Friday, April 3, 2020

7 AGENDA TATA DUNIA BARU YANG MENYERTAI MUNCULNYA WABAH CORONAVIRUS


7 AGENDA TATA DUNIA BARU YANG MENYERTAI MUNCULNYA WABAH CORONAVIRUS


February 24, 2020



KISAHNYA: Sementara perdebatan berlanjut mengenai jumlah sebenarnya dari orang yang terinfeksi karena pandemi COVID-19, beberapa agenda jahat sedang didorong agar segera terlaksana.

PERTANYAAN: Apakah virus corona merupakan peluang atau alasan bagi pihak berwenang untuk meluncurkan skema kontrol dan manipulasi yang telah lama mereka inginkan?


Sementara pandemi virus korona berlanjut, dengan orang-orang berdebat di kedua kubu: apakah itu kesengajaan atau kebetulan, ada baiknya kita berhenti sejenak untuk mempertimbangkan agenda apa - maksud saya agenda yang mana dari Tata Dunia Baru – yang sedang diluncurkan dengan memanfaatkan pandemi ini sebagai kedok atau alasan.

Seperti yang saya bahas dalam artikel terakhir saya The Coronavirus 5G Connection and Coverup,” dengan jenis wabah ini, selalu ada motivasi ganda bagi pihak berwenang: motivasi untuk membesarkan atau motivasi untuk mengecilkan, karena kedua pendekatan itu melayani kelas penguasa tertentu dengan cara yang berbeda.

Penipuan adalah ciri khas pemerintah, dan jelas sekali dalam sebuah keadaan darurat, sehingga akan selalu sulit untuk mempercayai berita atau statistik apa pun yang datang dari sumber-sumber resmi. Terlepas dari asal usul dan virulensi virus yang sebenarnya, kami dapat mengatakan dengan pasti bahwa ada beberapa agenda yang didorong saat Anda membaca kalimat ini. Ini adalah strategi dialektika Hegelian lama yang sama tentang pemecahan masalah-reaksi; dan apa pun kenyataannya pada tingkat mikroba, populasi dunia memiliki persepsi tertentu tentang sebuah masalah, sehingga kelas penguasa memiliki kesempatan lain untuk membuat urutan kepentingan mereka guna keluar dari kekacauan. Di bawah ini adalah 7 agenda Tata Dunia Baru yang dilakukan sehubungan dengan pandemi coronavirus.


1. Kontrol Informasi yang Terpusat, yaitu Sensor dan Kontrol Narasi
Cukup banyak pembicara pada simulasi Event 201 (dipandu oleh Johns Hopkins Center dalam kemitraan dengan World Economic Forum [WEF] dan Yayasan Bill dan Melinda Gates) yang berbicara tentang perlunya kontrol terpusat atas informasi selama terjadinya sebuah pandemi, termasuk satu pembicara, Lavan Thiru (yang digambarkan sebagai Otoritas Moneter Singapura) yang menyebutkan tentang "sebuah langkah lebih tinggi dari bagian yang menjadi porsi pemerintah tentang tindakan terhadap berita-berita palsu." Ada beberapa yang mengatakan bahwa Big Tech bukan lagi sebuah platform tetapi sebuah penyiar dan ia harus dibuat untuk memerangi berita-berita palsu. Pembicara lain dalam mode tipikal menggambarkan buruknya teori konspirasi. Berikut adalah kutipan langsung dari simulasi acara Event 201 (yang menjadi kenyataan 6 minggu kemudian di Wuhan):

Disinformasi dan kesalahan informasi mendatangkan malapetaka ... perusahaan farmasi dituduh memperkenalkan virus sehingga mereka dapat menghasilkan uang dari obat-obatan dan vaksin, dan telah melihat kepercayaan publik terhadap produk mereka anjlok. Keresahan karena desas-desus palsu dan pesan yang memecah belah semakin meningkat, dan memperburuk penyebaran penyakit ketika tingkat kepercayaan masyarakat menurun, dan orang-orang berhenti bekerja sama dengan segala upaya. Ini adalah masalah besar, yang mengancam pemerintah dan institusi terpercaya.

Pemerintah nasional sedang mempertimbangkan atau telah mengimplementasikan sejumlah intervensi untuk memerangi informasi yang salah. Beberapa pemerintah telah mengambil kendali atas akses nasional ke internet; yang lain menyensor situs web dan konten media sosial, dan sejumlah kecil telah menutup akses internet sepenuhnya untuk mencegah aliran informasi yang salah. Hukuman telah diberlakukan atas mereka menyebarkan kebohongan berbahaya, termasuk penangkapan.

Rencananya adalah untuk melanjutkan sensor yang telah menjadi ujung tombak Big Tech selama bertahun-tahun hingga sekarang, dengan menggunakan alasan ‘berita palsu’ yang berbahaya dengan mengklaim bahwa penyebaran informasi palsu selama keadaan darurat adalah masalah yang lebih besar dari biasanya dan itu harus dihentikan. Berikut beberapa kutipan lain dari acara tersebut:

Saya memang berpikir bahwa perlu ada semacam pialang yang jujur, organisasi komando dan kontrol terpusat yang benar-benar menyatukan sektor publik-swasta, baik pada pendekatan global maupun pada pendekatan lokal ...

Ya, saya setuju, dan saya ingin berbicara tentang bagaimana memiliki broker yang jujur, dan saya pikir dalam hal ini PBB adalah sesuai dengan tugasnya…

Sangat penting bahwa PBB dan WHO tetap sangat jelas, tetapi ketika mereka menentang pemerintah secara langsung, mereka sering masuk ke masalah kewenangan, jadi saya pikir sangat penting untuk tidak menganggapnya sebagai satu-satunya tanggapan ... adalah sangat penting untuk mengingat pengaruh soft power...

Pernyataan terakhir ini mengungkap lagi agenda NWO yang dominan pada begitu banyak arena kehidupan manusia: kontrol terhadap ucapan.


2. Agenda Tanpa Uang Tunai
Agenda tanpa uang tunai adalah skema Tata Dunia Baru jangka panjang yang sejalan dengan trans-humanisme, yaitu digitalisasi segala sesuatu dalam masyarakat, termasuk hal-hal seperti uang, informasi dan kehidupan itu sendiri. Orang-orang yang haus untuk mengendalikan kekuasaan - tipe orang yang condong ke arah pemerintah - menyukai gagasan masyarakat tanpa uang tunai karena setiap transaksi ekonomi dapat dilacak, yang memungkinkan pihak berwenang untuk membangun gambaran yang lebih lengkap tentang siapa Anda sehingga bisa menghentikan semua kemungkinan pembangkangan atau revolusi sebelum hal itu terjadi. Ini juga meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak. Seperti yang ditekankan oleh artikel Activist Post ini, Cina telah mengambil kesempatan untuk meneruskan agenda tanpa uang tunai dengan mengklaim bahwa uang kertas sekarang harus dihapus dari peredaran karena kemungkinan bahwa itu dapat mengandung jejak COVID-19 dan oleh karena itu berkontribusi pada penyebaran coronavirus.

 

 

3. Karantina Melalui Hukum Darurat Militer
Pemerintah-pemerintah menyukai skenario darurat militer ini, karena hak asasi manusia bisa mereka batalkan. Cina yang otoriter telah dipuji oleh banyak kaum globalis, seperti almarhum David Rockefeller, sebagai model untuk Tata Dunia Baru. Beberapa foto dan video yang keluar dari Tiongkok menunjukkan keadaan negara-polisi di sana amat mengerikan. Pada krisis lain, menjadi kesempatan lain bagi pemerintah untuk melihat seberapa jauh mereka dapat lolos dari krisis dengan kedok (alasan): melawan virus, jadi yang melanggar harus ditangkap.


4. Vaksinasi Wajib
Pandemi coronavirus telah memberikan alasan yang bagus bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memperkenalkan salah satu agenda Tata Dunia Baru favorit mereka - vaksinasi wajib. Alasan mengapa agenda ini sangat disukai adalah karena memungkinkan otoritas mengakses tubuh manusia - dan bukan hanya tubuh warga negara, tetapi juga sampai pada aliran darahnya. Sejujurnya, kita tidak tahu apa yang ada di dalam jarum itu ketika disuntikkan, hingga segala macam hal bisa ditanamkan ke dalam tubuh kita tanpa sepengetahuan atau persetujuan kita.

Secara kebetulan (atau tidak), Cina mengeluarkan undang-undang pada 29 Juni 2019 yang meluncurkan program vaksinasi wajib nasional. Secara kebetulan (atau tidak), undang-undang tersebut mulai berlaku pada 1 Desember 2019, hanya beberapa minggu sebelum pandemi coronavirus menjadi kisah nyata dan berita buruk di seluruh dunia. Inilah artikelnya:

Pada tanggal 29 Juni 2019, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Republik Rakyat Tiongkok (RRC atau Cina) mengadopsi UU RRC tentang Administrasi Vaksin (UU Vaksin). Kantor berita resmi Xinhua menyatakan bahwa Undang-Undang tersebut memberikan hukuman berat kepada manajemen vaksin “paling ketat” untuk memastikan keamanan vaksin negara itu… Undang-undang itu mengamanatkan peluncuran platform pelacakan elektronik vaksin nasional yang mengintegrasikan informasi pelacakan di seluruh proses produksi, distribusi, dan penggunaan vaksin, untuk memastikan bahwa semua produk vaksin dapat dilacak dan diverifikasi (pasal 10). Menurut Undang-Undang itu, Cina akan menerapkan program imunisasi negara, dan penduduk yang tinggal di wilayah Cina secara hukum wajib divaksinasi dengan vaksin program imunisasi yang disediakan oleh pemerintah secara gratis. Pemerintah daerah dan orang tua atau wali anak-anak lainnya harus memastikan bahwa anak-anak akan divaksinasi dengan vaksin program imunisasi ... Undang-undang ini akan mulai berlaku pada 1 Desember 2019.

Saya juga harus bertanya-tanya tentang implikasi ketika kita memiliki apa yang disebut para ahli, seperti Ralph Baric, yang menunjukkan bahwa epidemi virus korona ini mungkin termasuk pembawa virus namun tanpa gejala (seperti dalam kisah bocah lelaki Cina berusia 10 tahun yang tidak memiliki gejala tetapi diduga dinyatakan positif COVID-19). Ini mungkin informasi yang bermanfaat, tetapi juga menambah bahan bakar ke dalam api vaksinasi wajib, sehingga dapat dikatakan, karena dengan demikian pihak berwenang mengklaim bahwa mereka harus memvaksinasi semua orang untuk melindungi masyarakat, karena semua kemungkinan pembawa virus namun tanpa gejala itu masih tersembunyi, yang dapat muncul dan menginfeksi semua orang . Selain itu, vaksinasi wajib juga dapat mencakup vaksin DNA dan microchipping (lihat selanjutnya).


5. Bill Gates ’ID2020: Identifikasi Digital Melalui Pemasangan Microchip
Seperti yang dikatakan David Icke, jika Bill Gates terlibat di dalamnya, itu adalah buruk bagi kemanusiaan. Tokoh Tata Dunia Baru, Bill Gates, telah sangat mendorong GMO dan vaksin selama bertahun-tahun (termasuk kalimatnya yang ‘tergelincir’, dimana dia mengakui bahwa vaksin berkontribusi untuk pengendalian populasi); Bill Gates adalah bagian dari Event 201 yang melakukan simulasi pandemi coronavirus sebelum itu terjadi; dia "tidak memiliki hubungan bisnis atau persahabatan dengan" Jeffrey Epstein; jadi sekarang kita harus bertanya bagaimana pentolan Tata Dunia Baru yang laris manis ini mendapatkan manfaat dari virus. Ternyata jawabannya dapat ditemukan dalam proyek globalis lain yang telah dipromosikan Gates: ID2020. Ini adalah agenda pemasangan microchip pada manusia, yang dikemas ulang. Agenda ini menjual dirinya sebagai "cara yang terpercaya dan dapat diandalkan" untuk memenuhi "hak asasi manusia yang mendasar dan universal" - melindungi identitas Anda baik secara online maupun di dunia fisik. Artikel ini melaporkan:

Aliansi ID2020, demikian sebutannya, adalah program identitas digital yang bertujuan untuk “meningkatkan imunisasi” sebagai cara memasukkan microchip kecil ke dalam tubuh manusia. Bekerja sama dengan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi, yang juga dikenal sebagai GAVI, pemerintah Bangladesh dan berbagai "mitra dalam pemerintahan, akademisi, dan bantuan kemanusiaan lainnya," Aliansi ID2020 ... ingin agar semua manusia "divaksinasi" dengan pelacakan digital chip yang akan menciptakan sistem pemantauan yang mulus untuk Tata Dunia Baru agar bisa mengelola populasi dunia dengan mudah.

Sementara alasan pengujian program ID2020 adalah terutama di Dunia Ketiga, kelompok itu mengatakan mereka juga bekerja sama dengan pemerintah di sini, di Amerika Serikat, untuk mulai membuat microchip pada manusia melalui vaksinasi. Di Austin, Texas, misalnya, populasi tuna wisma sekarang dieksploitasi sebagai kelinci percobaan kolektif untuk program vaksinasi microchip ID2020, yang menurut kelompok itu akan membantu "memberdayakan" para tuna wisma dengan memberi mereka "kendali" atas data identitas pribadi mereka. “Kota Austin, ID2020, dan beberapa mitra lainnya, bekerja bersama dengan para tunawisma dan penyedia layanan yang terlibat dengan mereka, untuk mengembangkan platform identitas digital berkemampuan blockchain bernama MyPass untuk memberdayakan para tunawisma dengan data identitas mereka sendiri,” tulis Chris Burt untuk BiometricUpdate.com. ID2020 juga menusuk para pengungsi dengan vaksinasi microchip melalui dua program percontohan perdana yang dikenal sebagai iRespondS dan Everest.

Karena Bill Gates jelas terlibat erat dalam perencanaan wabah ini dan memastikan perusahaannya memiliki paten dan vaksin untuk virus yang baru dirilis, apakah dia juga berencana menggunakan epidemi coronavirus untuk lebih mempromosikan ID2020?


6. Agenda 2030: Wuhan Dipilih Menjadi Salah Satu Kota Cerdas Cina
Agenda besar-besaran yang terlibat dalam pandemi koronavirus adalah agenda dari segala agenda - Agenda PBB 2030, yang melibatkan Kota-kota Cerdas. Tebak, apa? Sebelum meledaknya coronavirus, Cina telah merencanakan kota-kota mana yang akan menjadi kota pintar percontohan. Wuhan adalah salah satu dari mereka (yang masuk akal mengapa kota Wuhan juga merupakan situs peluncuran perdana 5G di Cina, sebagaimana dibahas dalam artikel saya sebelumnya). Lihat disini :

 

Kota Masa Depan Wuhan, yang terletak di Kawasan Pengembangan Teknologi Tinggi Danau Timur bagian timur, adalah salah satu dari empat pangkalan bakat terkonsentrasi untuk perusahaan-perusahaan besar milik Negara dan satu-satunya "kota sains dan teknologi masa depan" yang disetujui oleh Dewan Negara untuk wilayah tengah dan barat.

 


7. Apakah Epidemi Coronavirus Adalah Senjata Biologis Yang Berbasis Ras?
Saya tidak tahu apakah saya akan benar-benar mengklasifikasikan ini sebagai agenda Tata Dunia Baru, tetapi senjata biologis berbasis ras tentu saja ada kemungkinan di sini. Pertimbangkan bahwa hampir semua kematian yang diketahui dari epidemi koronavirus sejauh ini telah terjadi di Cina. Hanya sekitar 4 kematian di luar Cina yang dilaporkan - 1 di Filipina pada 1 Februari, 1 di Jepang pada 13 Februari dan 2 di Iran pada 20 Februari.

Lance Walton menulis :

VDare.com telah menulis beberapa artikel yang menanyakan mengapa tidak ada yang orang yang membicarakannya. Dia menunjukkan bagaimana Direktur Jenderal WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) Tedros Ahanom Ghebreyesus menyatakan bahwa dia menentang larangan bepergian. ZeroHedge.com mengutipnya dengan mengatakan bahwa “Kami mengulangi panggilan kami kepada semua negara untuk tidak memberlakukan pembatasan yang tidak perlu hingga mengganggu perjalanan dan perdagangan internasional. Pembatasan semacam itu dapat berdampak pada meningkatnya rasa takut dan stigma, dengan sedikit manfaat kesehatan pada masyarakat.” Jika virus tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, dan hanya melemahkan atau membunuh siapa pun, maka manfaat kesehatan masyarakat dari pelarangan perjalanan orang-orang akan menjadi besar. Namun, jika virus tersebut memang mendiskriminasi ras, dan hanya menargetkan orang Asia Timur, maka komentar kepala WHO cukup masuk akal. Namun hal ini menimbulkan lebih banyak pertanyaan: jika COVID-19 adalah bioweapon berbasis ras, siapa yang membuatnya? Amerika Serikat? Israel? Bagaimana mereka menyelundupkannya ke Cina dan melepaskannya?


Kesimpulan: Epidemi Coronavirus Digunakan untuk Mendorong Agenda Tata Dunia Baru



Sebuah cuplikan layar upacara pembukaan Wuhan Military Games yang memproklamirkan terbentuknya sebuah Dunia Baru.


Menariknya, upacara pembukaan Military World Games (Pertandingan Militer Dunia) di Wuhan memproklamirkan sebuah "Dunia Baru" (lihat gambar layar dari upacara pembukaan) yang menggunakan kalimat Tata Dunia Baru dan juga menyarankan transformasi masyarakat - satu lagi petunjuk bahwa seluruh acara ini adalah sudah direncanakan sebelumnya. Apa pun kebenaran yang sebenarnya mengenai asal-usul virus itu sendiri, siapa yang menciptakannya, bagaimana virus itu dilepaskan dan apakah benar-benar sama berbahayanya dengan virus-virus sebelumnya, tidak ada keraguan bahwa seluruh fenomena epidemi coronavirus saat ini sedang digunakan untuk mempercepat beberapa agenda Tata Dunia Baru dengan gaya pemecahan masalah yang khas.


*****



     







1 comment:


  1. poker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
    ayo di kunjungi agen AJOQQ :D

    ReplyDelete