Sunday, October 15, 2017

VORTEX – GEREJA HAMPIR PUNAH

Vortex – gereja hampir punah
Tak boleh berjalan seperti ini lebih lama lagi.
October 13, 2017


Sekarang ini, tepat 100 tahun dari hari dimana Keajaiban Matahari di Fatima terjadi, dimana Bunda Allah melakukan mukjizat untuk menggarisbawahi betapa penting pesannya. Tepat 33 tahun sebelumnya, Paus Leo XIII menerima penglihatan yang mengerikan tentang percakapan antara Tuhan dengan setan, di mana si naga congkak tersebut mengklaim bahwa dia dapat menghancurkan Gereja yang didirikan oleh Putera Allah jika saja dia memiliki lebih banyak waktu dan kekuasaan - seratus tahun dia minta. Merasa sedih oleh penglihatan ini, maka Paus Leo menyusun sebuah doa kepada St. Michael.

Ada banyak spekulasi akhir-akhir ini, setelah lewat 100 tahun sejak peristiwa itu, dan keadaan yang terjadi di dalam Gereja semakin memburuk saja. Jika iblis hanya diberi waktu 100 tahun, mengapa tidak ada sesuatu yang mulai membaik di tahun 1984, yaitu 100 tahun setelah penglihatan Paus Leo? Nah, tidak ada orang yang tahu kapan dimulainya waktu 100 tahun yang diberikan Tuhan, ketika Dia mengabulkan permintaan iblis itu. Sebenarnya, dengan segala kejujuran, kita bahkan tidak tahu apakah jam sebenarnya sudah mulai berdetik ke arah itu. Itu adalah hal yang menakutkan untuk dipikirkan, mengingat kekacauan yang terjadi saat ini di dalam Gereja.

Bayangkan jika semua yang telah terjadi selama abad terakhir ini atau lebih, hanyalah tindakan pemanasan saja dan seandainya waktu 100 tahun itu sebenarnya belum dimulai. Namun, orang lain ada yang berpendapat bahwa 100 tahun itu sebenarnya dimulai dengan penampakan Bunda Maria kepada anak-anak di Fatima, yang berarti hari ini, Jumat, 13 Oktober, adalah terakhir dari 100 tahun yang diberikan Tuhan kepada setan. Sekali lagi, tidak ada cara untuk mengetahui hal itu dengan pasti, kecuali jika Tuhan secara langsung mengungkapkannya kepada kita; tetapi akan sangat menyenangkan untuk mengetahui bahwa kita akhirnya sampai di bagian yang paling dasar dan, sekarang, tidak ada jalan lain kecuali naik.

Inilah yang kita ketahui: Saat ini, Gereja telah beralih dari krisis kepada kekacauan penuh. Para uskup hampir di seluruh dunia mendukung dan mengajarkan ajaran sesat. Para klerus memperjuangkan kejahatan sebagai "Kabar Baik." Keyakinan akan adanya neraka pada dasarnya telah padam di dalam hati orang-orang yang berkerah putih kecil (imam-imam) dan memakai mitra. Sebagian besar umat Katolik telah terjatuh dari Iman mereka bersamaan dengan terjadinya kemurtadan global dan bahkan para uskup ‘yang baik’ nampak tidak berdaya untuk melakukan sesuatu mengatasi hal itu. Jika ini bukan waktu 100 tahun itu, maka kita enggan memikirkan seperti apa sebenarnya 100 tahun yang sebenarnya. Tapi kita tahu kemana semua ini menuju.

Gereja di Amerika Serikat, yang mengikuti jejak Gereja di Eropa dan negara-negara Barat lainnya, sedang berlayar mendekati kepunahannya. Hanya sebuah kerlipan cahaya redup saja yang tersisa. Praktis tidak ada umat Katolik yang mengenal Imannya, atau setidaknya, cukup mengetahuinya sedikit sekedar bisa diselamatkan. Ucapan dari santo pelindung para pastor paroki mungkin berlaku di sini: "Kita akan melihat bahwa pada hari penghakiman itu ada sejumlah besar umat Kristiani yang musnah dan dikutuk, karena mereka tidak mengenal agama mereka sendiri." -St. Jean-Marie Vianney.

Iman Katolik sebenarnya adalah merupakan karunia rahmat, yang berbicara kepada kedalaman jiwa seseorang – yang merupakan jawaban atas apa yang didambakan oleh hati manusia - untuk apa kita diciptakan. Inilah jawaban atas pertanyaan apa arti hidup? Pengetahuan tentang Iman datang kepada kita melalui intelek – itulah dinamika roh yang memahami Kebenaran. Tentu saja ada lebih banyak hal di dalam iman daripada sekedar pengetahuan. Tetapi tanpa pengetahuan, tidak ada iman untuk dibicarakan, karena seseorang harus bisa memberikan jawaban yang koheren bagi pertanyaan : apa yang anda percaya?

Seperti yang dikatakan Santo Petrus, bersiaplah selalu untuk memberi alasan bagi pengharapan anda. Santo Paulus mengatakan bahwa iman datang melalui pendengaran. Kehidupan intelektual dari Iman telah ditinggalkan sepenuhnya oleh banyak sekali anggota hirarki dan klerus. Seperti Paus St. Yohanes Paulus mengatakan kepada sekelompok uskup Amerika saat makan malam di Vatikan, dalam salah satu kunjungan lima tahun yang dijadwalkan, beberapa awam mungkin lolos dari neraka karena ketidaktahuan mereka, namun para uskup yang membiarkan ketidaktahuan berkembang, tidak akan bisa lolos.

Karena itu umat ​​Katolik harus, harus, dan harus belajar mengenai iman mereka. Inilah alasannya mengapa kita membentuk program Perlawanan Church Militant. Inilah alasannya mengapa kita terus-menerus mengajarkan apa sebenarnya Kebenaran Gereja di hadapan segala kemurtadan dan perbedaan pendapat serta ajaran sesat yang marak saat ini. Inilah sebabnya mengapa kita menuding kepada para klerus yang sesat -- agar domba-domba tidak menjadi bingung oleh tipu daya mereka, yang menerima dan mengabaikan perbuatan dosa. Celakalah orang yang menyebut kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat. Inilah mengapa program kepura-puraan seperti program Alpha dan pertunjukkan sinar laser dan sebagainya harus dibuka kedoknya – karena ia tidak menyampaikan iman yang otentik. Mereka menghasilkan faksimili, membuat orang merasa nyaman, tapi tidak melibatkan intelektualitas mereka. Hal ini menciptakan sebuah lingkungan perasaan seoleh sesuatu telah berhasil dicapai padahal, faktanya, hanya sedikit. Wartakanlah Kebenaran! Yesus Kristus tidak datang ke bumi untuk menjadi seorang guru. Dia tidak datang ke bumi terutama untuk memberikan sebuah filosofi seperti tokoh dunia lainnya. Dia datang sebagai Juruselamat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari neraka, dimana hal ini adalah sungguh nyata. Selain itu, meskipun penebusanNya telah dilakukan di Kalvari, tetapi Dia masih juga berseru dalam penderitaanNya karena banyak sekali jiwa yang akan menolak kasihNya - "Aku haus." Kita juga harus haus bersama Dia, haus akan jiwa-jiwa.

Kita harus rindu dengan segala hal yang kita miliki, bahwa Kebenaran itu diwartakan, bukan semacam pengiriman barang tertentu, dimana orang-orang yang belum siap untuk mendengarnya – akan membenci Kebenaran itu – atau mereka hanya mendengar kebenaran itu sebagian saja, bukan sebagai sebuah khotbah yang utuh dimana kita bertemu dengan orang-orang "dimanapun mereka berada", karena di mana lagi anda akan bertemu orang lain diluar tempat mereka berada? Putera Allah bertemu dengan orang-orang di mana mereka berada dan Dia menyuruh mereka segera bangun, pergi ke tempat lain dan melakukannya sekarang. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi! Mengapa begitu sedikit imam-imam di Gereja berbicara seperti ini, begitu banyak klerus dan uskup mengukur semua yang mereka katakan - yang diberi kepercayaan membawa dan mewartakan misteri keselamatan – selalu mencatat setiap frase dan ukuran, menimbang konsekuensi politik dan budaya dari kebenaran, sering bersembunyi di balik "kehati-hatian"? Anda harus mengatakan yang sebenarnya dan membiarkan sesuatu terjadi apa adanya. Anda harus belajar Iman, anda harus larut di dalam kebenaran.


Gereja di Barat telah hampir punah. Dan bahkan kita tidak tahu jika 100 tahun berlalunya peristiwa Fatima sudah dimulai. Apa yang bisa disimpulkan dari sini?.

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment