Monday, May 22, 2017

AHLI HUKUM CANON MENASIHATKAN KEPADA DIOSIS UNTUK ...

AHLI HUKUM CANON MENASIHATKAN KEPADA DIOSIS UNTUK MEMBERIKAN KOMUNI KUDUS KEPADA PARA PEZINAH KARENA AMORIS LAETITIA 
Begitulah akibat yang sengaja dikehendaki dari sebuah dokumen sesat (Amoris Laetitia) kini semakin meluas.

May 19, 2017 (LifeSiteNews) – Seorang ahli Hukum Canon mengatakan kepada imam-imam dalam sebuah workshop yang diselenggarakan oleh sebuah diosis di Amerika Serikat bahwa Amoris Laetitia dari PF telah mengijinkan mereka untuk melanggar tradisi Gereja yang selama ini menolak memberikan Komuni Kudus kepada umat Katolik yang menikah lagi. 

Karena uskup setempat tidak mengeluarkan aturannya mengenai anjuran dari PF ini (Amoris Laetitia) maka ahli hukum Canon itu mengatakan bahwa imam-imam bisa mengikuti penafsiran kontroversial dari uskup-uskup Malta dan Buenos Aires (yang memberikan Komuni kepada para pezinah).

Pelaksanaan workshop itu sengaja direkam dan disebarkan secara anonim didalam kelompok umat Katolik Mary’s Advocates. Kemudian kelompok itu memposting rekaman itu di dalam website mereka dengan identitas yang disamarkan. 

“Saat ini kita tidak memiliki aturan untuk ditaati,” demikian kata ahli Hukum Canon itu. “Namun jika imam-imam ingin mencermati sesuatu yang bisa mereka lakukan, maka ada wilayah-wilayah lain yang memiliki aturan dan tuntunan seperti itu. Khususnya di Buenos Aires, mereka telah mengeluarkan aturan bagi imam-imam mereka (untuk memberikan Komuni kepada para pezinah).”

“Hal ini penting karena dari wilayah itulah (Buenos Aires) PF berasal,” demikian kata wanita yang ahli Hukum Canon itu. “Patut dicatat juga bahwa PF telah mengirim surat persetujuannya atas tuntunan yang dikeluarkan oleh diosis Buenos Aires.”

Kepada para peserta workshop itu, termasuk kepada imam-imam, wanita itu merujuk kepada sebuah website milik seorang canonist awam yang telah memuat surat tuntunan mengenai Komuni kepada pezinah di wilayah Buenos Aires dan Malta. 

“Dokumen dari Buenos Aires serta surat persetujuan PF atas keputusan mereka, saya tidak berhak memberikan persetujuan disini, tetapi menurut saya, tuntunan seperti itu adalah baik,”
demikian kata ahli hukum Canon itu kepada peserta workshop.

Amoris Laetitia
Arahan atau tuntunan (mengenai ijin untuk menerima Komuni bagi pezinah) pertama kali dikeluarlkan secara resmi di Buenos Aires dan Malta, karena mereka menganggap bahwa Amoris Laetitia bisa ditafsirkan membolehkan pemberian Komuni bagi umat Katolik yang hidup dalam keadaan dosa berat. Wilayah-wilayah lain seperti Chicago dan San Diego telah mengindikasikan bahwa mereka akan segera mengikutinya.

PF masih juga tidak bersedia menjawab permintaan atau pertanyaan dari empat orang kardinal yang meminta penjelasan apakah PF memang berniat, melalui dokumen Amoris Laetitia, mengijinkan umat Katolik untuk melanggar ajaran Gereja mengenai Komuni bagi orang yang hidup bersama diluar pernikahan resmi Gereja.

Tuntunan dari uskup-uskup Buenos Aires dan Malta
September 2016 uskup-uskup Buenos Aires mengeluarkan arahan mereka bagi imam-imam di wilayah itu yang isinya mengijinkan pemberian Komuni bagi umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi. Dokumen itu adalah hasil nyata dari Amoris Laetitia.

Uskup-uskup disana mengatakan bahwa dalam situasi-situasi yang komplex ketika pasangan yang menikah lagi tak bisa memperoleh anulasi, maka imam-imam masih bisa memberi mereka kesempatan untuk menerima Ekaristi.

Seandainya imam menyadari bahwa dalam ’kasus tertentu ada pembatasan-pembatasan yang bisa mengurangi tanggung jawab dan kesalahannya, terutama ketika seseorang merasa bahwa dirinya akan jatuh ke dalam kesalahan yang beruntun dengan membahayakan anak-anak yang dihasilkan dari perkawinannya yang baru nanti’, demikian arahan dari uskup-uskup di sana, ‘maka Amoris Laetitia membuka kemungkinan bagi pasangan seperti itu untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi dan Ekaristi.’

Si ahli hukum Canon itu mengutip pernyataan ini di dalam pembicaraannya.

Patut dicatat bahwa PF telah menulis surat kepada uskup Argentina, Sergío Alfredo Fenoy, mengenai arahan Buenos Aires, dengan mengatakan “Dokumen Amoris Laetitia adalah sangat baik dan menjelaskan secara lengkap arti dari bab VIII. Tak ada penafsiran lainnya.”

Uskup-uskup Malta juga telah memberikan persetujuannya bagi orang yang bercerai dan kemudian menikah lagi secara sipil di wilayah mereka untuk menerima Komuni, dimana keputusan itu dikeluarkan pada Januari 2017 barusan.

Saat itu uskup-uskup Malta mengatakan ‘bahwa ada situasi-situasi yang komplex’ dimana hidup secara murni seperti yang diminta oleh Gereja bagi pasangan seperti itu, agar mereka tetap bisa menerima Komuni, tidaklah mungkin dilakukan.

Demikianlah ahli hukum Canon dari Amerika Serikat itu mengulangi ide seperti ini di dalam pidatonya.

Kita tahu bahwa uskup-uskup Malta mengatakan jika orang Katolik yang bercerai dan menikah lagi secara sipil, di wilayah mereka, boleh menerima Komuni “asalkan memiliki hati nurani yang baik, mengakui dan percaya bahwa dirinya masih dalam keadaan berdamai dengan Allah.”

Mereka mengatakan bahwa aturan yang mereka keluarkan adalah sesuai dengan pengarahan dari PF. Ahli hukum Canon itu mengatakan bahwa masalah ini adalah bersifat pribadi serta membutuhkan kearifan pastoral, menggunakan bahasa dari dokumen (Amoris Laetitia) serta hasil-hasil synode mengenai keluarga yang sangat kontroversial itu.

Kebingungan meluas
Pendiri website Mary’s Advocates, Bai Macfarlane, mengkritik keras ucapan ahli hukum Canon itu yang telah menyesatkan Ajaran Gereja serta isi Hukum Canon sendiri.

“Para peserta yang awalnya ingin mendengar dan siap belajar yang baik, ternyata disuguhi hukum buatan manusia yang ada di dalam Amoris Laetitia,” demikian kata Macfarlane.

Antara tahun 2000 hingga 2016 imam-imam merasa dibatasi untuk menasihati umatnya yang mengalami perkawinan kedua, dan memberitahu pasangan bahwa mereka tak bisa menerima Komuni jika tidak bisa berhenti melakukan hubungan sex, jika perkawinan mereka yang pertama tidak mendapatkan anulasi. Namun dengan munculnya Amoris Laetitia, yang merupakan hukum buatan manusia, hal itu telah membalikkan keadaan dan menghilangkan pembatasan yang dialami oleh imam-imam itu, dan kini imam-imam diminta menganjurkan pasangan seperti itu untuk menerima Komuni setelah menerima pendampingan dan memperoleh kearifan.

Dalam presentasinya, si ahli hukum Canon itu mengatakan bahwa tidak melakukan hubungan sex adalah tidak baik, karena anda menghilangkan satu aspek utama dalam sebuah perkawinan. Dia mengatakan hal ini bagi umat Katolik yang menjalani perkawinan kedua tanpa menerima anulasi bagi perkawinan pertamanya. Dengan kata lain dia menganjurkan perbuatan zina.

Macfarlane mengatakan: “Pembicara menganggap bahwa perbuatan sex perzinahan (diluar perkawinan yang sah) bisa mendatangkan rahmat seperti halnya perbuatan sex di dalam ikatan perkawinan yang sah.”

Rekaman presentasinya silakan lihat disini dimana rekaman ini telah disebarkan ke wilayah tempat pembicara itu bekerja.

Read the full article at Life Site News


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment