Sunday, September 18, 2016

Vol 2 : Bab 14 : Penghiburan bagi jiwa-jiwa suci

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 14

Penghiburan bagi jiwa-jiwa suci
Misa Kudus
Pastor Gerard
30 Misa Kudus dari St.Gregorius

Marilah kita melihat pengaruh adikodrati yang berbeda-beda namun yang membuktikan dengan jelas manfaat dari Kurban Kudus yang dipersembahkan bagi orang yang meninggal. Kita bisa menemukan hal itu didalam ‘the Memoirs of Father Gerard’, seorang Jesuit dan Pengaku Iman dari Inggris selama pengejaran-pengejaran di Inggris pada abad ke 16. Setelah menceritakan betapa dia menerima janji dari seorang Protestan untuk meninggalkan agamanya, dan menikah dengan salah satu kemenakannya, Pastor Gerard menambahkan :”Pertobatan ini adalah merupakan pendahuluan dari peristiwa lain dalam suatu keadaan yang luar biasa. Umatku yang baru bertobat ini pergi mengunjungi salah satu sahabatnya yang sakit berat. Dia adalah orang yang jujur tetapi dia terikat oleh kegiatan bidaah, lebih karena ilusinya sendiri dari pada karena motiv-motiv lain. Si tamu itu berusaha untuk menuntun orang yang sakit itu untuk bertobat dan mulai memikirkan keadaan jiwanya. Dia menerima janji dari orang yang sakit itu bahwa dia akan segera mengaku dosa. Dia menganjurkan orang yang sakit itu dalam banyak hal, mengajari dia bagaimana menuntun dirinya kepada penyesalan hati atas seluruh dosa-dosanya dan pergi mencari seorang imam. Dia mengalami kesulitan untuk mencari imam, dan sementara itu orang yang sakit itu meninggal. Ketika akan menghembuskan napasnya yang terakhir, orang yang sekarat itu bertanya berkali-kali apakah sahabatnya itu belum kembali dengan membawa seorang dokter seperti yang dijanjikannya. Begitulah dia memanggil seorang imam.

“Apa yang terjadi kemudian menunjukkan bahwa Tuhan telah berkenan menerima keinginan baik dari orang yang meninggal itu. Malam-malam sesudah kematiannya, istrinya, seorang Protestan, melihat sebuah cahaya yang bergerak didalam kamarnya. Bahkan cahaya itu memasuki bagian dalam dari kain kelambunya. Karena takut, dia meminta agar salah satu pembantunya mau menemaninya tidur di kamar itu. Namun pembantu itu tidak melihat apa-apa, meskipun cahaya itu terus terlihat oleh janda itu. Wanita yang malang itu mencari-cari sahabatnya yang ditunggu-tunggu dengan perasaan cemas, dan menceritakan kepadanya apa yang terjadi dan bertanya apa yang harus dilakukannya”.

“Sahabat ini, sebelum memberikan jawaban, berkonsultasi dengan seorang imam. Imam itu mengatakan kepadanya bahwa cahaya itu, bagi istri dari orang yang meninggal itu, adalah tanda adikodrati dengan apa Tuhan mengundangnya untuk kembali kepada iman yang benar. Wanita itu sangat terkesan oleh perkataan itu. dia membuka hatinya terhadap rahmat dan kemudian dia bertobat”.

“Setelah dia menjadi Katolik, dia mengadakan Misa Kudus di rumahnya. Tetapi cahaya itu masih juga nampak kepadanya. Imam itu menyampaikan kejadian itu kepada Tuhan, dan mengira bahwa orang yang meninggal itu, meskipun telah diselamatkan dari neraka oleh pertolongannya serta keinginannya untuk mengaku dosa, dia berada didalam Api Penyucian dan dia membutuhkan doa-doa. Dia menasihati wanita itu untuk mengadakan Misa Kudus bagi suaminya selama 30 hari sesuai dengan adat lama di lingkungan Gereja Katolik Inggris. Janda yang baik hati itu mematuhi nasihat ini dan pada hari yang ke 30, bukannya sebuah cahaya yang muncul, melainkan ada tiga buah cahaya, dimana yang dua nampak seolah mendukung cahaya yang pertama. Ketiga cahaya itu melayang diatas tempat tidurnya, kemudian naik kearah Surga dan tak pernah kembali lagi. Ketiga cahaya ini nampaknya menunjukkan 3 buah pertobatan serta manfaat dari Misa Kudus untuk membuka pintu Surga bagi jiwa-jiwa yang meninggal”.

30 kali Misa Kudus yang diadakan selama 30 hari berturut-turut bukan saja merupakan adat di Inggris saja, seperti yang dikatakan oleh Pastor Gerard, ia juga tersebar luas di Italia dan negara-negara Kristiani lainnya, dimana Misa Kudus ini disebut sebagai 30 Misa Kudus dari St.Gregorius, karena kebiasaan yang luhur itu nampaknya berasal dari Paus yang agung ini.

Hal yang sama juga diceritakan didalam bukunya ‘Dialogues’, yaitu ada seorang religius yang bernama Justus, yang telah menerima dan menyimpan tiga keping emas bagi dirinya sendiri. Tindakan ini merupakan kesalahan yang besar yang melanggar sumpah kemiskinan. Perbuatannya itu diketahui dan dia dihukum exkomunikasi. Hukuman ini membuatnya merenung dan beberapa saat kemudian dia meninggal dalam penyesalan yang sangat tulus. Namun St.Gregorius, untuk memberi pelajaran kepada anggota-anggota religius lainnya dengan rasa takut yang positif terhadap dosa keserakahan ini, dia tidak mau mencabut hukuman exkomunikasinya itu. Justus dikuburkan secara terpisah dari para rahib lainnya, dan ketiga keping emas itu dilemparkan kedalam kuburnya sambil para religius lainnya mengulangi secara bersama-sama perkataan dari doa St.Peter kepada Simon, si tukang sulap, Pecunia tua tecum sit in perditionem (Simpanlah uangmu agar musnah bersamamu).

Beberapa waktu kemudian, Kepala biara yang suci itu, menimbang bahwa skandal itu telah cukup ditebus, dan dia tergerak kemurahan hatinya kepada jiwa Justus, dan dia memanggil juru bicara biara itu dan berkata kepadanya dengan sedih :”Sejak saat kematiannya saudara kita itu telah disiksa didalam nyala api Api Penyucian. Melalui kemurahan hati kita, kita harus berusaha untuk membebaskan dia. Pergilah dan adakanlah Misa Kudus sejak saat ini dan seterusnya selama 30 hari bagi dia. Jangan sampai ada pagi hari yang lewat tanpa ada Kurban Keselamatan bagi pembebasan jiwanya”.

Juru bicara itu segera mematuhi perintah itu. 30 kali Misa Kudus dirayakan selama 30 hari berturut-turut. Ketika sampai pada hari yang ke 30, dan Misa Kudus yang ke 30 berakhir, orang yang meninggal itu muncul kepada seorang Bruder yang bernama Copiosus, dan berkata :”Terberkatilah Tuhan, saudaraku yang terkasih, hari ini aku dibebaskan dan diterima didalam komunitas para kudus”.

Sejak saat itu maka kebiasaan yang suci itu, yang merayakan 30 kali Misa Kudus bagi orang yang meningal, diteguhkan.



3 comments:

  1. orang suci saja masuk api penyucian lha bagaimana dengan orang awam ?

    ReplyDelete
  2. orang suci saja masuk api penyucian lha bagaimana dengan orang awam ?

    ReplyDelete
  3. Banyak diberi, banyak diminta. Kita memuji kerahiman dan keadilan nya yang tak terukur. Bukan berarti juga orang awam pasti lebih lama di api penyucian bro. Gmana perbuatan kasih anda juga sebagai orang awam yang dikehendaki Tuhan.

    ReplyDelete