Wednesday, November 23, 2016

Vol 2 - Bab 34 : Motiv untuk menolong jiwa-jiwa suci

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 34

Motiv untuk menolong jiwa-jiwa suci
Kebaikan dari tindakan ini
St.Francis de Sales
St.Thomas Aquino
St.Bridget

Kita telah membahas cara-cara dan sumber-sumber dimana Kerahiman Ilahi telah menaruh di tangan kita demi keringanan saudara-saudara kita didalam Api Penyucian. Cara-cara ini amatlah kuat sekali dan sumber-sumber itu adalah berlimpah banyaknya. Tetapi apakah kita telah memanfaatkan hal itu ? Kita berkuasa untuk menolong jiwa-jiwa malang itu, apakah kita cukup bersemangat untuk melakukan hal itu ? Apakah kita cukup bermurah hati seperti Tuhan yang sangat bermurah hati ? Celaka sekali ! betapa banyak umat Kristiani yang sedikit sekali atau sama sekali tidak berbuat apa-apa bagi orang-orang yang meninggal itu. Dan orang-orang yang tidak melupakan mereka, yang memiliki cukup kemurahan hati untuk menolong mereka dengan berbagai doa permohonan, betapa seringnya mereka kekurangan atau kehilangan semangat ! Bandingkanlah dengan perhatian yang kita curahkan kepada orang-orang yang sakit di dunia ini, dengan pertolongan yang kita berikan kepada jiwa-jiwa yang menderita di Api Penyucian itu. Jika seorang ayah atau ibu bersedih karena suatu penyakit, jika seorang anak yang kita kasihi menjadi kurban dari suatu penderitaan, betapa besarnya perhatian, kecemasan, dan bakti kita kepadanya. Namun bagi jiwa-jiwa suci itu, yang kurang kita kasihi, mereka merana dibawah beratnya, bukan penyakit yang amat menyakitkan, tetapi karena siksaan-siksaan penebusan dosa yang 1000 kali lebih kejam dari pada siksaan di dunia ini. Apakah kita juga bersemangat, merasa cemas dan bersedia meringankan mereka ? “Tidak”, kata St.Francis de Sales, “kita belum cukup banyak didalam mengingat sahabat-sahabat terkasih yang meninggal itu. Ingatan akan mereka nampaknya ikut luntur bersama gemerincing lonceng pemakaman, dan kita lupa bahwa persahabatan yang menemui saat akhirnya itu, terutama didalam kematian, sebenarnya tak pernah menjadi persahabatan yang sejati”.

Dari manakah datangnya sifat lupa yang amat menyedihkan dan jahat ini ? Penyebab utamanya adalah tidak adanya keinginan untuk memikirkan mereka. ‘Quia nullus est qui recogitat corde’ – karena tak ada yang tertimbang didalam hati’. Kita kehilangan pandangan akan motiv-motiv yang agung yang mendorong kita untuk bersemangat, untuk selalu mengingat motiv-motiv ini dan meletakkannya didalam terang yang paling besar yang dimungkinkan.

 Kita mungkin berkata bahwa semua motiv-motiv itu berujung didalam Sabda dari Roh Kudus  ini :”Ini adalah sungguh suatu pikiran yang baik dan tepat untuk berdoa bagi orang yang mati, agar mereka dibebaskan dari dosa-dosa mereka, yaitu dari hukuman sementara karena dosa-dosa mereka (2 Mak. 12:46). Pertama-tama, ia adalah sebuah karya, suci dan baik didalam dirinya sendiri, dan bisa diterima dan mendatangkan jasa-jasa di mata Allah. Karena itu ia merupakan karya yang terpuji, amat bermanfaat bagi keselamatan kita, bagi kesejahteraan kita di dunia ini dan di dunia sana.

“Salah satu karya-karya yang paling suci, salah satu dari tindakan yang terbaik dalam hal kesucian yang bisa kita laksanakan di dunia ini”, demikian kata St.Agustinus, “adalah dengan mempersembahkan kurban, sedekah, dan doa-doa bagi orang yang meninggal”. “Keringanan yang kita serahkan bagi orang yang meninggal”, kata St.Jerome, “akan mendatangkan kemurahan hati yang sama bagi kita”.

Ingatlah bahwa doa bagi orang yang meninggal adalah sebuah tindakan iman, kemurahan hati dan terutama keadilan.

Pertama, siapakah orang yang menolong itu ? Siapakah jiwa-jiwa suci yang dimaksudkan itu ? yang begitu dikasihi Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus, yang juga sangat dikasihi oleh Ibu mereka, Gereja, yang tidak henti-hentinya memintakan bagi mereka atas kemurahan hati kita. Jiwa-jiwa yang dikasihi oleh kita, yang mungkin saja, sangat berhubungan erat dengan kita semasa di dunia dulu, dan yang memohon kepada kita dengan melalui kalimat yang menyentuh ini :”Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku” (Job. 19:21).

Kedua, untuk kepentingan apa mereka mengingnkan hal itu ? Celaka ! Kebutuhan mereka amatlah besar, jiwa-jiwa yang menderita memiliki hak atas pertolongan kita yang sesuai dengan ketidak-berdayaan mereka untuk melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Ketiga, kebaikan apa yang bisa kita serahkan bagi jiwa-jiwa itu ? Kebaikan yang terbesar adalah karena kita membuat mereka bisa memiliki kebahagiaan kekal.

“Untuk menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian”, kata St.Francis de Sales, “adalah dengan melakukan karya-karya yang utama didalam kemurahan hati, atau melaksanakan dengan cara yang terbaik semua karya-karya kemurahan hati:  mengunjungi orang yang sakit, memberi minum orang yang kehausan melihat wajah Allah, memberi makan orang yang lapar dan orang tawanan, memberi pakaian orang yang telanjang, memberikan kepada orang-orang yang terbuang keramahan dari Yerusalem Surgawi, menghibur orang yang berduka, memberi nasihat orang yang sesat. Dengan kata lain, melaksanakan karya-karya kemurahan hati didalam satu tindakan. Doktrin ini amat selaras dengan ajaran St.Thomas, yang berkata didalam buku ‘Summa’ : Permohonan bagi orang yang meninggal bisa lebih diterima oleh Allah dari pada permohonan bagi orang yang hidup. Karena orang yang meninggal sangat membutuhkan pertolongan itu, karena mereka tak bisa menolong dirinya sendiri, seperti halnya pada orang yang masih hidup.

Tuhan kita menganggap setiap tindakan kemurahan hati kepada tetangga kita sebagai tindakan terhadap DiriNya sendiri. Dia bersabda :”Kamu melakukan hal itu kepadaKu” Mihi fecistis. Hal ini merupakan kemurahan hati yang sejati yang diterapkan kepada jiwa-jiwa malang. Telah dinyatakan kepada St.Bridget bahwa dia yang membebaskan suatu jiwa dari Api Penyucian, memiliki jasa yang sama seperti dia yang membebaskan Yesus Kristus  dari tawanan.



No comments:

Post a Comment