Tuesday, September 12, 2017

Uskup SCHNEIDER: ....

Uskup SCHNEIDER:
PAUS YANG ‘NAMPAKNYA’ MENGIJINKAN TINDAKAN PERZINAHAN HARUS MEMIKUL TANGGUNG JAWAB YANG SANGAT BESAR
by Lianne Laurence
POLAND, August 31, 2017 (LifeSiteNews) — Anjuran apostolik Amoris Laetitia dari PF nampak sedang berjalan menuju sebuah ‘pemahaman pastoral’ yang ‘mengijinkan para pezinah untuk terus hidup di dalam perzinahan’, demikian kata uskup Athanasius Schneider.
“Akibat dari tindakan ini, bagi banyak umat, adalah berupa kutukan kekal,” demikian kata Schneider. “Kita tak boleh bermain-main dengan kehidupan kekal kita, seperti kata peribahasa: kita tak boleh bermain api.”
Dan PF memikul tanggung jawab yang sangat besar atas situasi Gereja Katolik saat ini, demikian kata uskup pembantu di wilayah Astana, Kazakhstan ini pada konperensi mengenai Tradition, Faith and Property di Polandia baru-baru ini. Uskup Schneider menjawab pertanyaan mengenai bagaimana imam-imam harus menerapkan prinsip-prinsip ‘pemahaman pastoral’ yang disebutkan di dalam Amoris Laetitia bagi situasi umat yang bercerai dan kemudian menikah lagi secara sipil yang tidak bersedia menghentikan relasi sexual dengan pasangan barunya, demikian laporan Church Militant.
Secara terang-terangan Schneider mendukung dubia dari empat orang kardinal yang mengajukan lima buah pertanyaan kepada PF untuk menjernihkan situasi kebingungan yang disebabkan oleh Amoris Laetitia, yang kemudian telah memecah-belah Gereja Katolik, dimana ada berbagai kelompok uskup yang mengeluarkan panduan yang saling bertentangan yang dibuat berdasaran penafsiran yang berbeda mengenai dokumen (Amoris Laetitia)  yang kontroversial itu.
Di dalam jawabannya, uskup Schneider berbicara tentang adanya ‘pengenalan / pemahaman / pembedaan’ yang benar (true discernment) dan ‘anti-discernment atau ‘discernment-palsu.
Yang pertama, di dalam ‘discernment’ yang benar, terjadi dialog seperti halnya dialog antara ular dengan Hawa, untuk mencari pemahaman ‘guna mematuhi Tuhan atau tidak mematuhi Tuhan,’ demikian kata Schneider
Ketika Hawa berkata kepada setan bahwa Tuhan melarang dia makan buah itu, kemudian setan berkata “Oh marilah kita melakukan sebuah pemahaman… apakah yang dikatakan Tuhan?”, demikkan kata Schneider.
Hawa menjawab: Tuhan berkata, bahwa jika kami makan buah itu maka kami akan mati.
Tetapi setan menjawab: Oh tidak ! Marilah kita mencoba memahami perintah Tuhan itu. Kamu akan tahu apa arti kebaikan itu.
Hasil dari usaha pemahaman ini adalah sebuah bencana bagi seluruh umat manusia. Maka saat ini kita membawa di dalam jiwa kita, tubuh kita, akibat-akibat dari dosa asal itu, pemahaman yang salah itu.
“Pemahaman hanya bisa dilakukan demi tujuan yang baik. Pemahaman hanya dilakukan untuk menggenapi kehendak Tuhan,” demikian kata Schneider.
“Adalah jelas merupakan kehendak Tuhan bahwa perbuatan sexual itu diijinkan dan dikehendaki oleh Tuhan di dalam sebuah ikatan perkawinan yang sah. Inilah kehendak yang jelas dari Allah. Tak ada kecualinya,“ kata Schneider menegaskan.
“Namun, dengan terus melakukan perzinahan, berarti hal itu tidak melaksanakan kehendak Allah, karena tindakan itu menentang Allah.”
“Karena itu, adalah sebuah ‘anti-discernment’ atau sebuah discernment-palsu yang menguatkan jiwa-jiwa untuk bertahan di dalam perbuatan dosa. Hal ini akan menuntun jiwa kepada bahaya yang lebih besar, karena jiwa itu akan menerima hukuman kekal.”
“Contoh lainnya, pada orang yang suka berbohong, dia akan berkata: Marilah kita melakukan pembedaan atau pemahaman, agar aku bisa terus berbohong. Jika ada orang yang suka mencuri… OK…  karena aku  ingin selalu terkait dengan pencurian…. Marilah kita melakukan pembedaan atau pemahaman bahwa aku masih bisa ‘sedikit’ terus mencuri.”
“Tindakan melakukan ‘pembedaan atau pemahaman palsu’ ini bisa dibawa hingga ke dalam kamar pengakuan dosa hingga mengijinkan pezinah terus melakukan perzinahan, karena yang bersangkutan ‘merasa benar’ (melalui penafsirannya yang keliru). Padahal perintah Tuhan jelas melarang kita berzinah.“
“Ini adalah sebuah tindakan yang kontradiktiv dan membawa bahaya yang besar bagi jiwa, dimana imam yang memberi ijin perbuatan zinah itu untuk terus dilakukan juga memikul tanggung jawab yang sangat sangat besar.”
“Terlebih lagi bagi PF, yang nampaknya (jelas) mengijinkan hal ini… karena PF tidak berbuat apa-apa untuk mencegah kesalahan penafsiran ini terjadi,” demikian kata uskup Schneider.  
“Begitulah, nampak jelas bahwa Amoris Laetitia sedang berjalan menuju ke arah ini,” demikian tambah  uskup Schneider yang kemudian disusul dengan suara tepuk tangan yang riuh dari peserta.

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment