Thursday, September 21, 2017

Vortex - AKANKAH DIA BISA MENEMUKAN IMAN?

akankah dia bisa menemukan iman?
Mengapa Yesus menyampaikan pertanyaan itu?
Ini adalah sebuah baris kalimat yang cukup menggelisahkan di dalam Injil. Terutama dari Injil Lukas: Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? (Luke 18:8) Kalimat ini lebih dari sekedar menggelisahkan untuk saat ini, karena Siapa yang menanyakan hal itu. Disamping adanya celoteh orang-orang bidaah seperti misalnya pastor James Martin, dan beberapa orang klerus lainnya, yang berkata bahwa ‘Yesus sendiri tidak tahu bahwa DiriNya adalah Allah,’ tetapi sesungguhnya Dialah yang paling tahu bahwa DiriNya adalah Allah. Dan karena Allah yang mengajukan pertanyaan tadi, maka jelaslah bahwa Dia tahu jawabannya lebih dahulu daripada manusia.

Ketika Yesus mengajukan pertanyaan itu 2000 tahun yang lalu, Dia sudah tahu bagaimana situasi di dunia ketika Dia datang kembali pada saat Hari Akhir nanti. Karena itu pertanyaan Yesus tadi bukanlah sekedar pertanyaan biasa saja, tetapi itu adalah sebuah pertanyaan retorik, sebuah pernyataan dalam bentuk pertanyaan. Begitulah pelajaran akan muncul dari sini: mengapa Allah mengajukan pertanyaan retorik seperti itu jika hal itu tidak memiliki relevansi apapun? Jawabnya: Yesus sudah tahu ! Karena itu, inti dari pertanyaan Yesus itu adalah sebuah nubuat, lebih tepatnya: sebuah peringatan. Peringatan bahwa di saat mendatang iman akan hampir hilang, bukan iman yang alami, tetapi iman yang supernatural akan menjadi tipis sekali.

Iman supernatural adalah merupakan keutamaan teologis dengan apa kita percaya apa yang disampaikan Allah kepada kita hanya atas otoritasNya sebagai Allah. Kehilangan iman supernatural ini adalah sebuah tragedi yang mengerikan, dimana iman itu menjadi hilang karena penolakan terhadap Allah beserta semua ajaranNya. Iman supernatural, seperti halnya keutamaan supernatural lainnya, misalnya keutamaan pengharapan dan kemurahan hati, hanya tertuju kepada Allah saja. Tujuannya adalah membawa manusia menuju kehadiran Allah dan KasihNya. Dan sekali hal itu diberikan, maka iman itu harus dipertahankan melalui ketaatan kepada perintahNya, seperti yang dikatakanNya sendiri:  “Jika kamu mengasihi Aku maka kamu akan melaksanakan Perintah-perintahKu dan BapaKu dan Aku akan datang untuk membuat tempat tinggal Kami di dalam dirimu.”

Karena itu untuk tetap berada di dalam kasih Allah bergantung kepada bagaimana kita mempertahankan dan melaksanakan Perintah-perintah Allah, dan Dia telah mengutus para muridNya ketika Dia naik ke Surga: “Ajarlah mereka untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Karena itu kasih adalah lebih besar daripada sekedar perasaan saja. Dan ini adalah tindakan dari keinginan, dimana kita menyelaraskan keinginan kita dengan keinginan Allah, mau menerima Perintah-perintahNya dengan penuh ketaatan serta pengharapan.
Tak ada cara yang lebih baik dan lebih bermanfaat untuk melakukan hal ini daripada ikut bersatu di dalam Gereja Katolik dan bukan sekedar dibaptis menjadi Katolik saja, tetapi juga harus selalu menjaga diri kita dalam keadaan rahmat. Hal ini berarti bahwa bukan hanya menerima seluruh ajaran Gereja, karena Gereja mengajar di dalam Pribadi Kristus, Mempelai Ilahinya, tetapi kita harus memeluk apa yang diajarkan oleh Gereja. Jika umat Katolik berbuat dosa, maka rahmat itu bisa dipulihkan melalui pengakuan dosa.

Jika kesetiaan (ketaatan) itu perlu, tetapi apa yang kita saksikan saat ini di dalam Gereja? Kita melihat betapa banyaknya proses kehilangan iman yang terlihat dalam bentuk penolakan terhadap perintah-perintah Allah. Misalnya saja ada 100 orang Katolik di Amerika Serikat, mewakili 70 juta orang yang dibaptis. 80 dari 100 orang itu tidak mengikuti Misa secara teratur, melanggar Perintah Ketiga, dan banyak yang tidak peduli dengan hal itu. Jadi hanya 20 saja yang masih taat. Namun dari berbagai survei dan jajak pendapat baru-baru ini kita tahu bahwa dari sisa 20 itu, yang 10 menolak beberapa ajaran fundamental Gereja, seperti misalnya mengenai kontrasepsi.

Beberapa dari peserta Misa mingguan ada yang benar-benar menolak ajaran Gereja tentang perceraian dan pernikahan kembali secara sipil, hubungan homoseksual dan bahkan Kehadiran Nyata Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Hal ini menggerus setidaknya 10 persen lagi, sehingga mengurangi jumlah keseluruhan umat Katolik yang setia tidak lebih tinggi dari 10, atau mungkin kurang dari itu. Umat Katolik yang mengaku memiliki Iman namun menolak berbagai ajaran Iman pada dasarnya adalah bukan Katolik. Mereka adalah orang Katolik yang buruk.

Ini adalah satu contoh dosa yang dilakukan. Tetapi adalah dosa yang berbeda tingkatannya jika sampai menolak Kebenaran. Bahkan Tuhan telah mengatakan hal itu dengan tegas. Kenyataan menyedihkan yang harus dihadapi dalam suatu diskusi mengenai topik kekacauan di dalam Gereja dan bagaimana mengatasinya, harus dimulai dengan perhatian yang serius terhadap kenyataan yang ada saat ini.

Kurang dari 10 persen umat Katolik, mungkin jauh lebih sedikit, yang merupakan umat Katolik sejati. Gereja sejati memang jauh lebih kecil dari apa yang terlihat. Inilah berita mengejutkan yang menggarisbawahi kenyataan ini, dimana menurut penelitian Pew baru-baru ini, di Eropa - hampir setengah dari berbagai umat Katolik Eropa memandang Katolik sebagai "serupa" dengan Protestanisme. Persentase itu sebenarnya setengah di Prancis dan dua pertiga di Belanda. Hilangnya identitas Katolik terus berlanjut, tanpa menunjukkan kapan hal itu akan berhenti. Apakah ada umat Katolik yang serius atau bahkan sedikit khawatir jika ada banyak umat Katolik yang benar-benar berpikir bahwa pendidikan ulang - tentang katekese - bukanlah hal yang penting di dalam Gereja? Lupakan semua Evangelisasi Baru, yang merupakan penyimpangan besar dari apa yang diminta oleh Paus Yohanes Paulus II. Apa yang dibutuhkan adalah "katekese baru," seperti yang dimaksudkan oleh beliau.

Ini adalah salah satu alasan utama dan tetap menjadi pendorong mengapa kami membuat upaya kerasulan ini – melalui media St. Michael dan Church Militant. Sebagian besar umat Katolik di Amerika Serikat ternyata mendukung kenyataan, bahwa sejumlah orang di dalam  keluarga-keluarga anda tidak lagi mau menerima Iman Katolik. Mereka telah mengalami perpecahan atau kesesatan ataupun murtad. Mereka telah kehilangan Iman. Sebagian besar melakukan hal itu karena ketidaktahuan, tapi ketidaktahuan ini bukannya tak bisa diatasi.

Adalah tugas kami untuk mengajak mereka yang masih memiliki Iman untuk melakukan apa yang kita bisa untuk mengembalikan orang-orang kepada Iman. Inilah sebabnya mengapa kami sangat menganjurkan anda untuk mendaftar berlangganan Premium untuk Church Militant. ( sign up for a Premium subscription for Church Militant.) Kami memiliki banyak sekali program Katolik yang benar, mulai dari kelas-kelas khusus hingga pengarahan bagaimana melakukan penyelidikan, hingga hampir semua hal yang dapat anda pikirkan – dimana semuanya itu untuk menolong anda jatuh cinta kepada Iman Katolik dan menentang iblis, yang dapat saya yakinkan kepada anda, bahwa ia benar-benar nyata ada.

Iman akan menuntun kita untuk mengasihi, tetapi kita tak bisa mengasihi jika kita tidak kenal. Itulah alasannya mengapa Putera Allah menyampaikan peringatan tentang berapa banyak iman yang masih tersisa di dunia ketika Dia kembali. Pengetahuan tentang Iman adalah sangat krusial, dan pengetahuan tentang Iman inilah yang disediakan oleh Church Militant , dan yang lebih penting lagi adalah jadikanlah program kami sebagai bagian penting dari pelatihan anda dalam hal Iman.


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment