Friday, November 18, 2016

PAUS FRANCIS TELAH ‘DIHADAPKAN KEPADA PENGADILAN’....

PAUS FRANCIS TELAH ‘DIHADAPKAN KEPADA PENGADILAN’ DI HADAPAN SELURUH DUNIA
by Louie, 5 hours ago

Telah menjadi pemahaman umum dan cukup jelas bahwa “seorang bidaah yang telah pasti, tak bisa menjadi paus; karena itu PF akan dikenal oleh seluruh dunia sebagai seorang anti-paus.”

Sementara semakin banyak orang saat ini semakin mengetahui, bahwa kardinal-kardinal Walter Brandmüller, Raymond L. Burke, Carlo Caffarra dan Joachim Meisner telah merilis sebuah dubia (tulisan yang berisi keraguan atau kebingungan) secara terbuka yang dikirimkan langsung kepada PF, dan juga kepada Kardinal Gerhard Muller, kepala dari CDF, untuk meminta jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ atas lima buah pertanyaan yang sangat khusus.

Menurut para penulis dubia itu terdapat ‘ketidak-pastian, kebingungan dan disorientasi’ pada Amoris Laetitia.

Seperti yang telah saya tulis baru-baru ini, PF telah dihadapkan kepada ‘pengadilan’ di hadapan seluruh dunia, melalui dubia itu, dimana dia hanya memiliki tiga macam pilihan jawaban atas masing-masing dari lima pertanyaan yang diajukan oleh empat orang kardinal itu:

1. Dia bisa menjawab dengan semakin meneguhkan Iman yang sejati, karena hal ini sudah menjadi tugas dan kewajibannhya.
2. Dia bisa menjawab dengan menyangkal Iman yang sejati, dimana hal ini akan semakin meneguhkan dugaan khalayak ramai bahwa dia adalah seorang bidaah yang pasti.
3. Dia bisa menjawab dengan bersikap diam; dan harap diperhatikan bahwa ‘sikap diam adalah sebuah jawaban’ juga.

Pada skenario #1 maka Francis harus membatalkan agendanya sendiri; dimana disini dia musti menyadari dan menyesali kesalahan-kesalahannya selama ini, sebuah niatan dimana dia harus berdoa dan berpuasa secara tulus. Memang cukup jelas bagi umat Katolik yang masih berpegang kepada ajaran Kristus yang sejati bahwa pilihan inilah yang kita kehendaki, namun nampaknya pilihan ini adalah yang paling kecil sekali untuk dilakukan.

Skenario #2 adalah lebih mudah: Francis akan menyatakan dirinya sebagai seorang bidaah yang pasti dan dengan begitu dia adalah seorang ‘anti-paus’. Dengan melihat sejarahnya dimana dia adalah seorang yang cerdik dan penuh perhitungan untuk bisa melanjutkan agendanya sendiri (hal ini nyata sekali nampak di dalam sinode tentang keluarga tahun 2014 & 2015), namun hal inipun sangat mungkin tidak akan dilakukannya.

Skenario #3, menurut saya, inilah yang paling mungkin dilakukan. Karena sikap seperti ini telah dilakukannya berkali-kali sebelumnya dan amat membingungkan.

Tentu saja orang akan penasaran apa akibatnya jika PF memilih untuk mengabaikan dubia ini; seperti yang sering dilakukannya selama ini terhadap berbagai saran atau teguran bawahannya.

This is one of the questions that was posed by Edward Pentin of National Catholic Register in an interview with Cardinal Raymond Burke. His Eminence responded:

Inilah pertanyaan yang diajukan oleh Edward Pentin dari National Catholic Register dalam sebuah wawancara dengan Cardinal Raymond Burke. Cardinal Burke menjawab:

Maka kita harus memperhatikan situasi yang ada. Di dalam Tradisi Gereja sudah ada praktek untuk meluruskan ataupun mengoreksi Paus Roma. Memang hal itu jarang dilakukan. Namun jika tidak ada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kami ini, maka saya bisa mengatakan bahwa haruslah ada sebuah tindakan koreksi yang formal atas sebuah kesalahan yang berat.

Selanjutnya Pentin bertanya: Jika seorang paus mengajarkan kesalahan yang besar atau bidaah, siapakah yang secara sah berhak menyatakan hal ini dan apa akibatnya?

Cardinal Burke menjawab:

Dalam kasus seperti itu adalah kewajiban, dan secara historis hal itu telah terjadi, dari para kardinal dan para uskup untuk menyatakan secara jelas bahwa paus sedang mengajarkan kesesatan dan meminta kepada paus untuk memperbaikinya.

Marilah kita melihat lebih dekat…

Sepintas nampaknya seolah pertanyaan-pertanyaan ini disampaikan dalam urutan yang ‘salah’, tetapi Edward Pentin bukanlah seorang amatir dan Cardinal Burke bukanlah orang yang terburu-buru dan bernafsu.

Sejak awal dari wawancara itu Cardinal Burke melihat bahwa Amoris Laetitia ‘ sedang menyebarkan kebingungan dan membawa umat kepada kesesatan’. Saat itu dia tidak menyalahkan hal ini sepenuhnya kepada PF.

Namun di dalam dubia Burke memandangnya sebagai undangan yang resmi kepada PF, sebuah sebuah tindakan ‘kemurahan hati’ terhadap paus, untuk meluruskan situasi yang berkembang saat ini di dalam Gereja.

NB: Hanya jika PF menolak melakukannya maka Cardinal Burke akan secara tegas mengatakan bahwa ‘paus sedang mengajarkan kesesatan’.

Saya tidak berpikir bahwa tata urutan pertanyaan ini bersifat acak. Kenyataannya, orang bisa membayangkan bahwa si pewawancara dan orang yang diwawancarai menyatukan usaha mereka untuk menyajikan keadaan yang sebenarnya.

Namun bagaimanapun juga, meski sudah cukup jelas bahwa PF secara aktiv sedang mengajarkan kesesatan, tetapi wawancara ini mewakili sebuah upaya yang dilakukan dengan baik oleh Pentin maupun Cardinal Burke, yang bagi Cardinal Burke, dia terus bergerak maju dengan cara yang formal dan penuh kesadaran. Puji Tuhan !

Pertanyaan berikutnya (mungkin orang tidak melihat adanya pertanyaan yang logis disini):

Seandainya PF menolak menjawan dubia, bagaimana dengan validitas kepausannya?

Saya kita pertanyaan ini tidak disampaikan (atau diterbitkan) karena Cardinal Burke tidak siap dengan jawabannya – paling tidak, tidak disampaikan secara terbuka, karena Cardinal Burke berharap dengan pendekatan ‘mana yang datang lebih dahulu, didahulukan’.

Cukup adil memang, tetapi marilah kita membayangkan jika kita yang menjadi Cardinal Burke.

Adalah satu hal untuk merasa penasaran bagaimana peristiwa-peristiwa akan terjadi dimana ‘tindakan pelurusan atas PF itu dilakukan,’ dan bagaimana bentuknya jika PF tidak mau menjawab dubia itu. Cukup sulit untuk menduga akibat-akibatnya.

Seperti yang sebelumnya, kita merasa tidak pasti, namun dalam hal yang terakhir ini, tidaklah seperti itu.

Jika memang telah menjadi sebuah keperluan (dengan mengutip perkataan Cardinal Burke lagi) agar ‘kardinal-kardinal dan uskup-uskup memberikan keterangan yang jelas bahwa PF sedang mengajarkan kesesatan’ dan hal ini dilakukan setelah melakukan penentangan secara terbuka terhadap PF dan menganjurkan PF untuk tidak berbuat kesalahan dan menegaskan Iman yang sejati – maka bisa dikatakan, tanpa ragu lagi, bahwa PF telah ‘mengadili’ dirinya sendiri (atau mengungkapkan jati dirinya) bahwa dirinya adalah seorang bidaah yang pasti.

Kita semua tahu bahwa seorang bidaah tak boleh menjadi paus; karena itu Farncis akan dikenal oleh semua orang sebagai anti-paus.

Sementara itu keadaan yang ada saat ini bisa dibilang sangat istimewa, kita juga bisa merenungkan kasus dari Paus Honorius I (Tahun 625 sampai 638)

Kita tidak usah membicarakan detil dari masalah yang masih diperdebatkan. Tetapi telah diakui bahwa Honorius telah gagal dalam mempertahankan doktrin iman melawan kaum Monothelit saat itu, seperti yang nampak dalam berbagai surat yang dikirim kepada Sergius, Patriarch dari Konstantinopel, sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Patriarch ini yang dikirim ke Roma.

Untuk itu maka Honorius telah dinyatakan sebagai bidaah dan dikutuk di dalam Konsili Konstantinopel III:
“We decide that  Honorius also, who was Pope of elder Rome, be with them cast out of the Holy Church of God, and be anathematized with them, because we have found by his letter to Sergius that he followed his opinion in all things, and confirmed his wicked dogmas.”(Third Council of Constantinople, Session XIII, 28 March 681)

Hal ini kemudian ditegaskan lagi oleh konsili-konsili berikutnya. [For more, see Roberto de Mattei, The Heretic Pope ]

Perhatikanlah bahwa Honorius dikutuk secara anumerta. Dengan kata lain, dia tidak memiliki kesempatan, seperti halnya PF saat ini, untuk memperbaiki kesalahannya, untuk meluruskan kembali dan menegaskan doktrin Gereja yang bersifat kekal.

Namun meski begitu, Honorius secara resmi telah dikeluarkan dari Gereja Kudus Allah.

Akankah PF tidak bersedia menjawab dubia dari ke empat orang kardinal ini, untuk kemudian menegaskan doktrin yang otentik dari Gereja Katolik, karena mungkin saja PF beralasan dengan kemauannya sendiri dia tidak membahayakan nasib Gereja Katolik?

Read the full article at aka Catholic


No comments:

Post a Comment