Monday, September 26, 2016

Vol 2 - Bab 17 : Keringanan bagi jiwa-jiwa

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 17

Keringanan bagi jiwa-jiwa
Kurban Misa Kudus
Bruder John dari Alvernia di altar
St.Magdalen de Pazzi
St.Malachy dan Suster anggotanya.

Buletin dari ‘the Seraphic Order’ menceritakan kepada kita tentang seorang religius yang bernama John of  Alvernia. Kasihnya kepada Tuhan Yesus Kristus sangat bernyala-nyala dan dengan kasih yang sama pula dia memeluk jiwa-jiwa di Api Penyucian yang telah ditebus oleh DarahNya dan yang sangat dikasihi oleh HatiNya. Mereka yang menderita didalam penjara-penjara Api Penyucian bisa memanfaatkan secara berlimpah doa-doanya, silihnya, dan kurban-kurbannya. Pada suatu hari, Tuhan berkenan menyatakan kepadanya pengauh yang terpuji dan sangat menghibur dari Kurban Ilahi yang dipersembahkan pada hari pesta Seluruh Jiwa-jiwa disetiap altar. Hamba Allah itu merayakan Misa Kudus bagi orang yang meninggal ketika dia tiba-tiba mengalami ekstase. Dia melihat Api Penyucian terbuka dan jiwa-jiwa nampak keluar dari situ yang telah dibebaskan oleh karena jasa-jasa dari keutamaan Kurban Perdamaian Kristus. Jiwa-jiwa itu nampak seperti semburan kilatan-kilatan api yang memancar dari tungku api yang panas. Kita tidak heran atas pengaruh yang kuat dari Misa Kudus jika kita ingat bahwa itu adalah hal yang sama yang dipersembahkan oleh Putera Allah sendiri di salib. Hal itu dilakukan oleh Imam yang sama, demikian dikatakan didalam Konsili Trent, dan dengan Kurban yang sama pula. Satu-satunya perbedaan adalah cara penderitaanNya. Diatas salib, penderitaan itu penuh dengan darah. Tetapi diatas altar, hal itu terjadi tanpa darah.

Kini kurban salib itu memiliki nilai yang tak terkatakan besarnya. Kurban di altar, di mata Allah, nilainyapun adalah sama. Karena itu marilah kita menyimak bahwa manfaat dari Kurban Ilahi ini hanya sebagian saja yang diarahkan bagi orang-orang yang meninggal, dan didalam besaran ukuran yang hanya diketahui oleh Pengadilan Allah saja. Penderitaan Yesus Kristus dan DarahNya yang sangat berharga itu ditumpahkan demi keselamatan kita dan ia merupakan lautan yang tak terhingga luasnya yang berisi segala jasa-jasa dan kepuasan. Dengan melalui keutamaan dari Penderitaan itu kita bisa memperoleh segala karunia dan kerahiman dari Tuhan. Semakin besar perayaan yang kita lakukan bagi tujuan itu melalui doa-doa, jika kita mempersembahkan Darah dari Putera TunggalNya kepada Allah untuk memohon kerahimanNya, maka doa itu akan lebih diperkuat lagi oleh Penderitaan Yesus Kristus dan memiliki kuasa yang besar bersama Tuhan.

St.Magdalen de Pazzi telah mengetahui dari Tuhan sendiri agar dia mempersembahkan kepada Bapa Yang Kekal, Darah dari Putera IlahiNya. Ia merupakan perayaan peringatan yang sederhana dari Penderitaan Yesus Kristus. St.Magdalen melakukannya hingga 50 kali sehari dan didalam salah satu ekstase yang dialaminya, dia melihat banyak sekali jiwa-jiwa yang dipertobatkan serta banyak sekali jiwa-jiwa yang dilepaskan dari Api Penyucian melalui tindakannya itu. Dia menambahkan :”Setiap kali seorang makhluk mempersembahkan DarahNya kepada Bapaku, dengan apa dia telah ditebus, maka dia telah mempersembahkan kepadaNya sebuah hadiah yang nilainya tak terkatakan besarnya”. Jika demikian ini nilai dari persembahan Penderitaan Yesus Kristus, maka betapa besarnya nilai dan jasa dari Misa Kudus, yang merupakan pembaharuan yang sebenarnya dari Penderitaan yang sama itu !

Banyak umat Kristiani tidak mengetahui besarnya Misteri-misteri Ilahi yang dilaksanakan diatas altar kita. Kecilnya iman mereka, bersama dengan tidak adanya pengetahuan, telah menghalangi mereka untuk menghormati harta kekayaan yang mereka miliki didalam Kurban Ilahi itu. Dan hal ini membuat mereka memandang Kurban Utama itu dengan sikap yang acuh dan bahkan menghina. Celaka sekali ! Mereka akan menyadarinya nanti dengan penyesalan yang sangat pahit ! betapa mereka telah menipu dirinya sendiri. Seorang anggota Suster dari St.Malachy, Uskup Agung Armagh, Irlandia, memberi kita contoh cerita yang baik sekali.

Didalam bukunya yang indah ‘Life of St.Malachy’, St.Bernard sangat memuji utusan Tuhan ini karena devosinya yang besar kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian. Ketika dia masih menjadi diakon, dia senang sekali membantu proses pemakaman orang-orang yang miskin dan pada saat Misa Kudus yang diselenggarakan bagi mereka. Dia bahkan dengan penuh semangat mau menyertai orang-orang pergi ke kuburan karena dia sering melihat orang-orang miskin itu dilupakan begitu saja setelah kematian mereka. Dia memiliki seorang adik perempuan yang penuh dengan semangat duniawi ini. Adiknya ini menuduh bahwa dia telah merendahkan dirinya sendiri dan seluruh keluarganya karena dia melibatkan diri pada kegiatan kaum miskin. Adiknya itu mempersalahkan Malachy dan melalui kata-katanya menunjukkan bahwa adiknya itu sama sekalai tidak memahami ajaran kemurahan hati Kristiani maupun nilai istimewanya Misa Kudus. Malachy terus saja dengan tindakannya yang rendah hati itu, dan dia menjawab kemarahan adiknya dengan mengatakan bahwa adiknya itu telah melupakan ajaran Yesus Kristus, dan suatu hari nanti dia akan bertobat atas segala perbuatannya itu.

Sementara itu kekasaran perilaku adik wanitanya itu bukannya tidak menerima hukumannya. Dia meninggal ketika masih muda, dan dia harus bertanggung jawab kepada Hakim Utama atas segala kehidupan duniawi yang telah dijalaninya dulu.

Malachy memiliki alasan untuk mengeluh atas perbuatan adiknya itu, namun ketika adiknya itu meninggal, dia melupakan segala kesalahan yang dilakukan adiknya kepadanya, dan dia hanya berpikir bagi kebutuhan jiwa adiknya itu. Dia mempersembahkan Misa Kudus dan berdoa banyak bagi adiknya. Selang beberapa waktu kemudian, setelah mengajak orang-orang lain untuk berdoa bersamanya, Malachy melupakan adiknya yang malang itu. “Kita percaya”, demikian kata Pastor Rossignoli, “bahwa Tuhan mengijinkan agar adiknya itu dilupakan seperti itu, sebagai hukuman baginya karena dia tidak memiliki rasa belas kasih kepada orang yang meninggal”.

Begitulah pada suatu hari dia menampakkan diri kepada saudaranya, Malachy, didalam tidurnya. Malachy melihat adiknya berdiri ditengah suatu tempat didepan Gereja, dalam keadaan bersedih, berpakaian kain kabung, dan meminta belas kasihnya sambil mengeluh bahwa selama 30 hari ini Malachy telah melupakan dirinya. Segera saja Malachy bangun dan dia ingat bahwa sebenarnya saat itu sudah berlangsung 30 hari sejak dia mempersembahkan Misa Kudus bagi adiknya itu. Pada hari berikutnya, Malachy mempersembahkan Kurban Kudus baginya. Lalu orang yang meninggal itu menampakkan diri lagi kepadanya di pintu Gereja, sambil berlutut disitu, dan dia meratap-ratap karena dia tidak boleh masuk. Malachy meneruskan doa-doa permohonannya. Beberapa hari kemudian Malachy melihat adiknya itu memasuki Gereja itu dan maju hingga ditengah-tengah Gereja, namun dia tak mampu bergerak lebih dekat lagi ke altar, betapapun juga dia sudah berusaha. Malachy menyadari bahwa saat itu diperlukan lebih banyak keteguhan hati. Maka dia meneruskan persembahan Kurban Kudus demi istirahat jiwa adiknya itu. Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, Malachy melihat adiknya berada didekat altar dengan berpakaian berkilauan dan penuh sukacita dan dia bebas dari penderitaannya.

“Dengan hal ini kita tahu”, tambah St.Bernard, “betapa besarnya manfaat dari Misa Kudus untuk mengampuni dosa-dosa, untuk memerangi kuasa-kuasa kegelapan dan untuk membuka pintu-pintu Surga bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia”.



No comments:

Post a Comment