Sunday, July 16, 2017

JERITAN SUATU JIWA...

JERITAN SUATU JIWA YANG TERCAMPAK DI DALAM NERAKA
by Our Lady of the Rosary Library

Kisah yang tidak biasa ini menceritakan ungkapan hati dari dari suatu jiwa kepada seorang sahabatnya di dunia. Kisah ini merupakan catatan yang penting mengenai langkah-langkah yang ditempuh oleh suatu jiwa dari seorang wanita muda yang kini berada di dalam neraka untuk selamanya.

Hendaknya kisah ini bisa menjadi sebuah peringatan keras bagi kita, kisah yang menyampaikan perjalanan hidup manusia yang banyak sekali dialami dan dilakukan oleh manusia sekarang.

Belas kasih Allah telah memungkinkan kisah ini sampai kepada kita, yang membuka sebuah sudut sempit dari tirai yang menyembunyikan misteri-misteri menakjubkan yang telah menantikan kita semua, sementara peristiwa-peristiwa semakin ‘matang’ terjadi saat ini di dunia. Kami berharap agar banyak jiwa mau mendengar, memperhatikan dan merubah kehidupannya menjadi semakin baik.

Clara dan Annette, Katolik, bujang, usia 20an tahun. Keduanya bekerja di kantor yang berbeda namun berdekatan lokasinya. Kantor mereka adalah sama-sama merupakan perusahaan komersiil di Jerman. Meskipun mereka tidak bisa dibilang sebagai teman dekat, tetapi mereka bersikap sopan dan saling menghargai satu sama lain. Mereka juga pernah berbagi pikiran dan juga saling mempercayai. Clara adalah seorang yang saleh dan dia menjalankan kewajibannya untuk menasihati dan menegur Annette jika dia terlalu santai dan tidak menghiraukan masalah-masalah religius.

Dalam perjalanan waktu kemudian Annette menikah dan keluar dari pekerjaannya. Saat itu tahun 1937. Pada suatu hari Clara melewatkan musim gugur tahun itu untuk berlibur di danau Garda. Kira-kira pertengahan bulan September, Clara menerima surat dari ibunya : “Anakku, Annette, sahabatmu, telah meninggal… dia menjadi korban dari sebuah kecelakaan mobil dan dia dikuburkan kemarin di Wald-Friedhof.

Clara menjadi takut dan khawatir karena dia tahu bahwa temannya itu tidak mempedulikan urusan agamanya. Apakah dia siap untuk hadir di hadapan Allah? Mati secara mendadak, apa yang terjadi atas dirinya?

Jangan Berdoa Buat Aku

Hari berikutnya Clara mengikuti Misa, menerima Komuni, dan berdoa banyak bagi sahabatnya, Annette. Malam berikutnya, sekitar 10 menit sesudah tengah malam, dia menerima sebuah penglihatan…

“Clara, jangan berdoa bagiku ! Aku berada di dalam neraka ! Jika aku berkata ini kepadamu, dan bercerita banyak kepadamu, janganlah kamu mengira bahwa ini karena persahabatan kita. Kami disini (neraka) tidak mengasihi siapapun. Aku melakukan hal ini karena terpaksa. Sesungguhnya aku ingin melihat kamu datang dan melihat keadaanku disini, dimana aku harus tinggal selamanya disini.”

“Mungkin perkataanku ini membuatmu marah, namun disini kami semua berpikir seperti itu. Keinginan-keinginan kami hanya terpaku kepada kejahatan belaka, kamu menyebutnya sebagai keinginan setan. Meski kami melakukan sesuatu yang ‘baik’ seperti yang kulakukan saat ini, namun hal ini bukan berdasarkan kepada niatan yang baik.”

“Apakah kamu masih ingat pada pertemuan pertama kita, beberapa tahun yang lalu? Saat itu kamu berusia 23 tahun, dan kamu telah bekerja disana setengah tahun sebelumnya. Karena aku adalah orang baru disitu, kamu telah banyak menolong dan membantu aku. Lalu aku memuji caramu mengasihi sesamamu. Konyol ! Kamu menolong karena lagakmu yang genit aja! Disini kami tidak pernah mengakui apa yang baik – dalam diri siapapun !”

Dosa–dosa Dari Orangtua

“Ingatkah kamu tentang apa yang kusampaikan kepadamu tentang masa mudaku? (masa mudanya buruk). Kini aku didorong untuk mengisi bagian-bagian yang kosong dari keburukanku dulu.”

“Sesuai dengan rencana orang tuaku, seharusnya aku tidak dilahirkan. Sebuah penolakan dan mala petaka telah menghiasi diriku sejak di dalam kandungan. Kedua saudaraku (perempuan) berusia 14 dan 15 tahun saat itu ketika aku dilahirkan.”

“Apakah aku tidak seharusnya ada dan dilahirkan? Bisakah saat ini aku memusnahkan dan menghilangkan diriku sendiri? Lepas dari siksaan ini ! Tak ada kebahagiaan yang sebanding dengan keadaan jika aku tidak jadi dilahirkan, seperti pakaian abu yang hangus dan kemudian musnah di dalam kehampaan. Tetapi saat ini aku harus terus ada dan aku memilih untuk membuat diriku sebagai orang yang hancur lebur.”

Ketika ayah dan ibuku pindah ke kota, meninggalkan desa kami, mereka terpisah dari Gereja dan mereka berteman dengan orang-orang yang sesat dan tak peduli dengan masalah spirituil. Mereka sering mengikuti pesta pora dan kehidupan yang menyimpang, dan satu setengah tahun kemudian mereka ‘terpaksa’ menikah. 

“Sebagai kado dari upacara penikahan, ibuku masih menyimpang air suci di rumah karena dia masih mengikuti Misa beberapa kali dalam setahun. Tetapi dia tak pernah mengajari aku untuk berdoa. Dia terlalu sibuk dengan urusan kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun kehidupan kami saat itu tidak terlalu berkekurangan.”

“Aku bersikap kurang senang, bahkan sering membenci kegiatan doa, Misa, air suci, gereja. Aku membenci semua itu dan aku juga membenci orang-orang yang pergi ke gereja, dan secara umum aku membenci semua orang dan segala hal.”

Segala Sesuatu Yang Ada Disini Menjadi Sumber Rasa Sakit Dan Penderitaan

“Segala pengetahuan yang kami terima saat kematian, segala ingatan akan hal-hal yang kami lakukan atau yang kami ketahui, kami rasakan sebagai sebuah sengatan api yang sangat nyeri. Segala ingatan, yang baik maupun yang buruk, kami melihatnya di dalam cara dimana semua itu terjadi, termasuk rahmat yang telah kami abaikan dan kami hinakan. Betapa ngerinya siksaan ini. Kami tidak makan, kami tidak tidur, kami tidak berjalan. Kami dirantai, dengan lolongan dan kertak gigi, kami menyaksikan dengan putus asa kehidupan kami yang hancur saat ini, dengan segala kebencian dan penderitaan yang ada. Apakah kamu mendengar? Disini kami minum kebencian seperti kamu minum air. Lebih dari semua itu, disini kami membenci Allah. Maka dengan rasa enggan aku memaksakan diri untuk membuatmu mengerti.”

“Jiwa-jiwa terberkati di Surga bisa melihat Allah karena mereka melihat Dia tanpa tirai, dalam segala kemilauNya yang semarak. Itulah yang membuat kebahagiaan mereka tak terkira besarnya. Kami disini mengetahui hal itu, dan pengetahuan ini membuat kami sangat marah. Manusia di dunia, yang mengenal Allah dari alam dan dari pewahyuan, sebenarnya mereka bisa mengasihi Dia, namun banyak dari mereka yang tidak merasa terdorong untuk mengasihiNya. Umat beriman – aku mengatakan hal ini dengan kertak gigi dan kebencian – yang merenungkan Kristus yang di salib, dengan lengan terentang, akan berujung dengan mengasihi Dia.”

"Tetapi dia yang didatangi Allah hanya di saat badai terakhir, sebagai penghukuman, sebagai pembalasan, karena dia ditolak oleh Allah, maka orang seperti itu tidak dapat berbuat yang lain kecuali membenci Dia dengan segenap kekuatan kehendak jahatnya. Kami mati dengan tekad untuk terpisah dari  Allah. Apakah kamu sekarang mengerti mengapa neraka berlangsung selamanya! Itu karena keinginan kami telah ditetapkan dan terpaku bagi keabadian pada saat kematian kami. Kami telah membuat pilihan kami yang terakhir. Kebandelan dan keras kepala tidak akan pernah meninggalkan kakmi. Dengan terpaksa, aku harus mengatakan bahwa Allah tetap berbelas kasih bahkan terhadap kami. Aku menegaskan bahwa banyak hal yang bertentangan dengan keinginanku dan aku harus menahan diri terhadap pelecehan yang seharusnya aku muntahkan. "

“Allah itu sangat berbelas kasih kepada kami dengan tidak mengijinkan keinginan jahat kami untuk terlaksana di dunia, meskipun kami telah siap untuk melakukan hal itu. Hal ini semakin meningkatkan rasa bersalah dan penderitaan kami. Allah bisa membuat kami mati sebelum saatnya, seperti dalam kasusku ini, atau justru membuat peristiwa lain mengundurkan saat kematian kami. Kini Dia menunjukkan belas kasihNya kepada kami dengan cara tidak mengijinkan neraka datang lebih cepat daripada yang Dia rencanakan. Setiap langkah yang membawa kami lebih mendekati Allah membuat kami semakin menderita seperti jika kami mendekati tungku api yang sangat panas.”
“Mungkin kamu merasa sedih mendengar kisahku ini, ketika pada sebuah saat ketika aku sedang berjalan-jalan, beberapa hari sebelum Komuni pertamaku, ayah mengatakan kepadaku: 'Annette kecilku, yang terpenting adalah gaun putihmu yang indah itu, sedangkan yang lainnya hanya tambahan saja.' Karena kekhawatiranmu, aku hampir merasa malu. Dan sekarang aku menyesalinya."

Marah Karena Aturan Yang Menurunkan Usia Untuk Menerima Komuni Pertama

"Yang penting adalah bahwa kita tidak diijinkan (oleh orang tua kami) untuk menerima Komuni sampai usia 12 tahun. Pada saat itu aku sudah larut dalam pesta pora duniawi dan sangat mudah sekali bagiku untuk mengesampingkan urusan agama. Jadi, aku tidak menganggap penting Komuni pertamaku saat itu. Selain itu kami juga marah jika ada anak-anak menerima Komuni pada usia tujuh tahun. Kami melakukan segala sesuatu yang kami bisa untuk membuat orang percaya bahwa anak-anak tak memiliki pengetahuan yang memadai pada usia itu Mereka harus terlebih dahulu melakukan beberapa dosa berat. Partikel putih (Hosti Kudus) tidak akan banyak berperanan pada diri kami asalkan iman, harapan, dan kemurahan hati, yang kami terima pada saat Pembaptisan, masih hidup di dalam hati."

"Marta K - dan kamu mendorong saya untuk masuk "Perkumpulan Wanita Muda." Permainan disitu sangat lucu, seperti yang kamu tahu, aku langsung mengambil bagian dalam posisi pengurus disitu dan aku menyukainya. Aku juga suka piknik. Aku juga beberapa kali pernah dianjurkan untuk mengaku dosa dan menerima Komuni, kadang-kadang."

Tidak Mau Berdoa

"Pernah sekali kamu memperingatkan aku, 'Anne, jika kamu tidak mau berdoa, kamu akan mengalami kebinasaan.' Dulu aku sangat jarang berdoa, dan bahkan sangat enggan melakukannya, tetapi kamu terlalu baik bagiku. Semua orang yang terbakar di dalam neraka tidak mau berdoa atau tidak cukup dalam berdoa."

"Doa adalah langkah awal menuju Allah, dan ini adalah langkah yang menentukan, terutama doa kepada dia yang adalah Bunda Kristus, yang namanya tidak pernah kami ucapkan di dalam neraka. Devosi kepadanya menyelamatkan banyak sekali jiwa-jiwa dari cengkeraman iblis."

"Aku melanjutkan ceritaku, dengan dipenuhi oleh kemarahan dan juga karena harus melakukannya. Berdoa adalah hal yang paling mudah yang bisa dilakukan oleh manusia di dunia. Dan Allah telah melekatkan keselamatan kepada masing-masing orang karena tindakan doa yang mudah itu."

"Bagi dia yang mau berdoa dengan tekun, sedikit demi sedikit Allah akan memberi begitu banyak terang, begitu banyak kekuatan, sehingga pendosa yang paling berat sekalipun pada akhirnya akan bisa dibawa kembali kepada keselamatan. Selama tahun-tahun terakhir kehidupanku, aku tidak mau berdoa lagi, sehingga aku tidak memiliki rahmat dimana jika tanpa rahmat itu maka tidak ada manusia yang bisa diselamatkan. Di tempat ini, neraka, kita tidak lagi menerima rahmat. Selain itu, seandainya kita menerimanya, kita akan menolaknya dengan sikap sinis. Segala macam keberadaan duniawi telah sirna di dalam kehidupan berikutnya. Selama bertahun-tahun aku telah berada jauh dari Allah, dan di dalam panggilan terakhir bagiku untuk bisa menerima rahmat, aku telah memutuskan untuk menolak Allah."

"Aku tidak pernah percaya akan pengaruh iblis, tempat sekarang aku menegaskan bahwa dia memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap orang-orang yang berada dalam kondisi seperti yang aku alami saat itu. Hanya melalui doa yang banyak, doa dari orang-orang lain maupun doaku sendiri, yang dipersatukan dengan pengorbanan dan silih, maka hal itu dapat merenggutku dari cengkeraman iblis. Dan hal inipun terjadi sedikit demi sedikit. Jika hanya ada sedikit orang yang kerasukan iblis secara eksternal (secara jasmani), maka sangat banyak orang yang mengalaminya secara internal (di dalam hati dan jiwa). Iblis tidak dapat mencuri kehendak bebas dari orang-orang yang menyerahkan diri kepada pengaruhnya. Tetapi di dalam hukuman di neraka, karena kemurtadan, maka Allah membiarkan iblis bersarang dan berkuasa di dalam hati manusia."

"Aku memang membenci Iblis, namun aku senang dengan dia, karena dia berusaha menghancurkan kamu semua. Iblis dan semua pengikutnya, yaitu para malaikat durhaka yang jatuh bersamanya pada awal zaman. Jumlah mereka ada jutaan banyaknya. Mereka berkeliaran di bumi, seperti tebalnya segerombolan lalat yang terbang, dan kamu bahkan tidak menyadarinya. Memang kami, jiwa-jiwa terkutuk ini, tidak diijinkan untuk mencobai kamu, karena hal itu hanya diperuntukkan bagi roh-roh durhaka itu. Sebenarnya setiap kali mereka menyeret suatu jiwa manusia ke sini, ke neraka, siksaan dan sakit mereka juga semakin meningkat. Tapi iblis mau menerima penderitaan itu demi melampiskan nafsu kebenciannya yang tak terkendali. Apa yang tidak dilakukan oleh seseorang demi melampiaskan kebenciannya?"

Perkawinan Yang Berumur Setahun

"Jauh di dalam lubuk hatiku, sebenarnya aku memberontak melawan Allah. Tetapi kamu tidak memahaminya. Kamu berpikir bahwa aku masih seorang Katolik. Kenyataannya, aku ingin disebut sebagai seorang Katolik. Aku bahkan kadang-kadang masih membayar iuran gereja. Mungkin omonganmu memang benar. Bagiku hal itu tidak memberi kesan apapun, karena seharusnya kamu tidak boleh bertindak benar. Karena relasi kita, yang menurutku, adalah palsu, maka perpisahan kita karena perkawinanku dulu, tidak ada konsekuensinya apapun bagiku. Sebelum pernikahan aku mengaku dosa dan menerima Komuni sekali lagi. Itu adalah sebuah ajaran biasa. Suamiku dan aku berpikir sama dalam hal ini. Mengapa kami tidak menurut saja dengan formalitas ini? Jadi kami mematuhi hal ini, seperti halnya terhadap formalitas lainnya."

"Kehidupan perkawinanku, secara umum, sangat harmonis. Kami memiliki gagasan yang sama dalam segala hal. Disinipun kami sama-sama tidak menginginkan adanya beban memiliki anak-anak. Sebenarnya, suamiku ingin memiliki anak satu, dan satu lagi. Tetapi pada akhirnya aku berhasil membujuknya untuk melepaskan keinginan ini. Pakaian, perabotan mewah, tempat hiburan, piknik dan perjalanan dengan mobil adalah hal yang lebih penting bagi saya (daripada memiliki anak). Ini adalah tahun-tahun kenikmatan di dunia, yang berjalan cepat dari saat  pernikahan sampai saat kematianku secara mendadak. Di dalam hati, tentu saja, aku tidak pernah merasa bahagia, meski merasa nyaman secara jasmani. Selalu ada sesuatu yang tidak pasti di dalam diriku yang terus menggerogoti aku."

"Tanpa diduga aku mendapat warisan dari bibi, yang bernama Lotte. Suamiku berhasil meningkatkan pendapatannya menjadi cukup banyak. Maka aku dapat membeli rumah baru kami dengan cara yang menarik. Agama tidak menunjukkan cahayanya bagiku. Hanya nampak dari kejauhan saja, pucat, redup dan tidak pasti."

Orang tak bisa bercerita lebih besar daripada realitas neraka yang sebenarnya

"Aku biasa memberi kebebasan kepada khayalan burukku tentang beberapa gambaran mengenai neraka pada masa lalu di kuburan atau di tempat lain, di mana iblis memanggang jiwa-jiwa di atas bara api merah membara, sementara teman-temannya dengan ekor yang panjang menarik korban-korban yang baru kepadanya. Namun Clara, orang bisa saja salah dalam menggambarkan neraka, tetapi orang tak pernah bisa bercerita lebih besar daripada realitas neraka yang sebenarnya."

"Aku katakan kepadamu: api yang diceritakan di dalam Alkitab, bukan berarti siksaan terhadap hati nurani. Karena api adalah api ! Apa yang diucapkan Allah: 'Menjauhlah dariKu, engkau yang terkutuk, menuju api yang kekal', kalimat ini harus dipahami secara harfiah. Ya, secara harfiah. Mungkin kamu bertanya: bagaimana roh bisa disentuh oleh api yang bersifat fisik? Bagaimana jiwamu bisa menderita di dunia ketika kamu meletakkan jarimu pada kobaran api? Sebenarnya, jiwa itu tidak terbakar, namun betapa besarnya siksaan yang dialami oleh setiap individu di dalam neraka !”

"Siksaan kita yang terbesar adalah berupa pengetahuan bahwa kita tidak akan pernah melihat Allah, untuk selamanya ! Bagaimana hal ini bisa sangat menyiksa kita? Karena di dunia kita telah  begitu acuh tak acuh ! Selama sebuah pisau terletak di atas meja, hal itu membuat kamu tenang-tenang saja. Kamu bisa melihat betapa tajamnya pisau itu, tetapi kamu tidak merasakannya. Sekarang, tusukkan pisau itu ke dalam tubuhmu dan kamu akan menjerit kesakitan. Sekarang kami di dalam neraka merasakan kehilangan Allah. Umat Katolik yang musnah ke dalam neraka akan menderita lebih besar daripada umat dari agama-agama lain, karena mereka, kebanyakan, menerima dan mengabaikan lebih banyak rahmat dan lebih banyak terang. Orang yang tahu lebih banyak akan menderita lebih keras daripada orang yang tahu sedikit. Dia yang berdosa karena kedengkian lebih menderita daripada dia yang berdosa karena kelemahannya. Tetapi di dalam neraka tidak ada yang menderita lebih daripada yang seharusnya. Ya, jika itu tidak benar, maka aku harus punya tujuan lain untuk membenci !"

Berbagai Keadaan Dari Kematiannya.

Kematianku terjadi seperti ini…

"Seminggu yang lalu – aku berbicara sesuai dengan perkataanmu, karena dari rasa sakitnya, aku dapat dengan mudah mengatakan bahwa sudah sepuluh tahun aku terbakar di dalam neraka – dan seminggu yang lalu, saya dan suami saya, pada hari Minggu pergi berlibur, ini adalah yang yang terakhir bagiku. Hari itu sangat indah, aku merasa sangat nyaman. Ada sekilas rasa takut yang menyertai perasaan bahagia yang menyertaiku sepanjang waktu. Secara tiba-tiba, saat kami pulang, suamiku dikejutkan oleh sebuah mobil yang melaju kencang dari arah depan hingga dia kehilangan kendali."

"Kata ‘Yesus’, yang sering diucapkan oleh beberapa orang Jerman – telah meluncur keluar diri dari bibirku dengan rasa menggigil, dimana ucapanku ‘Yesus’ ini bukan sebagai doa, tapi sebagai teriakan saja. Rasa sakit yang mengoyak menyelimuti seluruh tubuhku (tapi jika dibandingkan dengan neraka saat ini, rasa sakitku dulu hanya ringan saja). Kemudian aku kehilangan kesadaran. Aneh! Pagi itu, saat berkendara, pikiran ini datang kepadaku dengan cara yang tidak dapat dijelaskan: 'Kamu bisa pergi ke Misa sekali lagi', sepertinya ini adalah panggilan Kasih dari Allah yang terakhir kalinya bagiku."

"Jelas dan tegas, jawaban 'TIDAK' dariku telah memutus rangkaian pikiranku saat itu. Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi setelah kematianku. Nasib dari suamiku dan nasib dari ibuku, apa yang terjadi dengan jenazahku dan proses pemakamanku telah kuketahui karena pengetahuan alami yang kami miliki di tempat ini. Apa yang terjadi di dunia kami ketahui secara samar-samar saja, tapi kami tahu apa yang mengenai diri kami secara langsung. Dan aku juga tahu bahwa kamu masih hidup."

"Aku sendiri tiba-tiba terbangun dari kegelapan, pada saat kematianku. Aku melihat diriku dibanjiri oleh cahaya yang menyilaukan. Itu terjadi di tempat yang sama dimana tubuhku terbaring. Seperti dalam sebuah teater, ketika tiba-tiba lampu menyala dan tirai dibuka dan sebuah pemandangan yang tak terduga, mengerikan, menjadi jelas muncul di hadapanku. Itu adalah pemandangan dari kehidupanku sendiri."

"Jiwaku menunjukkan dirinya kepadaku seperti dalam sebuah cermin. Segala rahmat yang telah kuabaikan sejak masa mudaku sampai kepada jawaban ‘TIDAK’ku yang terakhir kepada Allah. Aku merasa diriku seperti seorang pembunuh, kepada siapa korbannya yang meninggal diperlihatkan selama persidangan di pengadilan:

Akankah aku menyesal dan bertobat? TIDAK !

Apakah aku merasa malu? Tak Pernah !

"Namun, aku tak mampu berdiri di depan mata Allah, yang telah kutolak selama ini. Hanya ada satu hal saja untukku saat itu: berlari ! Seperti Kain yang melarikan diri dan menjauhi tubuh Abil, maka jiwaku segera berlari menjauhi pemandangan yang ngeri itu."

"Inilah penghakiman yang pribadi atas diriku: Hakim yang tidak kelihatan itu berkata: 'Menjauhlah dariKu'. Dan kemudian jiwaku, diselimuti oleh belerang yang cair, melemparkan dirinya sendiri seperti sebuah bayang-bayang ke dalam siksaan yang kekal"

Kata Penutup Dari Clara

Ketika dentang lonceng Angelus terdengar keesokan paginya, aku masih sangat dikuasai oleh malam yang mengerikan itu, aku segera bangkit dan berjalan menuju kapel. Jantungku berdebar dengan kencang. Orang-orang dari rumah perawatan yang berlutut di sekitarku, menatapku dengan heran. Kuharap mereka berpikir bahwa mungkin aku menuruni anak tangga terlalu cepat dan membuatku tersengal-sengal. Tapi seorang wanita yang baik dari Budapest yang telah memperhatikan aku dengan sungguh, dan setelah Misa dia berkata kepadaku sambil tersenyum: "Nyonya, Tuhan menghendaki kita melayani Dia dengan tenang, bukan dengan tergesa-gesa." Tetapi dia segera menyadari bahwa ada sesuatu yang lain yang sedang aku hadapi, dan dia terus berbicara denganku. Dan ketika dia melanjutkan nasehatnya dengan lemah lembut, aku berpikir: "Hanya Tuhan saja sudah cukup bagiku !!" Ya, hanya Dia saja yang harus menjadi bagianku dalam kehidupan ini dan di hari-hari berikutnya nanti. Suatu hari nanti aku berharap untuk memiliki Dia di Surga, apapun pengorbanan yang mungkin menyengsarakan aku di dunia ini. Tapi tolong, tolong jangan biarkan aku pergi ke neraka !!


"Biarlah api dan tiang gantungan, binatang buas dan segala siksaan iblis menyerang aku, supaya aku dapat bersukacita karena aku menjadi milik Yesus Kristus." -Saint Ignatius


 Catatan dari penulis kisah ini:

Pada penampakan bulan Juli di Fatima, sebuah penglihatan atas api neraka diberikan kepada ketiga anak visiuner, dan secara signifikan, keberadaan neraka itu juga ditegaskan oleh keajaiban besar yang terjadi pada tanggal 13 Oktober. Namun kenyataannya, neraka hanya sedikit sekali dibicarakan di atas mimbar kotbah. Karena itu maka campur tangan secara khusus dari Surga,  seperti juga di Fatima, mungkin diperlukan untuk mengembalikan doktrin yang penting ini pada posisi yang sebenarnya dalam dogma Kristiani.

Perlu diingat bahwa neraka yang dibicarakan di sini adalah neraka yang memiliki tempat penting dalam doktrin Katolik, neraka yang digambarkan dengan jelas oleh Kristus sendiri, neraka yang terlihat dengan sangat menakutkan dan mengerikan, oleh anak-anak visiuner di Fatima pada tanggal 13 Juli 1917.

Diharapkan bahwa cerita di atas akan membuat pembaca menjadi bersungguh-sungguh dalam hal keselamatan jiwanya. ("Sebagian besar orang memilih untuk dikutuk." demikian kata St. Alfonsus Liguori). Hal ini sesuai dengan ajaran Alkitab. "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Mat. 7:13, 14)

Wartakanlah iman. Bagikanlah artikel ini. Berdoalah dan bekerjalah demi keselamatan jiwa-jiwa. Jika kita bertanggung jawab atas keselamatan dari suatu jiwa, maka kita juga menjamin keselamatan jiwa kita sendiri. (lihat Yakobus 5: 19-20).



Copies of this article available from:
Our Lady of the Rosary Library
11721 Hidden Creek Road
Prospect, KY 40059
Our Lady of the Rosary Library
Another translation of this article is also available at:
Sicut In Cælo et in Terra


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment