Monday, April 20, 2020

YUDAS MENDAPATKAN INDULGENSI KEPAUSAN


YUDAS  MENDAPATKAN  INDULGENSI  KEPAUSAN
oleh Jules Gomes  •  ChurchMilitant.com  •  10 April 2020

Fransiskus telah keliru dalam mengutip Alkitab dengan berusaha merehabilitasi perbuatan si pengkhianat.

Didalam Inferno, Dante mengutuk "para pengkhianat hingga kepada para pendukungnya" di neraka yang paling bawah, terperangkap di dalam bekuan es. Setan, yang digambarkan memiliki tiga mulut, mengunyah tiga pengkhianat paling terkenal dalam sejarah. Yudas, yang mengkhianati Yesus, berada di tengah dan yang paling menderita siksaan. Dua pengkhianat lain yang digambarkan Dante adalah Brutus dan Cassius, yang mengkhianati Caesar.
Tujuh ratus tahun kemudian, dalam khotbah kasar yang ditandai dengan penekanan kata-kata yang melenceng dari syair puitis Dante tersebut, Paus Fransiskus ;meniupkan udara panas’ di permukaan es didalam Inferno, dan berusaha melelehkannya dan merehabilitasi Yudas sebagai "teman" Yesus.

     

Yudas, yang berada di mulut busuk Lucifer, harus berusaha menarik pita suaranya untuk menerjemahkan seperti yang Pavarotti katakan "Teman seperti apakah yang dimiliki Fransiskus." Dia bisa merasakan es di sekitarnya mencair. Bagaimanapun, Fransiskus, layaknya seperti seorang aktivis jaksa penuntut dalam sebuah novel John Grisham, sudah membela kasusnya sejak orang Argentina (Paus) itu menduduki tahta Santo Petrus.

Pada tahun 2016, Fransiskus ‘meneteskan air mata kepausannya’ untuk Yudas. "Mungkin bila seandainya dia (Yudas) bertemu dengan Perawan Maria, segalanya akan berjalan secara berbeda, tetapi lelaki malang itu pergi begitu saja, tidak menemukan jalan keluar dari keadaannya, dan dia pergi untuk menggantung dirinya," demikianlah Fransiskus  berspekulasi, berusaha membandingkan secara teologis seperti membeli seekor babi di ladang.

"Seseorang mungkin berpikir, 'paus ini adalah seorang yang sesat.' Akan tetapi, tidak! Mereka seharusnya pergi mengunjungi ibukota abad pertengahan di pilar Basilika Santa Maria Magdalena di Vézelay, Burgundy”, rancaunya. "Di ibukota itu, di satu sisi ada patung Yudas, dalam keadaan tergantung, bunuh diri, tetapi di sisi lain adalah Gembala Yang Baik yang menggendongnya pergi di pundak-Nya."

Sumber pokok Fransiskus melakukan teologi adalah layaknya sebuah buku komik abad pertengahan, yang gemar dipahat oleh para tukang batu jahat yang cukup senang atas perbuatannya.

Dalam sebuah wawancara pada tahun 2017 dengan Die Zeit, Paus yang tidak suka menghakimi ini kembali ke Pameran A – patung batu abad pertengahan milik Fred Flintstone. Giovanni Lorenzo, sang pewawancara, bertanya kepada Fransiskus apakah Tuhan dapat mengampuni para pembunuh massal seperti Hitler dan Stalin. Fransiskus bergumam, "Saya tidak tahu, mungkin saja... saya tidak tahu."

Dengan memuntahkan buku teologi komik Vézelay-nya, Fransiskus mengatakannya dengan tegas: "Ini adalah teologi Abad Pertengahan, seperti para biarawan mengajarkan mereka. Tuhan mengampuni sampai akhir."

Giovanni mencoba membantu Fransiskus melarikan diri dari olokan-olokan yang memalukan. Dia bertanya, "Tetapi Anda harus mencari pengampunan?" Sebaliknya, Fransiskus menggali dirinya semakin dalam ke kubangan teologisnya sendiri:

Saya tidak menganggap bahwa Yudas berada di Surga dan diselamatkan. Akan tetapi, saya juga tidak menganggap sebaliknya... Lihatlah didalam Alkitab yang mengatakan: Ketika Yudas menyadari perbuatannya, ia pergi kepada para imam besar. Alkitab menggunakan kata pertobatan. Mungkin pengampunannya belum terjamin, tetapi dia telah bertobat.

Apaaaaa?

Apakah Bapa Suci tahu bagaimana gambaran–gambaran abad pertengahan tentang Yudas yang sering menggambarkannya berpakaian khas Yahudi atau dengan ciri-ciri klise khas Yahudi – sebuah ungkapan anti–Semit yang memuakkan? Bila Fransiskus mengandalkan teologinya dari ikonografik yang rancu seperti ini, maka dia mungkin menjadi pemimpin pengajar Roma yang menyebalkan pada Senin Paskah, bukan?

Lantas apakah Fransiskus membaca Injil-Injil kanonik atau Injil gnostik menurut Yudas? Dua puluh dua ayat dalam Perjanjian Baru menyebutkan Yudas Iskariot – tidak seorang pun dari ayat-ayat itu yang menuliskan adanya metanoia (perubahan) Yudas kepada "pertobatan."

Paus mengeluarkan pembelaannya yang paling bersemangat atas pengampunan presidensial Yudas pada hari Rabu di saat Pekan Suci, dengan membiarkan umat Katolik sebagai orang yang diperdaya, seperti seekor tupai di sebuah pesta landak.

***

Saya tidak menganggap bahwa Yudas berada di Surga dan diselamatkan. Akan tetapi, saya juga tidak menganggap sebaliknya... Tweet

***

"Bagaimana kehidupan Yudas berakhir? Saya tidak tahu," Fransiskus bertanya dengan mengutip perkataan Yesus, "Akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu dikhianati – Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan!" (Mat 26:24 – ed)

Kemudian, seperti sebuah roller tinggi di sebuah kasino Las Vegas, dia ‘membanting’ kartu-kartunya: "Apakah ini berarti bahwa Yudas berada di dalam Neraka? Saya tidak mengetahuinya. Saya melihat pada Injil dan, Yesus memanggilnya 'teman,' dan Dia menciumnya."

Fransiskus membutuhkan seorang sarjana Alkitab yang baik untuk memeriksa penafsirannya. Pertama, Yesus memanggil Yudas "teman" dalam Injil Matius (27:50). Seperti banyak penafsir, Sarjana Perjanjian Baru Katolik, Raymond Brown, dalam karya utamanya  The Death of the Messiah menjelaskan bahwa Yesus menggunakan kiasan. Ironisnya, Yudas menyapa Yesus dengan sebuah ciuman dan berkata, "Salam, Rabi!" Yesus menjawab dengan kiasan yang sama: "Teman, perbuatlah apa yang harus kamu perbuat."

Yesus tidak menggunakan kata itu untuk seorang sahabat sejati, yaitu philos. Sebaliknya, Dia memanggil Yudas hetairos – teman atau rekan – istilah yang digunakan secara eksklusif oleh Matius dan selalu digunakan secara negatif. Dalam perumpamaan tentang pesta pernikahan (Mat. 22: 1–14), raja dalam perumpamaan tentang pesta pernikahan bertanya kepada pria yang tidak mengenakan pakaian pesta: "Teman (ἑταῖρε), bagaimana Anda bisa masuk ke sini tanpa berpakaian pesta pernikahan?" Raja kemudian memerintahkan tangan dan kaki orang itu diikat dan dicampakkan ke dalam kegelapan yang dalam.




Dalam perumpamaan tentang pekerja di ladang anggur (20: 1–16), sang pemilik keluar beberapa kali dalam sehari untuk mengawasi para pekerja. Ketika ada seseorang yang bersungut-sungut karena menerima upah yang sama untuk waktu kerja yang tidak sama, maka si tuan itu menjawab, "Teman, aku tidak bersikap tidak adil kepadamu. Apakah kamu tidak setuju denganku bekerja untuk satu dinar?"

Kedua, Yudas tidak bertobat. Matius menggunakan kata kerja Yunani metameslesthai, bukan metanoia, untuk menggambarkan "penyesalan" atau "kekecewaan" dan ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai "bertobat." Akan tetapi, sebagian besar terjemahan bahasa Inggris termasuk Alkitab Katolik New Jerusalem dan Alkitab Katolik New Italian mengatakan bahwa Yudas "terbelenggu oleh penyesalan." Sebuah perbedaan yang besar!

Brown mengamati bahwa "perubahan yang terlibat dalam metameslesthai tidak berkenan bagi Allah" (Keluaran 13:17). Setelah berdebat dengan para cendekiawan yang menyimpulkan Yudas mungkin telah diampuni oleh Tuhan – sebuah pandangan yang berasal dari Origen – Brown berpendapat bahwa hal ini bertentangan dengan penjelasan Matius bahwa kematian Yudas dijelaskan untuk memenuhi nubuatan Yesus tentangnya: "Akan tetapi, celakalah orang... lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan!" (Mat 26:24)

Yudas melakukan dosa berat dengan mencucurkan "darah orang yang tidak bersalah" (Matius 27: 4) – dosa di dalam Perjanjian Lama yang tidak dapat diampuni (2 Raja-raja 24: 4). "Terkutuklah orang yang menerima suap untuk mengambil nyawa orang yang tidak bersalah," kata Torah (Ulangan 27:25). "Yudas telah melakukan sesuatu yang sangat kejam sehingga tidak ada pertobatan biasa yang bisa mempengaruhinya," Brown menambahkan.

Sementara Yudas mendatangi imam-imam kepala, musuh-musuh Yesus, mencari wujud pengampunan dosa, tetapi dia tidak datang kepada Yesus, dan "dengan demikian orang mungkin beranggapan bahwa dalam psikologi kisah Matius bahwa penyesalannya tidaklah benar-benar tulus," dia menjelaskan.

***
"Apakah ini berarti bahwa Yudas berada di dalam Neraka? Saya tidak mengetahuinya. Saya melihat pada Injil dan, Dia memanggilnya 'teman,' dan Dia menciumnya." Tweet
***

Ketiga, Yesus tidak pernah mencium Yudas. Yudaslah yang mencium Yesus! Tetapi Paus Fransiskus telah membuat kisah sendiri didalam pikirannya. Jadi, hendaklah kita tidak dibuat bingung oleh Fransiskus dengan fakta-fakta yang ada.

Para warga Twitter dengan cepat menarik perhatian Fransiskus kepada naskah-naskah dari Injil yang berbicara tentang Setan yang merasuki Yudas. Yang lain menyentil telinga sang Paus menggunakan Tradisi, mengingatkan Fransiskus bahwa selain para Bapa Gereja, Katekismus dari Konsili Trente mengajarkan bahwa Yudas "menggantung dirinya, dan dengan demikian kehilangan jiwa dan tubuh" dan menderita "kebinasaan abadi."


Paus Fransiskus sendiri memberi kita sebuah petunjuk mengapa dia menawarkan Yudas pengampunan kepausan sepenuhnya. Pada tahun 2018, dia bermain-main dengan kanon 2267 dari Katekismus Gereja Katolik dengan berkata bahwa hukuman mati "tidak dapat diterima." Pada tahun 2019, dia menyerukan penghapusan atas hukuman penjara seumur hidup, dengan menyebutnya sebagai "populisme hukum."

Seperti Michel Foucault, perintis postmodernisme Perancis, Fransiskus percaya bahwa "tidak ada kemuliaan dalam menghukum" – kecuali Ibu Pertiwi yang menghukum kita dengan virus Wuhan karena manusia tidak mau menghentikan perubahan iklim!

Dan, meskipun Vatikan kemudian menyangkal pernyataan paus itu, tetapi Paus Fransiskus mengatakan dalam sebuah interview dengan "temannya’ Scalfari (seorang wartawan, komunis) : "Neraka itu tidak ada. Jiwa dari orang berdosa akan musnah begitu saja."

Jadi, jika tidak ada hukuman dan tidak ada Neraka, maka semua orang akan diselamatkan. Dan tidak akan menimbulkan masalah jika Anda, berbuat seperti Hitler, Anda melakukan genosida, memusnahkan enam juta orang Yahudi, atau, seperti Yudas, Anda tidak apa-apa jika melakukan bunuh diri, membunuh seorang Yahudi yang juga merupakan Hamba Penderitaan yang menggambarkan Israel dan Anak Allah, Yesus.

Neraka !

Sapakah saya hingga berhak menghakimi?


*****










1 comment:

  1. ayo daftarkan diri anda di 4g3n365*c0m :D
    WA : +85587781483

    ReplyDelete