Thursday, October 8, 2020

Ensiklik Terbaru Francis: Aborsi Tidak Ada Dalam Daftar Keprihatinan Politiknya ...

 These Last Days News - October 6, 2020 

 


Ensiklik Terbaru Francis: Aborsi Tidak Ada Dalam Daftar Keprihatinan Politiknya ... 

https://www.tldm.org/news47/francis-latest-encyclical-abortion-not-on-list-of-political-concerns.htm 

 

LifeSiteNews.com reported on October 5, 2020:

by John-Henry Westen

 

Dalam Fratelli Tutti, ensiklik terbaru paus Francis yang dirilis kemarin, umat Katolik pro-kehidupan dihadapkan pada penekanan politiknya yang mengabaikan masalah aborsi. Sejalan dengan para uskup AS yang selalu menghindari perjuangan untuk mendukung hak atas kehidupan anak-belum-lahir, paus Francis secara eksplisit juga menyingkirkan masalah aborsi dari daftar masalah politik yang tercantum dalam ensiklik terbarunya.

 

Dalam paragraf 188 Fratelli Tutti, paus Francis mengatakan "perhatian terbesar para politisi seharusnya bukan tentang penurunan jumlah jajak pendapat, tetapi seharusnya tentang menemukan solusi efektif untuk fenomena pengucilan sosial dan ekonomi, serta konsekuensi buruknya: perdagangan manusia, penjualah organ dan jaringan tubuh manusia, eksploitasi seksual terhadap anak laki-laki dan perempuan, kerja paksa, termasuk prostitusi, perdagangan narkoba dan senjata, terorisme, dan kejahatan terorganisir internasional. "

 

Fakta bahwa masalah aborsi tidak dimasukkan dalam daftar ‘cucian’ ini sungguh memalukan. Terutama karena dia (paus Francis) menindaklanjuti daftar ini dengan mengatakan, "Begitulah besarnya situasi ini, dan korbannya pada kehidupan dari mereka yang tidak bersalah, sehingga kita harus menghindari setiap godaan untuk jatuh ke dalam nominalisme deklaratoris yang akan menenangkan hati nurani kita."

 

Ada dua kali kesempatan dalam ensiklik ini, di mana saya pikir paus setidaknya akan mau menebus dirinya dalam skor buruk itu (meniadakan masalah aborsi), namun dua kesempatan ini hanya untuk membuat harapan saya pupus.

 

Paragraf 255, “Ada dua situasi ekstrim yang dapat dilihat sebagai solusi dalam keadaan yang sangat dramatis, tanpa menyadari bahwa itu adalah jawaban palsu yang tidak menyelesaikan masalah yang seharusnya mereka selesaikan, dan pada akhirnya tidak lebih dari memperkenalkan elemen baru dari kehancuran dalam tatanan masyarakat nasional dan global. " Di sini, saya harapkan, pasti Paus akan menyebut aborsi? Ternyata tidak. "Ini adalah perang dan hukuman mati," tulis paus Francis.

 

Terakhir, ada satu kesempatan lain dalam dokumen setebal 194 halaman itu, di mana tampaknya hak untuk hidup bagi anak-yang-belum-lahir tidak perlu dipikirkan lagi. Itu muncul dalam paragraf 279. "Satu hak asasi manusia yang fundamental tidak boleh dilupakan dalam perjalanan menuju persaudaraan dan perdamaian," tulis Paus. “Ini adalah kebebasan beragama bagi penganut dari semua agama,” disini muncul penjelasan lain yang tidak diinginkan.

 

Mereka yang secara konsisten membaca tulisan paus Francis, terutama yang berhubungan dengan politik, tidak merasa terkejut dengan pendekatannya itu. Dalam seruannya di tahun 2018, dia mencemooh pemahaman Katolik tentang pengungsi sebagai hal yang "sekunder," dibawah masalah aborsi. "Beberapa umat Katolik menganggap [pengungsi] sebagai masalah sekunder dibandingkan dengan pertanyaan bioetika yang 'berat'," katanya.

 

“Bahwa seorang politikus yang mencari suara, mungkin mengatakan hal seperti itu dan hal itu dapat dimengerti, tetapi bukan seorang Kristen.” Berbicara tentang aborsi dan pengungsi, dia mengkritik mereka yang menganggap pengungsi sebagai hal sekunder," seolah-olah ada masalah lain yang lebih penting, atau satu-satunya hal yang diperhitungkan adalah satu masalah etika tertentu atau alasan yang mereka bela sendiri."

 

Sangat kontras dengan beberapa kepausan sebelumnya dalam hal pertanyaan yang menunjukkan sebuah perpecahan dengan masa lalu yang tidak dapat diabaikan. Paus Santo Yohanes Paulus II menulis dalam seruan apostolik 1988-nya, Christifideles Laici: “...protes bersama, yang diserukan dengan adil atas nama hak asasi manusia - misalnya, hak atas kesehatan, rumah, pekerjaan, keluarga, budaya – adalah palsu dan ilusi jika hak untuk hidup, hak yang paling dasar dan fundamental serta kondisi yang diperlukan oleh semua hak pribadi lainnya, tidak dipertahankan dengan tekad yang maksimal. "

 

Paus Benediktus XVI, sebelum menjadi Paus pada tahun 2004, menulis kepada para Uskup Amerika Serikat, "Tidak semua masalah moral memiliki bobot moral yang sama dengan aborsi dan eutanasia." Dalam suratnya "Kelayakan untuk menerima Komuni Kudus," kardinal Joseph Ratzinger (Paus Benediktus XVI) juga menulis ketika dia masih menjadi kepala doktrin Gereja, "Jika seorang Katolik berselisih dengan Bapa Suci tentang penerapan hukuman mati atau pada keputusan untuk berperang, karena alasan itu dia tidak akan dianggap tidak layak untuk menerima Komuni Kudus."

 

“Mungkin ada keragaman pendapat yang sah bahkan di antara umat Katolik tentang perang dan penerapan hukuman mati, tetapi tidak terkait dengan aborsi dan eutanasia,” lanjut Ratzinger.

 

Ada dua referensi yang tersamar tentang aborsi dalam teks Fratelli Tutti. Salah satunya adalah, dalam konteks perdagangan manusia, paus menyebutnya "...sebuah penyimpangan yang melebihi segala batas ketika seseorang menundukkan wanita dan kemudian memaksa mereka untuk melakukan aborsi." Kemudian, dalam berbicara tentang budaya "suka membuang" kita saat ini, dia memasukkan "yang belum lahir" saat dia menyesalkan bahwa bagian dari keluarga manusia (janin) "dapat segera dikorbankan demi orang lain."

 

Kontras dalam tulisan paus Francis dan para pendahulunya begitu mencolok sehingga sulit untuk melihatnya sebagai sesuatu yang lain, selain sebuah perpecahan dengan masa lalu, perubahan dari apa yang selalu dianggap tidak dapat diubah. Setelah membaca tulisan-tulisannya dari awal masa kepausannya dan dibombardir dengan kenyataan perpecahan dengan masa lalu yang terbukti, bahkan sebagai orang awam yang sederhana, seseorang harus belajar membaca sikap Francis dengan sangat hati-hati, bahkan dengan kecurigaan bahwa konsep ajaran Katolik akan diputarbalikkan untuk menyarankan ‘injil’ yang lain.

 

Untuk konferensi yang akan datang tentang pendidikan Katolik, di mana saya berbicara, saya membaca ensiklik oleh Paus Leo XIII dari akhir tahun 1800-an. Saya terkejut dengan kejelasan yang luar biasa, iman yang dihadirkan dalam kesederhanaannya yang tak terhalang sama sekali, kebenaran Kristus yang bersinar terbukti dalam tulisan dari wakil Kristus itu (Paus Leo XIII).  Saya merasa bebas untuk membuka pikiran, hati, dan jiwa saya pada kebenaran tanpa takut tersesat dan mengantisipasi ajaran, penjelasan, dan pencerahan yang nyata dan mudah dimengerti.

 

Kita harus memohon kepada Surga untuk segera memulihkan Gereja.

 

*****

 

AGEN 666 SEKARANG DILEPASKAN DAN BERGERAK BEBAS DI ROMA - Yesus, Bayside, 25 Jul,1977

"Para agen 666 sekarang dilepaskan dan bergerak bebas di Roma dan mereka telah memasuki tempat tertinggi dalam hierarki. Hal itu akan berupa uskup melawan uskup dan kardinal melawan kardinal, sampai semua yang tersisa akan muncul keluar dari proses pembersihan."

 

 

Roma akan kehilangan iman dan akan menjadi tahta dari Antikristus. - Our Lady of La Salette, 19 September 1846

 

 

Our Lady, Bayside, 18 Maret 1974

"Tanpa adanya sejumlah doa yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan neraca dan tindakan silih dari anak-anak di dunia, akan ada seseorang yang ditempatkan di atas Takhta Petrus yang akan menaruh jiwa-jiwa dan Rumah Tuhan ke dalam kegelapan yang dalam." 

 

***** 

LDM – 3 Oktober 2020

Enoch, 22 September 2020

Neraka: Sebuah Tuntutan Dari Kebaikan Ilahi

Enoch, 27 September 2020

LDM – Kutipan Nubuat Tentang Perang Dunia III

Ned Dougherty - Sep 2, 2020

Ned Dougherty - October 3, 2020

 

 

 

No comments:

Post a Comment