Monday, October 5, 2020

Neraka: Sebuah Tuntutan Dari Kebaikan Ilahi

 NERAKA: SEBUAH TUNTUTAN DARI KEBAIKAN ILAHI


Atila Sinke Guimarães

 https://traditioninaction.org/religious/e001rp.htm

  

Pidato Yohanes Paulus II tentang Neraka dan Api Penyucian beberapa waktu yang lalu telah membuka kembali diskusi tentang keberadaan tempat-tempat ini. Setelah KV II dan berbagai inovasi yang dihasilkannya, banyak kaum progresif dan modernist mempertanyakan realitas (neraka dan Api Penyucian) ini. Neraka bukanlah tempat fisik yang dihuni oleh setan-setan yang didirikan di pusat bumi di mana jiwa-jiwa kaum terkutuk mengejar keputusan pribadi mereka untuk tetap berada di sana selamanya. Itu (neraka) adalah sebuah keadaan roh penderitaan yang akan menjadi tujuan manusia dalam hidup ini. Sikap serupa juga diambil dalam hal Api Penyucian, yang juga bukanlah suatu tempat, tetapi fase pemurnian di bumi ini.

 

Seorang malaikat, sebelah kiri, mengunci jiwa-jiwa terkutuk di mulut Neraka.

- Psalter dari Henry of Blois, c. 1150

 

Menghadapi bukti frasa dari Perjanjian Lama dan Baru yang mencirikan Neraka sebagai sebuah tempat, dan ajaran Katolik yang konstan tentang masalah tersebut, beberapa penulis progresif mengakui keberadaannya. Tetapi mereka menegaskan bahwa setelah Penebusan Tuhan kita, Neraka itu telah dikosongkan. Kosong, setidaknya dari jiwa-jiwa yang terkutuk, karena para ahli teori ini "lupa" jika harus berurusan dengan iblis yang terikat di Neraka. Menurut gagasan ini, para iblis telah diturunkan ke peringkat teratas dari "kaum pengangguran." Saya tidak tahu bagaimana kaum progresif akan menyelesaikan masalah ini. Bagi saya, untuk mengakomodasi teori baru ini, iblis harus berhenti menjadi individu dan menjadi kekuatan kosmik. Tetapi ini bukan saatnya untuk menyelidiki lebih detail tentang masalah ini.

Baik itu tesis pertama - bahwa Neraka tidak ada - atau yang kedua - bahwa Neraka ada tetapi kosong - premis dasar dari kaum progresif adalah sama. Merupakan kebiasaan untuk mengajukan permohonan kepada paham sofisme yang mengandalkan Kebaikan Ilahi, yang bisa saya simpulkan: “Tuhan tidak akan menjadi baik tanpa batas jika Dia menginginkan penderitaan kekal bagi jiwa yang tak terhitung banyaknya. Oleh karena itu penderitaan Neraka tidak ada, atau, jika memang ada, itu akan dikosongkan dengan melalui Penebusan-Nya." Alasan serupa digunakan dengan tujuan menghilangkan keberadaan Api Penyucian.

Untuk menanggapi paham sofisme ini, saya dapat memperdebatkan perlunya keadilan Tuhan untuk menyeimbangkan kebaikan-Nya, dan menunjukkan bahwa dua karakteristik yang ada secara substansial dalam Tuhan tidak dapat saling bertentangan. Kesimpulannya adalah bahwa Neraka itu ada sebagai tuntutan keadilan, selaras dengan Kebaikan Ilahi.

Namun, dalam artikel hari ini, saya ingin menempatkan diri saya hanya dalam lingkup Kebaikan Ilahi dan di bidang inilah saya membuat diskusi saya dengan kaum progresif.

Misalkan Tuhan akan melenyapkan Neraka. Apa akibatnya bagi orang-orang yang hidup di bumi ini? Biar
lah saya membedakan antara orang jahat dan orang baik.

Karena hukuman kekal
(neraka) tidak akan ada lagi, maka orang jahat akan merasakan kebebasan untuk melakukan semua kejahatan yang ingin mereka lakukan dalam kehidupan pribadi mereka maupun dalam masyarakat. Artinya, kejahatan akan cenderung mencelakakan diri sendiri dengan memberikan kebebasan dalam melampiaskan nafsu mereka dan menyakiti orang lain juga demi menguntungkan diri sendiri dan kepentingan mereka sendiri. Dengan keadaan seperti ini,  bahkan di antara orang-orang jahat itu sendiri, kehidupan di bumi ini akan menjadi jauh lebih buruk dan lebih tidak bahagia.

Bagi orang baik, akhir dari keberadaan Neraka akan menjadi keputusasaan yang
besar dan kuat untuk melakukan yang baik, karena "takut akan Tuhan adalah awal dari kebijaksanaan." Mengikuti dinamisme psikologis yang mirip dengan orang yang jahat, orang baik cenderung kurang peduli untuk memerangi kecenderungan buruk mereka dalam kehidupan pribadi mereka. Selanjutnya, mereka harus membiarkan kejahatan yang mereka lihat di sekitar mereka tidak dihukum. Karena jika Tuhan sendiri berhenti menghukum, maka untuk meniru Dia berarti menginginkan kebebasan terhadap kejahatan dalam kehidupan di masyarakat.

Sekarang, jika kejahatan tidak dihukum, maka pertarungan akan lenyap, dan dengan itu, lenyap juga keberanian untuk menghadapi musuh, kemuliaan dari roh yang mendasari dedikasi untuk menjalani pertempuran hebat, kehormatan yang berasal dari konsep untuk tidak memberikan konsesi kepada musuh, rasa berkorban bagi saudara dalam perjuangan, dan persaingan yang sehat dalam kemajuan militansi Katolik. Artinya, yang baik akan kehilangan apa yang bermartabat dan yang membuatnya terhormat: yaitu kapasitas mereka untuk menanamkan ketakutan pada musuh. Itu akan menjadi kebaikan tanpa serat penguat, kebaikan tanpa kemampuan untuk menarik. Jika Tuhan menghapus Neraka, maka kehidupan orang-orang yang baik akan menjadi lebih buruk secara luar biasa.

Oleh karena itu, konsekuensi praktis dan langsung dari penghapusan Neraka, sebagai tempat hukuman yang sebenarnya bagi jiwa-jiwa setelah keberadaan duniawi mereka, adalah mengubah kehidupan di bumi ini menjadi neraka bagi orang yang baik dan juga bagi orang yang jahat. Pada kenyataannya, ini bukanlah penghapusan Neraka, tetapi pemindahan tempat dan perluasan: sebagai pengganti dimana sebelumnya neraka dianggap terletak di pusat bumi, kini Neraka akan muncul di permukaan bumi; sebagai ganti menghukum hanya yang jahat, maka menurut pengertian seperti itu, penderitaan neraka akan menimpa orang yang baik dan orang yang jahat tanpa pandang bulu.

Untuk menghindari semua penderitaan ini bagi kebaikan dan juga bagi kejahatan di bumi ini, maka Tuhan menciptakan dan memelihara Neraka sebagai tempat yang ditakdirkan untuk mereka yang terhukum. Lebih dari sekedar tindakan keadilan, dalam kaitannya dengan orang jahat yang mati, neraka juga adalah tuntutan Kebaikan Ilahi sehubungan dengan orang baik dan jahat yang masih hidup.

 

*****

 

Vatican Membela ‘Perjanjian Dengan Iblis’

Tentang Api Penyucian – Bagian I

Tentang Api Penyucian – Bagian II

Tentang Api Penyucian – Bagian III

Jiwa-Jiwa Yang Terlupakan Di Api Penyucian

LDM – 3 Oktober 2020

Enoch, 22 September 2020

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment