Friday, October 2, 2020

Tentang Api Penyucian - Bagian III

 On Purgatory - Part III 

Siksaan Terhadap Indera di Api Penyucian 

Dr. Remi Amelunxen 

https://traditioninaction.org/religious/e054-Purg_3.htm 

 

Selain rasa sakit karena kehilangan, yang telah kita bahas di artikel sebelumnya, ada juga rasa sakit pada indera, yaitu rasa sakit fisik di Api Penyucian. Seperti yang dinyatakan, rasa sakit karena kehilangan adalah kehilangan pandangan akan Tuhan dan hal itu merupakan penderitaan yang amat menyiksa jiwa.

Rasa sakit pada indera mirip dengan yang kita alami dalam daging kita. Ini adalah pendapat universal dari para Doktor Gereja bahwa itu terdiri dari jenis api khusus yang menghasilkan, di dalam jiwa, rasa penderitaan yang serupa dengan apa yang kita derita dalam daging kita di dunia ini. Selain api, ada juga jenis penderitaan-penderitaan lainnya.

 

Api di dalam Api Penyucian adalah api yang nyata,

demikian ajaran para Doktor Gereja

 

Untuk mendapatkan gambaran tentang intensitas penderitaan, cukuplah mengetahui bahwa api di Api Penyucian adalah sama dengan api Neraka. “Api yang sama, yang menyiksa orang-orang terkutuk dan memurnikan mereka yang terpilih,” kata Paus St. Gregorius Agung. St. Robert Bellarmine juga mengajarkan hal yang sama, “Hampir semua teolog mengajarkan bahwa orang terkutuk di dalam neraka dan jiwa-jiwa di Api Penyucian menderita oleh api.” (1)

Adapun penderitaan lainnya, hal itu ditimbulkan oleh Keadilan Yang Tak Terbatas dan sebanding dengan sifat, berat dan jumlah dosa yang dilakukan.

Besarnya hutang tiap orang adalah sangat bervariasi dalam hal beratnya dan kuantitasnya. Beberapa telah terakumulasi selama masa pengabaian yang lama, sementara yang lain memiliki jumlah yang lebih sedikit yang belum ditebus di dunia. Yang pasti, tulis St. Bellarmine, adalah bahwa "tidak ada proporsi antara penderitaan hidup ini dengan penderitaan di Api Penyucian." (2)

St Agustinus memohon kepada Tuhan untuk memberinya penderitaan dalam hidup ini, daripada menderita siksaan yang mengerikan di Api Penyucian nanti: “Ya Tuhan, hajarlah aku bukan dalam amarah-Mu. Murnikanlah aku dengan cara-Mu dalam kehidupan ini sehingga aku tidak perlu dimurnikan oleh api di kemudian hari. Ya, aku takut akan api yang telah dinyalakan bagi mereka yang akan diselamatkan, itu memang benar, namun itu memang oleh api. Mereka akan diselamatkan, tidak diragukan lagi, tetapi hanya setelah pencobaan oleh api, dan ujian itu akan sungguh mengerikan.” (3)

Thomas a Kempis, penulis The Imitation of Christ, menjelaskan doktrin Api Penyucian ini dengan komentar yang paling mencolok: “Di sana [di Api Penyucian], satu jam siksaan akan lebih mengerikan daripada 100 tahun penebusan dosa yang dilakukan di dunia.” (4)

Dalam bukunya Treatise on Purgatory, St. Catherine dari Genoa berkata bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian "menanggung siksaan yang begitu ekstrim sehingga tidak ada kalimat yang dapat menggambarkannya, dan begitu juga, tidak ada pemahaman yang paling kecil sekali pun tentang api di Api Penyucian jika Tuhan tidak membuatnya dikenal dengan rahmat tertentu. Dia melanjutkan, “Tidak ada lidah yang dapat mengekspresikan atau pikiran yang bisa membentuk gagasan tentang apa itu Api Penyucian. Karena penderitaan itu sama dengan penderitaan di Neraka." (5)

 

Penghiburan di tengah rasa sakit

Terlepas dari rasa sakit fisik dan moral yang hebat, di Api Penyucian masih ada penghiburan luar biasa yang dinikmati jiwa-jiwa di tengah penderitaan mereka. St. Fransiskus de Sales memberi tahu kita soal ini, “Kita bisa menarik pemikiran tentang Api Penyucian lebih banyak penghiburan daripada ketakutan. Sebagian besar dari mereka yang takut pada Api Penyucian begitu banyak memikirkan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan kemuliaan dan keadilan Allah.

 

Dante menggambarkan kebanggaan membawa batu-batu berat

sebagai hukuman mereka di Api Penyucian 

“Hal ini karena mereka hanya memikirkan penderitaan tanpa mempertimbangkan kedamaian dan kebahagiaan yang dinikmati di sana oleh jiwa-jiwa suci. Benar bahwa siksaan itu begitu hebat sehingga penderitaan yang paling parah di dunia ini tidak ada bandingannya dengan penderitaan di Api Penyucian. Tetapi kepuasan batin yang dinikmati di sana sedemikian rupa besarnya sehingga tidak ada kemakmuran atau kepuasan di dunia yang dapat menyamainya." (6)

Jiwa-jiwa Malang ingin berada di Api Penyucian karena itu adalah keinginan Tuhan. Mereka tidak bisa berbuat dosa lagi disana, tidak bisa mengalami ketidaksabaran atau melakukan ketidaksempurnaan sedikit pun. Mereka mengasihi Tuhan dengan kasih yang sempurna dan murni. Mereka dihibur oleh Bunda Terberkati, para Malaikat, Misa Kudus, dan tindakan silih dari umat beriman di dunia.

Yang terpenting, mereka dijamin akan menerima keselamatan kekal. Penderitaan yang paling pahit mereka akan ditenangkan oleh kedamaian yang mendalam dalam pengetahuan ini. Jadi, saat memurnikan Jiwa di Api Penyucian dengan api, Tuhan mengobarkan api itu dengan penghiburan yang tak terlukiskan besarnya.

 

Lamanya di Api Penyucian

Iman tidak mengungkapkan secara tepat durasi dari rasa sakit di Api Penyucian. Apa yang kita tahu adalah bahwa durasi itu diukur dengan Keadilan Ilahi dan, untuk setiap individu, rasa sakitnya sebanding dengan jumlah dan besarnya kesalahan yang belum ditebus oleh seseorang.

Bagaimanapun, Tuhan dapat memperpendek penderitaan ini dengan meningkatkan intensitasnya. Gereja Militan – yaitu mereka yang masih hidup di dunia - juga dapat memperoleh pengampunan bagi mereka melalui Kurban Misa Kudus dan silih yang ditawarkan oleh umat beriman untuk orang-orang yang meninggal.
 

Menurut pendapat umum dari para Doktor Gereja, rasa sakit penebusan di Api Penyucian berlangsung lama. St. John Bellarmine memberi tahu kita: “Rasa sakit di Api Penyucian tidak terbatas pada 10 atau 20 tahun, karena dalam beberapa kasus berlangsung hingga selama berabad-abad.” Kemudian dia bertanya, “Jadi, apakah kita akan merasa kesulitan atau keengganan dalam melakukan kerja paksa dan penebusan dosa di dunia ini untuk membebaskan diri kita dari penderitaan di Api Penyucian?” (7) 

Bahkan mereka yang menyerahkan diri paling sempurna untuk melayani Tuhan, masih juga melakukan banyak kesalahan setiap hari. Dengan berpegang pada prinsip bahwa "orang benar jatuh tujuh kali sehari," maka seseorang dapat mengatakan bahwa bahkan mereka yang berdedikasi untuk melayani Tuhan, melakukan sejumlah besar kesalahan di mata Tuhan yang sangat murni. 

Misalkan orang seperti itu melakukan sekitar 10 kesalahan sehari. Setelah satu tahun, jumlahnya 3.650 kesalahan. Setelah 10 tahun, totalnya adalah 36.500 kesalahan. Sekarang anggaplah setiap kesalahan membutuhkan waktu penebusan satu jam di Api Penyucian. Maka total waktu di Api Penyucian bagi kesalahan selama 10 tahun di dunia ini akan menjadi lebih dari tiga tahun dengan perhitungan yang cukup ringan ini… 

Mari kita tutup dengan wahyu St. Lutgarda tentang Api Penyucian dari Paus Innosensius III, yang memimpin Konsili Lateran yang dilakukan pada tahun 1215, tetapi bagaimanapun, ia memiliki keterikatan yang terlalu besar dengan keluarganya. 

Paus Innosensius III wafat pada 16 Juli 1216. Pada hari yang sama, ia menampakkan diri di hadapan St. Lutgarda di biaranya di Aywieres di Brabant, sekarang negara Belgia. Paus itu mengatakan kepada St. Lutgarda bahwa dia telah melakukan penebusan atas kesalahan yang mungkin bisa menyebabkan kemusnahan kekal, kecuali meminta perantaraan Perawan Maria yang Terberkati. Paus Innosensius III mengatakan kepada St. Lutgarda bahwa penderitaannya akan berlangsung selama berabad-abad dan meminta, demi nama Maria, yang memberinya bantuan untuk bisa meminta tolong kepada St. Lutgarda, agar bisa mengurangi hukumannya. (8)  

 

Bunda Maria menawarkan penghiburan bagi jiwa-jiwa

malang di Api Penyucian

 


Dari sini kita dapat menyadari keseriusan dosa, beratnya Keadilan Ilahi dan pentingnya devosi kepada Bunda Maria, yang merupakan perantara kita yang paling kuat di hadapan Tuhan pada hari penghakiman kita. Kita juga dapat melihat pentingnya mengoreksi kesalahan kita dan menebus dosa-dosa kita saat kita masih hidup di dunia, sebuah topik yang sayangnya, jarang sekali disebutkan dari mimbar kotbah setelah KV II.

 

*****

 

Dogma tentang Neraka - Bagian V

LDM, 25 September 2020

Mengapa Begitu Banyak Orang Pergi ke Neraka

Pedro Regis 5021 - 5025

Vatican Membela ‘Perjanjian Dengan Iblis’

Tentang Api Penyucian – Bagian I

Tentang Api Penyucian – Bagian II

 

 

 

No comments:

Post a Comment