Sunday, September 11, 2016

Vol 2 - Bab 12 : Cara menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 12

Cara menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian
Misa Kudus
Religius dari Citeaux dibebaskan oleh Hosti Kudus
Henry Suso Terberkati

Dari semua yang bisa kita lakukan bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian, tak ada yang lebih berharga dari pada Kesengsaraan Juru Selamat kita diatas altar. Selain menjadi pernyataan doktrin Gereja yang dinyatakan didalam berbagai Konsili, maka banyak kejadian-kejadian yang ajaib yang otentik kebenarannya, yang tidak memberi ruang bagi adanya keraguan akan masalah ini. Kita telah menceritakan tentang religius yang dibebaskan dari Api Penyucian dengan melalui doa-doa dari St.Bernard serta kelompoknya. Religius ini, dimana kebiasaan tingkah lakunya tidak begitu diinginkan, menampakkan diri setelah kematiannya dan meminta pertolongan dari St.Bernard. Orang yang suci itu, bersama semua muridnya yang tekun, segera mempersembahkan doa-doa, puasa dan Misa Kudus bagi jiwa yang malang itu. Jiwa ini segera saja dibebaskan dari Api Penyucian dan dia menampakkan diri lagi serta sangat berterima kasih kepada St.Bernard yang telah memperhatikannya. Setelah ditanya mengenai permohonan yang sangat mujarab itu, bukannya dia menjawab, tetapi jiwa itu lalu memegang tangan religius yang tua itu, St.Bernard, dan menuntunnya kedalam Gereja dimana Misa Kudus sedang dilaksanakan disitu. “Lihatlah”, kata jiwa itu sambil menunjuk kearah altar, “kuasa penebusan yang sangat besar itu yang telah memutuskan rantai pengikatku. Lihatlah, harga dari pelunasanku : itulah Hosti Kudus yang menyelamatkan, yang menghapus bersih dosa-dosa dunia”.

Berikut ini adalah kejadian lain yang diceritakan oleh ahli sejarah Ferdinand dari Castile dan didukung oleh Pastor Rossignoli. Di Cologne, diantara para siswa dari sekolah tinggi universitas itu, terdapatlah dua orang religius Dominikan yang sangat pintar, dimana salah satunya adalah Henry Suso Terberkati. Pelajaran yang sama, cara kehidupan yang sama, dan lebih dari semuanya, semangat kesucian yang sama, telah membuat mereka berdua mengikat sebuah janji persahabatan yang erat, dimana mereka saling memberi dan menerima segala karunia yang mereka miliki dari Surga.

Ketika mereka telah menyelesaikan pendidikannya, dan menyadari bahwa mereka berdua akan segera berpisah untuk kembali kepada biara mereka masing-masing, mereka setuju untuk berjanji satu sama lain bahwa siapapun yang meninggal lebih dahulu, maka dia akan dibantu oleh yang lain selama setahun penuh dengan merayakan dua kali Misa Kudus setiap minggunya, pada hari Minggu dengan Misa Reguiem seperti biasanya, dan pada hari Jumat untuk mengenangkan Kesengsaraan Yesus Kristus, selama keadaan mengijinkan. Mereka bertekad untuk melakukan hal ini dan mereka memberikan ciuman perdamaian kepada satu sama lain, dan kemudian mereka meninggalkan Cologne.

Selama beberapa tahun keduanya terus melayani Allah dengan semangat yang tinggi. Bruder yang tidak disebutkan namanya itu ternyata meninggal lebih dahulu dan Suso menerima berita itu. Dengan perbuatan yang sempurna dia menyerahkan diri kepada Kehendak Ilahi. Mengenai perjanjian yang telah dia lakukan, sayang sekali ternyata waktu telah membuatnya lupa akan hal itu. Dia memang berdoa banyak bagi sahabatnya itu, dengan mempersembahkan tindakan silih, perbuatan baik bagi sahabatnya itu, namun dia tidak merayakan Misa Kudus seperti yang dia janjikan.

Pada suatu pagi, ketika dia sedang merenung didalam kapel, tiba-tiba nampak dihadapannya jiwa dari sahabatnya yang telah meninggal itu, yang dengan sikap yang amat lembut mengatakan kepada Suso, bahwa Suso tidak setia kepada perkataannya sendiri, dimana dia berhak untuk menggantungkan diri kepada Suso dengan penuh percaya. Suso terkejut, dan dia meminta maaf atas kelalaiannya itu, dengan cara meningkatkan doa-doanya dan matiraganya, yang dipersembahkan bagi sahabatnya itu, yang keselamatannya juga sangat penting baginya. “Saudaraku yang terkasih, mungkinkah dengan begitu banyak doa dan perbuatan baik yang telah kupersembahkan kepada Allah masih belum cukup bagimu ?”. “Oh, tidak”, jawab jiwa yang menderita itu, “hal itu tidak cukup. Adalah Darah dari Yesus Kristus yang diperlukan untuk menghilangkan nyala api yang menyerang diriku ini. Adalah Kurban Utama saja yang bisa membebaskan aku dari siksaan yang sangat mengerikan ini. Aku memohon agar engkau memenuhi janjimu dan tidak menolak aku, dimana menurut rasa keadilan kamu telah berhutang kepadaku”.

Suso Terberkati segera saja menanggapi permintaan dari jiwa yang menderita itu. Dan untuk memperbaiki kesalahannya, dia merayakan Misa Kudus lebih dari pada yang dijanjikannya dulu.
Pada hari berikutnya, atas permintaan Suso, ada beberapa orang imam yang ikut serta bersamanya mempersembahkan Kurban Kudus bagi jiwa itu dan hal itu terus dilakukan hingga beberapa hari.

Setelah beberapa waktu kemudian, sahabat Suso itu muncul kembali kepadanya, namun sekarang dalam keadaan yang sungguh berbeda. Wajahnya nampak bahagia, dikelilingi oleh cahaya kemilau. “Oh ! terima kasih ! sahabatku yang setia ! “, kata jiwa itu, “lihatlah, dengan melalui Darah dari Juru Selamatku, aku dibebaskan dari penderitaanku. Kini aku naik ke Surga untuk merenungkan Dia, yang selalu dihormati bersama dalam wujud Ekaristi”. Suso bersujud dan berterima kasih kepada Tuhan yang maharahim dan dia lebih menyadari nilai yang tak terkirakan besarnya dari Kurban Utama di altar itu.



No comments:

Post a Comment