Thursday, September 15, 2016

Vol 2 - Bab 13 : Keringanan bagi jiwa-jiwa

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 13

Keringanan bagi jiwa-jiwa
Misa Kudus
St.Elizabeth dan Ratu Constance
St.Nicholas dari Tolentino dan Pellegrino d’Osimo.

Kita bisa membaca didalam biografi St.Elizabeth dari Portugal bahwa setelah kematian dari anak perempuannya, dia mengetahui akan keadaan anak itu yang amat menyedihkan didalam Api Penyucian serta besarnya pelunasan yang diminta oleh Pengadilan Allah bagi anak itu. Puteri bangsawan yang muda itu telah menikah beberapa saat sebelum Raja Castile, ketika tiba-tiba dia direnggutkan oleh kematian mendadak hingga terlepas dari perhatian keluarganya dan warga kerajaannya. Elizabeth telah menerima berita ini ketika dia berkuasa dan memerintah bersama sang raja, suaminya, di kota Santarem. Suatu hari ada seorang pertapa yang muncul dari keheningannya untuk mengejar para pengawal kerajaan sambil menangis dan berharap untuk bisa berbicara dengan sang ratu. Para pengawal menolaknya. Namun ratu yang baik itu demi melihat bahwa pria pertapa itu berteguh didalam niatnya, memerintahkan agar hamba Allah itu dibawa kepadanya.

Segera setelah dia hadir dihadapan sang ratu, dia menceritakan bahwa lebih dari sekali, ketika dia sedang berdoa di pertapaannya, ratu Constance nampak kepadanya dan memintanya untuk menemui ibunya dan mengatakan bahwa dia sedang menderita dikedalaman Api Penyucian. Bahwa dia dihukum untuk menderita rasa sakit yang amat keras dan lama, namun dia akan dibebaskan jika dalam waktu setahun dipersembahkan Misa Kudus baginya setiap hari. Para pengawal kerajaan yang mendengar pembicaraan ini mempersalahkan pertapa itu dengan kejamnya, dan mereka memperolokkan pertama itu sebagai seorang pemimpi, seorang pembohong, atau seorang bodoh.

Bagi Elizabeth sendiri, dia berpaling kepada sang raja dan bertanya apa yang sedang dipikirkannya tentang hal itu. “Aku percaya”, demikian jawab pangeran itu, “adalah bijaksana untuk melakukan apa yang telah diminta darimu dengan cara yang sangat luar biasa itu. Lebih dari itu, mengadakan Misa Kudus bagi saudara-saudara yang kita cintai adalah merupakan kewajiban umat Kristiani”. Seorang imam yang suci, Ferdinand Mendez ditunjuk untuk menyelenggarakan Misa Kudus itu.

Pada akhir tahun itu, Constance menampakkan diri kepada St.Elizabeth dengan berpakaian jubah putih yang berkilauan. Constance berkata :”Hari ini, ibuku yang terkasih, aku dibebaskan dari rasa sakitnya Api Penyucian dan aku segera memasuki Surga”. Dipenuhi dengan rasa bahagia, orang kudus itu segera pergi ke Gereja untuk berterima kasih kepada Tuhan. Disana dia menjumpai Pastor Mendez yang meyakinkan dia bahwa pada hari sebelumnya dia telah menyelesaikan perayaan Misa Kudus sebanyak 365 kali seperti yang ditugaskan kepadanya. Ratu itu sadar bahwa Tuhan telah memenuhi janjiNya kepada pertapa yang suci itu, dan sang ratu berterima kasih dengan cara membagikan banyak sedekah kepada orang-orang miskin.

Engkau telah menyelamatkan kami dari musuh yang menodai kami, dan engkau telah mempermalukan musuh yang membenci kami (Mzm. 43). Begitulah kalimat yang disampaikan kepada St.Nicholas dari Tolentino yang terkenal itu, oleh jiwa-jiwa yang berhasil dia bebaskan melalui Misa Kudus yang dipersembahkannya bagi mereka. Salah satu keutamaan yang terbesar dari hamba Allah yang terpuji itu, demikian kata Pastor Rossignoli, adalah kemurahan hatinya, devosinya kepada Gereja Yang Menderita itu. Bagi jiwa-jiwa itu dia sering berpuasa atas roti dan air, memperlakukan dirinya secara kejam, dan pada pinggangnya dia mengenakan rantai besi yang berduri. Ketika tempat kudus dibuka baginya, dan imam-imam seniornya ingin meluluskan dia untuk menjadi imam, dia berpikir-pikir hingga cukup lama dihadapan kemuliaan Ilahi itu, dan tak ada yang bisa membuatnya memutuskan untuk menerima perintah-perintah suci itu kecuali pikirannya sendiri, yang merayakan Misa Kudus setiap hari, hingga dia bisa dengan baik sekali menolong jiwa-jiwa suci di Api Penyucian. Dan jiwa-jiwa itu, jiwa-jiwa yang dia bebaskan dengan melalui sekian banyak permohonan, nampak kepadanya hingga berkali-kali untuk berterima kasih kepadanya atau menyerahkan diri mereka kepada kemurahan hatinya.

Dia tinggal didekat Pisa dan dia selalu sibuk dengan laku rohaninya, ketika pada suatu hari Sabtu, pada malam hari dia melihat didalam mimpinya, suatu jiwa yang kesakitan, yang memintanya untuk mempersembahkan Misa Kudus pada pagi hari berikutnya bagi dia dan bagi beberapa jiwa lainnya yang sangat menderita didalam Api Penyucian. Nicholas mengenali suara itu, namun dia tak bisa mengingat siapa orang yang berbicara itu. Penampakan itu berkata kepadanya :”Aku adalah sahabatmu yang telah meninggal, Pellegrino d’Osimo. Oleh karena Kerahiman Ilahi aku telah diloloskan dari pemurnian kekal melalui pertobatanku. Tetapi tidak begitu bagi hukuman sementara ini karena dosa-dosaku. Aku datang mewakili banyak jiwa-jiwa yang malang seperti diriku ini, untuk meminta kepadamu agar mempersembahkan Misa Kudus bagi kami besok. Dari situ kami berharap akan pembebasan kami atau paling tidak, kami mendapatkan keringanan yang besar”. Orang kudus itu menjawab dengan lemah lembut :”Semoga Tuhan kita berkenan meringankan kamu oleh karena jasa-jasa dari DarahNya yang amat berharga itu !. Namun Misa Kudus bagi orang yang meninggal ini tak bisa kulakukan besok, karena aku harus mengikuti koor didalam ibadat biara”. “Ah ! paling tidak datanaglah bersamaku”, teriak jiwa itu, ditengah air mata dan keluhannya. “Aku memohon kepadamu, demi kasih kepada Allah, datanglah dan lihatlah penderitaan kami ini, maka kamu tak akan menolak kami. Kamu terlalu baik untuk mau meninggalkan kami didalam penderitaan yang amat menyakitkan ini”.

Maka dia merasa dirinya dibawa menuju kedalam Api Penyucian. Dia melihat suatu daratan yang luas dimana terdapat banyak sekali jiwa-jiwa dari segala usia dan segala keadaan, dan mereka menjadi mangsa dari siksaan-siksaan yang amat mengerikan untuk dilihat. Dengan melalui gerakan tangan dan teriakan, mereka meminta belas kasihannya. “Lihatlah”, kata Pellegrino, “keadaan dari mereka yang menyuruh aku datang kepadamu. Karena engkau adalah layak di mata Allah, maka kami percaya bahwa Dia tak akan menolak apapun terhadap semua Kurban Kudus yang kau persembahkan, dan bahwa KerahimanNya yang Ilahi itu akan membebaskan kami”.

Atas penglihatan yang sangat menimbulkan rasa iba ini, orang kudus itu tak mampu membendung air matanya. Segera dia berdoa untuk menghibur penderitaan mereka. Dan pada pagi berikutnya, dia pergi menemui imam kepala untuk menceritakan penglihatan yang dialaminya, serta permintaan Pellegrino untuk diadakannya Misa Kudus hari itu. Imam Kepala bisa merasakan suasana emosi yang ada saat itu, dan dia memutuskan untuk menghentikan ibadat bagi biara hari itu sampai akhir pekan, dan menggantikannya dengan Kurban Kudus bagi orang-orang yang meninggal dan mempersembahkan dirinya sepenuhnya demi keringanan penderitaan jiwa-jiwa. Merasa senang dengan ijin ini, lalu Nicholas pergi ke Gereja dan merayakan Misa Kudus dengan semangat yang besar. Selama seminggu dia terus merayakan Misa Kudus dengan intensi yang sama, selain mempersembahkan doa-doa siang dan malam, berbagai tindakan keutamaan dan segala macam perbuatan baik juga dilakukannya.  

Pada akhir pekan, Pellegrino datang kembali, namun tidak lagi dia menderita. Dia berpakaian putih dengan diselimuti oleh cahaya Surgawi sambil dia menunjuk kepada banyak sekali jiwa-jiwa yang bersukacita. Mereka semua berterima kasih kepadanya dan menyebutnya sebagai ‘pembebas’ mereka. Sambil naik kearah Surga, mereka menyanyikan lagu dari Mazmur : Salvasti nos de affligentibus nos, et odientes nos confudisti – Engkau telah menyelamatkan kami dari musuh yang menodai kami, dan engkau telah mempermalukan musuh yang membenci kami” (Mzm. 43). Yang dimaksud musuh mereka disini adalah dosa, beserta setan yang menjadi penyulutnya.



No comments:

Post a Comment