Friday, September 8, 2017

SEORANG AHLI FILSAFAT KATOLIK BERKATA...

SEORANG AHLI FILSAFAT KATOLIK BERKATA: AJARAN POPE FRANCIS 'BISA' MENUNTUN BANYAK JIWA MENUJU NERAKA

Gereja Setelah Amoris Laetitia : Sebuah Wawancara Dengan Josef Seifert

Josef Seifert


by Pete Baklinski

GRANADA, Spanyol, 6 September 2017 (LifeSiteNews) – Seorang filsuf Katolik terkenal Dr. Josef Seifert mengatakan bahwa ‘kewajiban penuh’ untuk melayani Paus dan Gereja telah mengharuskan dirinya untuk mempublikasikan sebuah kritik terhadap anjuran Paus Fransiskus tentang pernikahan dan keluarga (Amoris Laetitia), dimana hal ini kemudian mengakibatkan dirinya dipecat oleh uskup agung setempat, dari universitas Katolik tempat dia mengajar.

Seifert, dalam sebuah wawancara dengan media OnePeterFive, mengatakan bahwa ketika teman dan rekan sejawatnya, Rocco Buttiglione, menceritakan kepadanya betapa anjuran pastoral Amoris Laetitia tahun 2016 akan digunakan untuk memutar-balikkan ajaran Katolik dalam melawan kejahatan seks dan kontrasepsi, segera saja hal itu ‘mengguncang hati saya secara dengan mendalam.’

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan online bulan lalu, Seifert menyebut anjuran Paus Amoris Laetitia tahun 2016 sebagai sebuah ‘bom atom teologis’ yang memiliki kapasitas untuk menghancurkan semua ajaran moral Katolik.

Filsuf Seifert : Amoris Laetitia adalah bagaikan sebuah ‘bom atom’ yang terus berdetak dalam hitungan mundur mundur, yang dirancang untuk menghapuskan seluruh moralitas Katolik. Silakan baca disini: https://www.lifesitenews.com/news/amoris-laetitia-is-a-ticking-atomic-bomb-set-to-obliterate-all-catholic-mor

Dalam artikelnya, filsuf tersebut berpendapat bahwa jika Paus Fransiskus percaya bahwa perzinahan – (mengutip Amoris Laetitia) – ‘adalah apa yang diminta sendiri oleh Tuhan’ terhadap pasangan yang berada dalam situasi ‘menyimpang’, maka tidak ada lagi yang bisa  menghentikan tindakan sesat intrinsik lainnya, seperti misalnya kontrasepsi dan homoseksualitas, dari akhirnya semua itu akan dibenarkan.

Gereja selama ini mengajarkan bahwa penggunaan kontrasepsi (termasuk pil, kondom, coitus interruptus/ sex terputus, dan berbagai cara lainnya untuk menolak kehamilan) adalah tindakan ‘yang secara intrinsik adalah salah’, yang berarti bahwa hal itu selalu dan setiap saat adalah sangat tidak bermoral. Gereja secara definitif menyampaikan ajaran ini di dalam Ensiklik Humanae Vitae 1968 dari Paus Paulus VI. Paus St. Yohanes Paulus II menjelaskan alasan di balik ajaran ini dalam berbagai kesempatan ‘audiensi Rabu’, yang sekarang dikumpulkan dalam sebuah buku yang sering disebut sebagai Teologi Tubuh.

Seifert mengatakan dalam wawancaranya, bahwa jika Paus Fransiskus benar, bahwa Tuhan terkadang dapat meminta manusia untuk melakukan tindakan sesat, maka tidak ada lagi tindakan sesat yang disalahkan pada satu saat, dan kemudian tindakan yang sama dibenarkan pada saat yang lain, karena hal itu dianggap sebagai bagian dari 'kehendak Tuhan'.

Jika ada beberapa orang pezinah yang tidak mau bertobat diijinkan untuk menerima Sakramen-Sakramen, dan jika perzinahan mereka bahkan dianggap bahwa ‘Tuhan memang menghendaki mereka melakukan perzinahan itu di dalam kompleksitas situasi yang mereka hadapi,' bagaimana anda bisa menolak orang-orang lain untuk menerima Sakramen, dengan alasan yang sama, yaitu pada pasangan-pasangan yang memakai kontrasepsi?’ demikian tanya Seifert.

"Atau bahkan Tuhan, dalam kompleksitas situasi konkret mereka, menghendaki mereka menggunakan kontrasepsi dan sterilisasi, bukannya dengan cara pantang berkala, karena tindakan pantang berkala ini dapat menyebabkan suami atau istri melakukan dosa yang lebih buruk lagi?" demikian tambahnya.

"Saya yakin bahwa logika murni telah menentukan bahwa, jika Paus Fransiskus tidak mencabut anjurannya (Amoris Laetitia), yang saya bahas dalam artikel terakhir saya, dan jika dia tidak mau menjawab dubia dari 4 orang Kardinal, bahwa ada perbuatan sesat secara intrinsik dilakukan, dan bahwa tindakan ini tidak pernah bisa dibenarkan dalam situasi apapun, maka Humanae Vitae akan ditafsirkan sebagai ide yang tidak dapat diterapkan pada semua orang; dan bahwa setelah melakukan proses pembedaan, mereka yang menjalankan tindakan kontrasepsi (dengan atau tanpa efek pengguguran), diijinkan untuk menerima Sakramen-sakramen dan bahwa Tuhan sendiri, dalam beberapa situasi yang sulit, memang menginginkan mereka menggunakan kontrasepsi,”katanya.

Seifert berkata tentang pernyataan Paus bahwa Tuhan terkadang menginginkan kejahatan “telah sangat mengejutkan saya secara mendalam, karena hal itu tampaknya membuktikan bahwa perubahan ajaran moral di dalam Amoris Laetitia berpotensi jauh dan jauh lebih besar daripada apa yang diperdebatkan saat ini"

"Pikiran bahwa doktrin-doktrin yang benar dari Gereja Katolik ini (tentang moralitas seksual) akan dihapuskan, atau dibuat menjadi relativ, atau bahkan dirusak dengan hanya menerapkan logika pada anjuran Amoris Laetitia, sangatlah mengganggu saya," katanya.

"Saya merasa berkewajiban untuk menulis hal ini, untuk mencegah bom atom ‘moral-teologis’ yang menghancurkan, yang bisa membuat keseluruhan ajaran moral Gereja Katolik menjadi runtuh. Jadi, saya memang berniat, mengajukan pertanyaan ini dengan kejelasan yang sebaik mungkin, untuk memberikan bantuan kepada Magisterium Paus Fransiskus untuk mencegah kerusakan semacam itu," tambahnya.

Seifert mengatakan bahwa dia terpaksa menulis artikelnya karena adanya "akibat-akibat logis dan potensial dari penegasan yang satu ini (yang ada di dalam Amoris Laetitia) yang saya lihat di dalam visi batin saya, sangatlah mengerikan."

Tapi uskup agung setempat tidak bisa menerima keprihatinan Seifert ini. Uskup Agung Javier Martínez Fernández diberitakan dalam sebuah pernyataan publik pada tanggal 31 Agustus 2017 lalu, mengatakan bahwa pemecatan Seifert benar-benar disulut oleh artikel terbarunya. Dia mengatakan bahwa artikel tersebut ‘merusak persekutuan Gereja, membingungkan iman umat Katolik, dan menabur ketidakpercayaan terhadap penerus Petrus, yang pada akhirnya tidak melayani kebenaran iman, tetapi hanya kepentingan dunia saja."

Uskup agung memecat seorang filsuf Katolik karena mempertanyakan PF: silakan baca disini:

Ketika ditanya apakah dia sudah melihat konsekuensi destruktif yang terjadi di dalam Gereja Katolik karena kebingungan yang disebabkan oleh Amoris Laetitia, Seifert menjawab bahwa dia khawatir bahwa anjuran Amoris Laetitia itu bahkan dapat mengakibatkan kutukan neraka pada banyak jiwa.

"Jika hanya satu atau beberapa, atau bahkan sebagian besar pasangan berada dalam 'situasi yang menyimpang’, dan mereka sekarang menerima Sakramen-sakramen maka hal itu berarti mereka melakukan dosa sakrilegi dan dosa berat, maka tentu saja konsekuensi spirituil yang destruktif yang nyata dari Amoris Laetitia telah terjadi, dan pesan Kristus kepada seorang  vidente (visiuner) di Granada adalah benar, dimana pesan itu mengatakan bahwa ajaran-ajaran sesat 'telah menuntun banyak jiwa menuju neraka," katanya.

"Selain itu, kerugian besar terhadap jiwa-jiwa bisa terjadi jika sekarang beberapa seminaris tidak ingin meneruskan menjadi imam, karena mereka merasa bahwa diri mereka dipaksa untuk melawan hati nurani mereka, untuk memberikan Sakramen kepada umat yang menikah kembali dimana pernikahan sebelumnya tidak menerima anulasi oleh Gereja. Mereka diberi tahu bahwa pintu seminari terbuka lebar. Tetapi jika mereka tidak mau menerima ini (pemberian Sakramen kepada pezinah), maka mereka akan pergi. Maka banyak sekali pastor-pastor yang baik pada masa mendatang akan pergi dan tidak akan melakukan tugas mereka demi keselamatan jiwa-jiwa,"tambahnya.

Ketika ditanya apakah ada hasilnya dari dubia yang diajukan oleh empat orang kardinal (dua di antaranya telah meninggal dalam dua bulan terakhir) karena menyampaikan keprihatinan mereka kepada Paus Fransiskus, Seifert menjawab bahwa mereka telah bertindak ‘dengan sepenuhnya benar’.

"Saya pikir empat orang kardinal pengusung dubia itu (tiga di antaranya adalah teman saya dan salah satunya adalah teman dekat saya sejak 37 tahun lalu) telah bertindak sesuai dengan hati nurani mereka, dengan penuh perhatian dan sangat menghormati Paus, dan mereka memang sepenuhnya benar," katanya. .

"Saya pikir kritikan terhadap dubia mereka adalah sangat salah, dan bahkan lebih buruk lagi, mereka yang menyalahkan orang-orang hebat dalam Gereja ini (empat kardinal), adalah salah besar," tambahnya.

Seifert mengatakan bahwa dua Kardinal yang tersisa (kardinal Raymond Burke dan kardinal Walter Brandmüller) hendaknya bergabung dengan seluruh College of Cardinals untuk meminta Paus memberikan jawaban akhir yang jelas dan tidak ambigu terhadap dubia ini, sebuah jawaban yang dapat mengembalikan kejernihan dan kebenaran, dan menghilangkan kebingungan besar yang semakin meluas saat ini, dimana siapa pun yang memiliki mata untuk melihat dan pikiran untuk berpikir, tidak akan bisa menyangkalnya."


"Bukan dubianya sendiri yang jadi masalah, tapi tidak bersedia menjawab dubia itu di dalam kebenaran dan dengan kejelasan yang tidak ambigu, itulah menabur ketidakpercayaan pada Paus dan kebingungan," tambahnya.

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment