Friday, September 2, 2016

Vol 2 - Bab 9 : Pertolongan yang diberikan kepada jiwa-jiwa suci

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 9

Pertolongan yang diberikan kepada jiwa-jiwa suci
Doa-doa permohonan
Jasa-jasa, manfaat, dan nilai kepuasan dari karya-karya
Kerahiman Allah
St.Gertrude
Judas Machabeus

Jika Tuhan menghibur hati jiwa-jiwa dengan begitu besarnya, maka kerahimanNya memancar keluar lebih terang lagi didalam kuasa yang Dia berikan kepada GerejaNya, untuk mempersingkat penderitaan dari jiwa-jiwa itu. Tuhan ingin melaksanakan hukumanNya yang keras itu, namun dengan kemurahan hati, maka Dia memberikan pengurangan dan keringanan terhadap rasa sakitnya. Namun Dia melakukan hal itu dengan cara yang tidak langsung, melalui pengantaraan dari orang-orang yang masih hidup di dunia ini. Kepada kita, Dia memberi segala kuasa untuk meringankan penderitaaan saudara-saudara kita dengan melalui doa-doa permohonan, yaitu dengan melalui manfaat dan nilai dari kepuasan hati. Kata ‘permohonan’ adalah merupakan bahasa rohani yang berarti berdoa. Namun ketika Konsili Trent menyatakan bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian ditolong oleh permohonan dari umat beriman, maka arti dari kata itu menjadi lebih luas lagi. Ia juga termasuk segala tindakan yang kita persembahkan kepada Tuhan demi orang-orang yang telah meninggal. Kini kita bisa mempersembahkan kepada Tuhan bukan saja doa-doa kita, tetapi juga segala perbuatan baik kita, didalam semangat memberikan manfaat dan nilai kepuasan hati.

Untuk memahami dua istilah ini marilah kita mengingat bahwa setiap perbuatan baik kita yang dilakukan dalam keadaan rahmat, memiliki tiga buah nilai dihadapan mata Allah :
1.                   Karya itu mendatangkan jasa dimana ia meningkatkan jasa-jasa kita. Ia memberi kita hak untuk memiliki derajat kemuliaan yang baru di Surga.
2.                   Ia mendatangkan sesuatu, yaitu seperti doa, ia bisa mendatangkan rahmat dari Allah bagi kita.
3.                   Ia juga bersifat bisa memuaskan (menimbulkan rasa kepuasan), yaitu ia memiliki nilai ‘seperti uang’, dimana ia bisa memuaskan Pengadilan Ilahi dan bisa untuk membayar hutang-hutang kita atas hukuman sementara dihadapan Allah.

Jasa adalah sesuatu yang tak dapat dialihkan kepada orang lain, dimana hal itu menjadi harta milik dari orang yang bersangkutan, yang melakukan tindakan itu. Sebaliknya, nilai manfaat ataupun kepuasan hati bisa dimanfaatkan oleh orang lain didalam keutamaan persekutuan para kudus. Maka timbullah pertanyaan : permohonan macam apakah (menurut doktrin Gereja) yang bisa kita berikan kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian ? Terhadap pertanyaan ini kita menjawab : Hal itu terdiri atas doa-doa, pemberian sedekah, puasa, dan segala macam silih, indulgensi, dan lebih dari semuanya : Misa Kudus. Semua tindakan yang dilakukan dalam keadaan rahmat, Yesus Kristus mengijinkan kita untuk mempersembahkan hal itu kepada Kuasa Ilahi demi peringanan hukuman saudara-saudara kita di Api Penyucian, dan Tuhan menerapkan hal itu kepada jiwa-jiwa sesuai dengan Kerahiman dan KeadilanNya. Dengan rancangan yang sangat terpuji ini, sambil tetap mempertahankan hak-hak dari PengadilanNya, maka Bapa Surgawi kita melipat-gandakan pengaruh dari KerahimanNya, yang pada saat yang sama diperlakukan bagi Gereja Yang Menderita dan Gereja Militan. Pertolongan yang penuh dengan kemurahan hati ini dimana Dia mengijinkan kita untuk memberikan hal itu kepada saudara-saudara kita yang menderita, juga sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri. Ia merupakan sebuah tindakan yang bukan saja bermanfaat bagi orang-orang yang meninggal, tetapi juga bersifat suci dan terpuji bagi orang yang hidup. Sancta et salubris est cogitatio pro defunctis exorare.

Didalam buku Revelations of St.Gertrude, kita bisa membaca adanya seorang religius yang sederhana dari komunitasnya, yang telah menghiasi kehidupannya yang sederhana itu dengan kematian yang suci, Tuhan berkenan menunjukkan kepada orang kudus itu keadaan dari orang yang meninggal itu di dunia sana. Gertrude melihat jiwa dari religius itu dihiasi amat indah sekali dan dia sangat dikasihi oleh Yesus Kristus. Namun karena ada sedikit kelalaiannya yang belum ditebusnya di dunia ini, dia masih belum bisa memasuki Surga. Dia diwajibkan untuk turun ke tempat yang suram yang berisi penderitaan. Tidak sampai dia tenggelam didalamnya, ketika Gertrude melihat dia datang dan kemudian naik ke Surga, didorong ke tempat itu oleh permohonan dari Gereja. Ecclesiae precibus sursum ferri.

Bahkan didalam Hukum Lama, doa-doa dan kurban dipersembahkan bagi orang yang meninggal. Kitab Suci menceritakan tindakan yang terpuji dari Judas Machabeus setelah kemenangannya atas Gorgias, pemimpin pasukan dari Raja Antiochus. Para serdadu telah melakukan kesalahan dengan mengambil dari antara barang rampasan, beberapa harta yang kemudian dipersembahkan kepada dewa mereka, dimana secara hukum hal itu tidak boleh dilakukan. Lalu Judas, kepala pasukan orang-orang Israel, memerintahkan dilakukannya doa–doa dan kurban sebagai remisi atas dosa-dosa mereka dan demi istirahat bagi jiwa-jiwa mereka. Marilah kita mendengarkan cerita ini didalam Kitab Suci (2 Mach. 12:39-45) : “Pada hari berikutnya waktu hal itu menjadi perlu pergilah anak buah Yudas untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud untuk bersama dengan kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburan nenek moyang. Astaga, pada tiap-tiap orang yang mati itu mereka temukan dibawah jubahnya sebuah jimat dari berhala-berhala kota Yamnia. Dan ini dilarang bagi orang-orang Yahudi oleh hukum Taurat. Maka menjadi jelaslah bagi semua orang mengapa orang-orang itu gugur. Lalu semua memuliakan tindakan Tuhan, hakim yang adil, yang menyatakan apa yang tersembunyi. Merekapun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya. Tetapi Yudas yang berbudi luhur memperingatkan khalayak ramai, supaya memelihara diri tanpa dosa, justru oleh karena telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sudah terjadi oleh sebab dosa orang-orang yang gugur itu. Kemudian dikumpulkannya uang ditengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan kurban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan kurban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka”.



No comments:

Post a Comment