritis, tetapi kita hanya berusaha untuk membuat Api Penyucian ini lebih dikenal dikalangan umat beriman yang percaya dengan iman yang ilahi akan dogma dari Allah ini. Adalah bagi mereka inilah buku ini dipersembahkan, agar pandangan mereka tidak kabur terhadap realitas dari Api Penyucian. Aku menekankan ‘ide yang lebih jelas’ dari pada yang sudah dimiliki oleh orang kebanyakan, dengan menaruh kebenaran yang agung ini dibawah sinar cahaya yang paling terang. 

Untuk bisa mendapatkan pengaruh yang baik ini, kita memiliki tiga buah sumber penerangan yang jelas :
Pertama, dogma Gereja.
Kedua, doktrin seperti yang dijelaskan oleh para doktor Gereja.
Ketiga, pewahyuan dan penampakan para kudus yang berfungsi untuk menegaskan ajaran-ajaran para doktor Gereja tadi.

1.                  Doktrin atau dogma Gereja atas Api Penyucian terdapat  pada dua artikel yang akan kita ceritakan nanti. Kedua artikel ini adalah mengenai iman, dan hal itu haruslah dipercaya oleh setiap orang Katolik.

2.                  Ajaran dari para doktor dan teolog Gereja, ataupun pendapat-pendapat mereka atas beberapa pertanyaan mengenai Api Penyucian, serta penjelasan-penjelasan mereka tentang Api Penyucian, bisa dianggap sebagai artikel tentang iman. Kita bebas untuk menolak hal itu tanpa keluar dari agama Katolik. Namun adalah sebuah sikap yang kurang hati-hati sekali dan bahkan terburu-buru jika kita menolak hal itu, karena sudah merupakan semangat dari Gereja untuk mengikuti opini-opini yang banyak dipertahankan oleh para doktor Gereja.

3.                  Pewahyuan-pewahyuan yang banyak diterima oleh para kudus yang disebut juga sebagai pewahyuan pribadi, tidaklah termasuk didalam kekayaan iman yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada GerejaNya. Hal itu adalah kenyataan historis, yang berdasarkan kepada kesaksian manusia. Memang kita boleh percaya akan hal itu, dan orang-orang yang berkehendak baik akan bisa menemukan makanan yang sehat dari situ. Kita boleh tidak mempercayai hal itu tanpa harus berdosa melawan iman. Namun karena hal itu adalah bersifat otentik, maka kita tak bisa menolaknya tanpa menentang penalaran yang sehat. Karena penalaran yang sehat membutuhkan persyaratan bahwa semua orang haruslah mau menerima kebenaran jika ia bisa diperlihatkan secara memadai. 

Untuk menggambarkan masalah ini lebih jelas lagi, marilah kita terlebih dahulu menjelaskan sifat dari pewahyuan-pewahyuan yang kita bicarakan ini.

Pewahyuan pribadi ada dua macam. Yang satu adalah berupa penglihatan-penglihatan dan yang lain adalah berupa penampakan-penampakan. Keduanya bersifat pribadi karena hal itu berbeda dari apa yang didapatkan didalam Kitab Suci, dan hal itu tidaklah merupakan bagian dari doktrin yang dinyatakan kepada umat manusia, dan hal itu tidak diajukan oleh Gereja untuk menjadi dogma iman bagi kepercayaan kita.

Penglihatan, sering disebut demikian, adalah berupa terang atau cahaya bersifat subyektiv, yang diberikan oleh Allah kepada pengertian dari makhlukNya, untuk mengungkapkan kepada mereka misteri-misteri dari Tuhan. Contohnya adalah penglihatan-penglihatan yang diterima oleh para nabi, oleh St.Paulus, St.Bridget, dan banyak lagi orang kudus lainnya. Penglihatan-penglihatan ini biasanya terjadi ketika yang bersangkutan dalam keadaan ekstase. Penglihatan ini berisi pernyataan-pernyataan yang misterius yang nampak dihadapan mata dari jiwa seseorang, yang tidak selalu bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sering sekali penglihatan ini berupa bentuk-bentuk tertentu, gambaran simbolis, yang disampaikan dengan cara yang selaras dengan kemampuan pengertian kita, hal-hal yang murni bersifat spirituil, dimana bahasa sehari-hari tidak mampu menggambarkan ide-ide itu.

Penampakan, dengan kejadian yang lebih sedikit, adalah berupa fenomena obyektiv yang memiliki sasaran eksternal yang nyata. Contoh dari penampakan ini adalah apa yang dialami oleh Musa dan Elia di gunung Tabor, Samuel yang dipanggil oleh dukun Endor, malaikat agung Rafael yang nampak kepada Tobias, dan banyak lagi malaikat lainnya. Demikian juga halnya yang terjadi pada penampakan-penampakan dari jiwa-jiwa yang ada didalam Api Penyucian.
Bahwa roh-roh dari orang mati kadang-kadang menampakkan diri kepada orang yang hidup ini adalah sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Bukankah Kitab Injil secara jelas menceritakan hal itu. Ketika Yesus yang bangkit menampakkan Diri pertama kali kepada para rasulNya yang sedang berkumpul, dan mereka mengira bahwa Itu adalah hantu. Juru Selamat kita tidaklah mengatakan bahwa hantu itu tidak ada, tetapi Dia bersabda pada mereka :”Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan didalam hati kamu ? Lihatlah tanganKu dan kakiKu : Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu”. (Luk. 24:38-39).
Penampakan-penampakan dari jiwa-jiwa yang ada didalam Api Penyucian sering sekali terjadi. Kita bisa menjumpai hal itu amat banyak didalam buku ‘Kehidupan Para Kudus’. Kadang-kadang hal itu terjadi kepada umat awam yang biasa-biasa saja. Kita telah mengumpulkan kisah-kisah seperti itu yang tergolong baik, dan kini kita menghadirkan hal itu kepada para pembaca. Tetapi bisa ditanyakan kemudian, apakah semua kenyataan itu secara historis adalah sudah pasti ? Kita telah memilihkan yang terbaik dari antara kisah yang ada secara otentik. Jika diantaranya ada pembaca yang berpikir bahwa kisah itu tak bisa bertahan menghadapi kritikan, boleh saja dia tidak mengakui hal itu. Untuk menghindari terjadinya hal yang menakutkan secara berlebihan, dimana hal itu tidak bisa dipercaya, adalah baik untuk mengatakan bahwa penampakan-penampakan dari jiwa-jiwa memang terjadi, dan bahwa hal itu sering terjadi tak dapat diragukan lagi. Abbe Ribet mengatakan :”Penampakan-penampakan seperti ini tidaklah jarang terjadi. Tuhan mengijinkan hal itu terjadi guna menyembuhkan jiwa-jiwa dan untuk menimbulkan rasa belas kasihan kita kepada mereka, dan untuk menyadarkan kita betapa mengerikan kerasnya Pengadilan Tuhan terhadap mereka yang bersalah, yang semula kita anggap sebagai kesalahan yang kecil saja”.
St.Gregorius didalam buku ‘Dialogues’ memberikan berbagai contoh dimana adalah benar jika kita mempertanyakan otentisitasnya secara penuh. Namun, mulut dari doktor Gereja yang suci ini membuktikan bahwa dia percaya akan kemungkinan adanya fenomena ini. Sejumlah besar penulis lain, tidak kurang pula dari St.Gregorius sendiri, yang suci dan terpelajar itu, juga mengatakan hal yang sama. Kejadian semacam ini banyak didapati disekitar kehidupan para kudus. Untuk bisa yakin mengenai hal ini kita bisa membacanya didalam buku ‘Acta Sanctorum’.
Gereja Yang Menderita, yaitu jiwa-jiwa didalam Api Penyucian, selalu membutuhkan dan meminta doa-doa permohonan dari Gereja Militan (yaitu kita semua). Dan relasi ini, yang berisi suasana kesedihan tetapi penuh dengan perintah,  anjuran dan dorongan, bagi seseorang bisa menjadi sumber penghiburan yang tak ada habisnya, dan bagi yang lain, akan menjadi sebuah dorongan yang amat kuat menuju kesucian.
Penglihatan atas Api Penyucian telah diberkan kepada banyak jiwa-jiwa yang kudus, seperti St. Catherine de Ricci, yang rohnya turun kedalam Api Penyucian setiap hari Minggu malam; St. Lidwina, selama keadaan ekstase dia memasuki tempat penebusan dosa ini, dengan dituntun oleh malaikat pelindungnya, dimana dia mengunjungi jiwa-jiwa ditengah segala siksaan mereka. Dengan cara yang sama seorang malaikat telah menuntun Ossane dari Mantua Terberkati, menuju lembah kesedihan ini.
Veronica dari Binasco Terberkati, St.Frances dari Roma, dan banyak lagi orang lainnya, telah mengalami penglihatan-penglihatan yang sama seperti itu, dengan perasaan takut yang besar pula.
Yang lebih sering lagi terjadi adalah jiwa-jiwa penghuni Api Penyucian itu yang menampakkan diri kepada orang-orang yang masih hidup di dunia ini dan memohon doa pengantaraan mereka. Banyak jiwa-jiwa yang menampakkan diri kepada Margaret Mary Alacoque Terberkati, dan kepada orang-orang kudus lainnya. Jiwa-jiwa yang telah meninggal itu sering meminta pengantaraan dari Denis the Cartusian. Hamba Allah yang mulia ini suatu hari ditanya, berapa kali jiwa-jiwa suci itu nampak kepadanya, dan dia menjawab :”Oh, ratusan kali !”.
St.Catherine dari Sienna, untuk meluputkan ayahnya dari rasa sakitnya Api Penyucian, dia telah menawarkan dirinya kepada Pengadilan Ilahi untuk boleh menderita menggantikan ayahnya selama seluruh kehidupannya. Tuhan menerima tawaran ini dan memberinya siksaan yang amat mengerikan sekali yang berlangsung hingga saat kematiannya, dan Tuhan mengijinkan jiwa ayahnya untuk memasuki kemuliaan kekal. Sebagai balasan maka jiwa yang suci itu sering mengunjungi dan menampakkan diri kepada puterinya dan berterima kasih kepadanya dan dia memberikan berbagai pernyataan yang sangat berguna bagi puterinya itu.      
Ketika jiwa-jiwa di Api Penyucian menampakkan diri kepada orang-orang yang masih hidup di dunia, mereka selalu didalam sikap yang bisa menimbulkan rasa iba dan belas kasihan. Kadang-kadang mereka muncul dengan penampilan seperti pada masa hidupnya dulu atau pada saat kematiannya, dengan wajah bersedih dan memohon pertolongan, dengan pakaian berkabung, dengan ekspresi penderitaan yang sangat besar. Kadang-kadang mereka nampak seperti kabut atau cahaya atau bayangan, ataupun bentuk-bentuk yang fantastis, dan disertai dengan isyarat atau perkataan tertentu hingga mereka bisa dikenali. Kadang-kadang mereka menyatakan kehadirannya dengan tangisan, sedu sedan atau erangan-erangan, atau napas yang tersengal-sengal serta tingkah yang bernada menyalahkan. Mereka juga sering muncul dengan diselimuti oleh nyala api. Jika mereka berbicara, hal itu adalah untuk menunjukkan penderitaan mereka, menyesali tindakannya pada waktu yang lalu, dan mereka meminta doa-doa atau menyatakan penyesalan terhadap mereka yang tidak mau menolong mereka. Pernyataan lainnya, demikian kata penulis yang sama, berupa pukulan atau sentuhan yang nyata yang diterima oleh orang-orang yang masih hidup ini, yang bisa berupa pintu yang menutup sendiri dengan kerasnya secara tiba-tiba, bunyi-bunyi gemerincing dari rantai atau adanya suara-suara berbicara.
Kenyataan ini sulit sekali diragukan. Satu-satunya kesulitan adalah menunjukkan hubungannya dengan dunia penebusan dosa itu. Namun ketika semua manifestasi ini berhubungan dengan kematian orang yang dekat dengan kita, ketika mereka menjadi reda gangguannya setelah doa-doa dan silih dilakukan kepada Tuhan bagi mereka, bukankah cukup beralasan melihat tanda-tanda ini, dengan mana jiwa-jiwa itu memperlihatkan kesedihan mereka ?
Pada berbagai fenomena yang menarik perhatian kita ini, kita bisa mengenali jiwa-jiwa didalam Api Penyucian. Namun ada sebuah kasus, dimana penampakan itu harus kita curigai, yaitu ketika seorang pendosa besar yang kemudian mati secara mendadak. Lalu jiwa itu datang dan memohon doa-doa dari orang yang masih hidup, agar dia bisa dilepaskan dari Api Penyucian. Sebab setan senang sekali membuat kita percaya bahwa kita boleh hidup secara serampangan hingga saat kematian kita tiba namun kita masih bisa diselamatkan dari neraka. Betapapun juga dalam hal seperti ini, tidaklah dilarang untuk berpikir bahwa jiwa yang nampaknya telah bertobat itu, seolah dia berada didalam nyala api hukuman sementara didalam Api Penyucian. Maka kita dilarang untuk mendoakan orang seperti itu, dan lebih baik jika kita berhati-hati sekali terhadap penglihatan-penglihatan seperti itu, serta berhati-hati didalam tindakan yang kita lakukan bagi jiwa itu.  
Detil yang telah kita bicarakan ini sudah mencukupi untuk menilai di mata pembaca, kenyataan yang akan dia jumpai didalam buku ini.
Marilah kita menambahkan bahwa umat Kristiani haruslah menjaga diri terhadap ketidak-percayaan kepada kenyataan-kenyataan adikodrati yang berkaitan dengan dogma iman. St.Paulus mengatakan kepada kita bahwa ‘kasih itu percaya akan segala sesuatu’ ( 1 Kor. 13:7), yaitu segala hal kita percaya dengan hati-hati, dimana kepercayaan itu tidak boleh mengandung prasangka. Jika benar bahwa kehati-hatian menolak kepercayaan yang buta dan bersifat takhayul, adalah juga benar bahwa kita harus menghindari keadaan ekstrim yang lain, dimana Juru Selamat kita telah menyesalkan tindakan rasul St.Thomas. Yesus mengatakan kepadanya, ‘kamu percaya karena kamu telah melihat dan menyentuh’, tetapi lebih baik percaya akan kesaksian saudaramu. Dengan kata lain, kamu telah berbuat dosa karena tidak percaya. Ini adalah kesalahan yang harus dihindari oleh semua muridKu. Terberkatilah mereka yang tidak melihat namun percaya. Janganlah kamu tidak percaya, percayalah’ (Yoh. 20:27,29).
Para ahli teologi yang menerangkan dogma iman haruslah bersikap tegas didalam memilih bukti-bukti yang dimilikinya. Para ahli sejarah haruslah meneruskan dengan sikap kehati-hatiannya didalam menjelaskan kenyataan yang ada, namun para penulis pertapa, yang memberikan contoh-contoh untuk menggambarkan kebenaran dan mengangkat derajat umat beriman, tidaklah harus bertahan didalam kekakuan pendapat ini. Orang-orang yang bertanggung jawab didalam Gereja seperti St.Gregorius, St.Bernard, St.Francis de Sales, St.Alphonsus Liguori, Bellarmine, dll, yang terkenal karena kepandaian dan kesucian mereka, ketika menulis karya-karya mereka yang hebat itu ternyata tidak tahu akan segala kebutuhan saat ini --- kebutuhan yang bagaimanapun juga menuntut kemajuan.
Kenyataannya, jika semangat dari para bapa kita didalam iman adalah lebih sederhana bentuknya, apakah penyebab dari hilangnya kesederhanaan yang lama itu pada saat ini ? Bukankah Rasionalisme Protestan di zaman kita ini telah merasuki banyak umat Katolik ? Bukankah semangat penalaran dan kritikan yang muncul dari Reformasi Lutheran yang menyebar melalui Filosofisme Perancis, yang menuntun mereka itu untuk menganggap bahwa hal-hal yang dari Tuhan dari sudut pandang manusiawi telah menjadikan mereka bersikap dingin dan terasing dari Roh Allah ? Louis dari Blois Venerabilis, berbicara tentang pewahyuan-pewahyuan yang dialami oleh St.Gertrude, mengatakan :”Buku ini menyimpan banyak kekayaan. Orang-orang yang congkak dan bersifat jasmaniah, yang tidak mengerti apa-apa tentang Roh Allah, menganggap kita hanya melamun saja terhadap karya-karya tulis dari perawan suci Gertrude, St.Mechtildis, St.Hildegarde, dll. Hal itu karena mereka kurang mengerti akan keramahan dengan mana Tuhan menyatakan DiriNya kepada orang yang sederhana, rndah hati, dan jiwa-jiwa yang mengasihi, dan betapa didalam komunikasi yang akrab ini Dia merasa senang menerangi jiwa-jiwa ini dengan terang kebenaran yang murni, tanpa ada bayangan kesesatan”.
Perkataan dari Louis dari Blois ini cukup serius. Kita tidak berharap untuk menyalahkan penyesalan dari orang-orang besar dalam hal kehidupan rohani ini, sambil menghindarkan diri dari kepercayaan yang tercela, yang telah kita kumpulkan dengan sebuah kebebasan tertentu terhadap semua hal yang nampaknya sangat otentik dan paling instruktiv. Semoga hal itu meningkatkan pada mereka yang membacanya, devosi kepada orang-orang yang telah meninggal. Semoga hal ini memberi inspirasi kepada semua orang yang membacanya dengan rasa takut yang suci terhadap Api Penyucian.


No comments:

Post a Comment