Monday, September 5, 2016

Vol 2 - Bab 10 : Pertolongan bagi jiwa-jiwa suci

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 10

Pertolongan bagi jiwa-jiwa suci
Misa Kudus
St.Agustinus dan St.Monica

Didalam Hukum Baru kita memiliki Kurban Kudus didalam Misa Kudus, dimana kurban yang dilakukan didalam hukum Musa menjadi kecil tak berarti. Putera Allah telah meneguhkan hal itu, bukan saja sebagai pernyataan hormat yang layak diberikan oleh makhluk kepada Kuasa Ilahi, tetapi juga sebagai perdamaian antara orang yang hidup dengan yang mati. Yaitu sebagai cara yang mujarab untuk melunakkan Pengadilan Allah yang disebabkan oleh dosa-dosa kita.

Kurban Kudus dari Misa Kudus diselenggarakan bagi orang yang meninggal, terutama sejak saat fondasi Gereja didirikan. ”Kita merayakan ulang tahun kemenangan para martir”, demikian tulis Tertullian pada abad ke 3, “dan menurut tradisi para bapa kita, kita mempersembahkan Kurban Kudus bagi orang yang meninggal pada ulang tahun kematiannya”.

“Tidak diragukan lagi”, tulis St.Agustinus, “bahwa doa-doa dari Gereja, Kurban Kudus, serta sedekah yang diberikan demi orang-orang yang meninggal, telah meringankan jiwa-jiwa itu dan menggerakkan Allah untuk memperlakukan mereka dengan lebih baik dari pada yang seharusnya diterima mereka. Hal itu sudah menjadi tindakan yang umum dari Gereja, sebuah tindakan yang berasal dari para bapa bangsa, yaiyu para Rasul yang kudus”.

St.Monica, ibu yang sangat baik dari St.Agustinus, ketika dia akan meninggal, meminta satu hal saja dari puteranya, agar puteranya itu mau mengingatnya di altar Allah. Dan Doktor Gereja yang suci itu, ketika menceritakan peristiwa yang menyentuh perasaan ini didalam buku ‘the Book of his Confessions” mengajak semua pembacanya untuk bersatu dengannya, untuk mempersembahkan ibunya kepada Allah selama Kurban Kudus dari Misa Kudus itu.

Dengan berharap untuk bisa kembali ke Afrika, St.Monica pergi bersama St.Agustinus ke Ostia untuk naik kapal. Namun dia jatuh sakit, dan merasa bahwa akhir hayatnya sudah dekat. “Disinilah”, katanya kepada St.Agustinus, “bahwa kamu akan menguburkan ibumu. Satu hal yang kuminta darimu adalaah agar kamu tetap mengingat aku di altar Allah”. Ut ad  altare Domini memineritis mei.

St.Agustinus melanjutkan :”Semoga aku diampuni atas segala air mata yang kucucurkan, karena kematian itu tidak layak untuk ditangisi, karena hal itu merupakan pintu masuk menuju kehidupan yang sejati. Namun dengan melihat melalui mata iman terhadap kekurangan dari sifat kelemahan kita, aku menangis dihadapanMu oh Tuhan, dengan mencucurkan air mata yang berbeda dari air mata daging, air mata yang akan mengalir karena ingatan akan bahaya yang akan dihadapi oleh setiap jiwa yang berdosa didalam Adam”.

“Sudah pastilah bahwa ibuku hidup dengan cara yang baik untuk memberikan kemuliaan kepada NamaMu, dengan melalui tingkah laku imannya dan kemurrnian martabatnya. Namun dengan berani aku menegaskan bahwa tak ada kata yang bertentangan dengan hukumMu yang pernah keluar dari bibirnya. Celakalah ! apakah yang akan terjadi atas kehidupannya yang suci itu jika Engkau melihatnya dengan segala kerasnya pengadilanMu ? Untuk itulah oh Tuhan dari hatiku, aku mengesampingkan segala kebaikan yang telah dia lakukan untuk memohon kepadaMu pengampunan atas dosa-dosanya. Dengarkanlah aku, oleh luka-lukaNya yang telah mati bagi kami diatas salib, dan yang kini telah duduk disebelah kananMu, yang menjadi Pengantara kami”.

“Aku tahu bahwa ibuku selalu melakukan tindakan kemurahan hati, bahwa dia mengampuni dari lubuk hatinya terhadap segala penentangan kepadanya, dan mengampuni segala hutang orang lain kepadanya. Maka hapuskanlah segala hutang-hutangnya jika selama kehidupannya yang panjang itu dia telah berhutang kepadaMu. Ampunilah dia, dan janganlah menghakimi dia, karena perkataanMu adalah benar. Engkau telah menjanjikan kemurahan hati bagi orang yang bermurah hati”.

“Aku percaya bahwa kemurahan hati ini telah Kau perlihatkan kepadanya, oh Tuhanku. Tetapi terimalah doa-doaku ini. Ingatlah bahwa didalam kepergiannya menuju kehidupan berikutnya itu, hambaMu menginginkan agar tubuhnya tidak dikuburkan secara meriah maupun dengan minyak wangi semerbak. Dia tidak meminta kubur yang megah, tidak mau dibawa didalam usungan yang telah dipersiapkan di Tagasta, tempat asalnya. Tetapi dia minta agar kami mengingatnya di altarMu, dimana terdapatlah misteri-misteri yang sangat dia hargai”.

“Engkau tahu, Tuhan, seluruh kehidupannya dihabiskannya dengan ikut serta didalam Misteri-misteri Ilahi, yang berisi Kurban Kudus, yang DarahNya telah menghapuskan hukuman kami. Biarlah dia beristirahat dalam damai bersama dengan bapaku, suaminya, kepada siapa dia telah setia selama hidup bersamanya, dan didalam kesedihannya pada saat dia menjadi janda, dimana dia telah menghambakan diri kepada suaminya itu, untuk memenangkan dia demi Engkau, melalui kesabaran dan kepatuhannya. Dan Engkau, oh Tuhanku, berikanlah kepada hamba-hambaMu, para saudaraku, berikanlah kepada semua orang yang membaca tulisan ini agar mereka ingat akan Monica di altarMu, hambaMu dan Patricius, suaminya. Agar semua orang yang masih tinggal didalam terang yang palsu di dunia ini bisa mengingat orang tuaku, agar doa terakhir dari ibuku itu bisa didengarkan melebihi harapannya”.

Kalimat yang indah dari St.Agustinus ini menunjukkan kepada kita semua opini dari Doktor Gereja yang agung itu dalam hal doa permohonan bagi orang yang meninggal. Dan hal itu membuat kita tahu dengan baik bahwa doa permohonan yang terbesar adalah berupa Kurban Kudus didalam Misa Kudus.




No comments:

Post a Comment