Thursday, July 27, 2017

KEBENARAN ADALAH KEKUATAN...


KEBENARAN ADALAH KEKUATAN, KEBOHONGAN ADALAH KELEMAHAN




Kebohongan, ‘setengah-benar’, serta menutup-nutupi masalah, semua ini merupakan manifestasi dari kelemahan yang fatal. Dan inilah yang sedang terjadi di dalam Gereja Katolik saat ini.

Ketika kita tak lagi bisa berkata tentang kebenaran, karena kebenaran itu justru membuka seluruh kedok kebusukan, status quo yang sangat rapuh, dan membawanya ke dalam tumpukan janji serta kebohongan yang menjijikkan, maka kita telah sampai kepada penyelewengan peranan dan fungsi yang sempurna.

Anda tahu sebuah panduan penting bagi "kepemimpinan" dalam sistem disfungsional yang sedang hancur: ketika sebuah keadaan menjadi sangat serius, maka anda harus berbohong. Dengan kata lain, status quo dari allah sekuler adalah ‘TINA’ (There Is No Alternative) - tidak ada alternatif lain, selain untuk berkata bohong, karena kebenaran akan membawa seluruh struktur yang busuk menjadi tumbang.

Inti dari dinamika salah-fungsi dan tidak sehat ini adalah ‘neraca yang tidak seimbang’, yang berarti bahwa tindakan menyembunyikan kebenaran adalah merupakan dinamika inti dalam hubungan disfungsional, di dalam rumah tangga, masyarakat, perusahaan, kota, perusahaan, negara bagian, aliansi, negara dan kerajaan: ketika kebenaran tidak dapat disampaikan karena hal itu akan bisa mengancam struktur kekuasaan status quo, maka status quo itu pasti akan runtuh.

Kebohongan, ‘setengah-benar’, serta menutup-nutupi masalah, semua ini merupakan manifestasi dari kelemahan yang fatal. Apa yang ingin dikatakan oleh tindakan kebohongan, ‘setengah-benar’, serta menutup-nutupi masalah ini adalah: kita tak bisa lagi memperbaiki masalah-masalah yang kita hadapi, dan daripada kebenaran ini muncul ke publik, maka kita harus menutupinya dibalik segala kebohongan dan janji-janji palsu. (Misalnya: Allah adalah maharahim, maka segala dosa pasti diampuni, meskipun tanpa penyesalan; dosa itu tidak ada, setan itu tidak ada, neraka itu tidak ada; perlunya pendampingan pastoral terhadap pendosa, yang ujung-ujungnya mengijinkan pendosa menerima Komuni Kudus tanpa Pengampunan Dosa dan tobat).

Kebenaran adalah kekuatan, kebohongan adalah kelemahan. Dan apa yang kita terima saat ini adalah serba kebohongan, dengan statistik yang sengaja dirancang untuk menyesatkan serta berbagai janji palsu agar status quo itu tetap stabil dan permanen. Kebenaran adalah kekuatan karena ia adalah dinamika inti dari penyelesaian masalah. Kebohongan, statistik yang dimanipulasi, serta janji-janji palsu adalah fatal karena ia melemahkan upaya yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki apa yang berantakan, sebelum sistem itu mencapai titik atau keadaan yang tak bisa kembali lagi (the point of no return.)

Dan saat ini kita telah melampaui titik itu. ‘Kebijaksanaan’ kebohongan telah membuat kita menjadi hancur. Iman dan nilai-nilai moral berantakan.

Catatan-catatan yang jujur dari perusahaan-perusahaan yang sangat sukses dan berhasil, telah berbagi satu ciri utama mereka: dalam setiap kasus, para manajer ditekan untuk menyembunyikan kebenaran dari manajemen puncak, yang kemudian ia akan menyembunyikan kebenaran dari para investor dan klien.

Inilah dinamika kunci dalam oligarki yang gagal: jika berkata hal yang benar akan membuat anda dihukum dan dikirim ke Siberia (atau yang lebih buruk lagi), maka tidak ada orang, yang memiliki naluri untuk mempertahankan diri, akan mengatakan apa yang sebenarnya.

Jika mengaburkan kebenaran bisa menyelamatkan jabatan seseorang, maka itulah yang akan  dilakukan orang banyak. Jika tindakan ini bisa merusak organisasi maka hal itu menjadi ‘urusan belakangan’ bagi orang-orang yang hanya berusaha mempertahankan (kedudukan) dirinya sendiri.

Nampaknya wajar, bukan?


Tapi Tuhan tak pernah tidur…

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment