Friday, June 1, 2018

PATRICK J. BUCHANAN: BISAKAH SEORANG PAUS MERUBAH KEBENARAN MORAL?


These Last Days News - May 22, 2018
PATRICK J. BUCHANAN: BISAKAH SEORANG PAUS MERUBAH KEBENARAN MORAL?



WND.com reported on May 21, 2018:
by Patrick J. Buchanan

Ucapan bercanda ini sering kami dengar ketika masih sebagai anak-anak, “Apakah Paus Katolik?” sekarang ini pertanyaan itu mulai nampak sebagai pertanyaan yang serius.

Lima tahun yang lalu ketika ditanya tentang "lobi gay" di Vatikan, Paus Francis menjawab, "Jika seseorang adalah gay dan dia mencari Tuhan dan memiliki niat baik, siapakah saya ini hingga berhak untuk menilai?"

Karena penilaian benar/salah dianggap menjadi bagian dari tugas kepausan, maka umat Katolik tradisional terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh paus saat ini.

Sekarang Bapa Suci rupanya telah menyempurnakan apa yang dimaksudkannya sejak semula.

Menurut seorang korban pelecehan sexual kanak-kanak (pedofilia) yang dilakukan oleh seorang imam pedofil di Chili, Juan Carlos Cruz (si kurban), seorang homoseksual, kepada siapa paus meminta maaf, saat itu Paus Francis mengatakan: “Tuhan telah menciptakan kamu seperti ini (sebagai gay) dan Dia mencintai kamu seperti ini dan saya tidak peduli. Paus juga mencintai kamu seperti ini. Kamu harus merasa bahagia dengan keadaan dirimu (sebagai gay).”

Dan pihak Vatikan sama sekali tidak menyangkal apa yang diucapkan Cruz.

Apa yang membuat kejadian ini luar biasa adalah bahwa katekismus Gereja Katolik, berdasarkan Perjanjian Lama dan Baru serta Tradisi, selalu mengajarkan bahwa homoseksualitas adalah gangguan moral, kecenderungan terhadap hubungan seksual yang tidak wajar dan tidak bermoral.

Gagasan bahwa Tuhan bertanggung jawab atas orientasi homoseksual, bahwa paus dan Gereja Katolik bersikap boleh-boleh saja dengan orang yang tertarik secara sexual kepada sesama jenisnya, dan bahwa mereka yang berorientasi seperti itu seharusnya merasa senang dan nyaman dengan hal itu, kini memunculkan jati dirinya: bidaah!

Hal ini menyiratkan bahwa apa yang dianggap oleh umat Katolik selama berabad-abad ini sebagai kebenaran moral, adalah salah, atau bahwa kebenaran moral itu telah berevolusi dan harus dibuat sedemikian rupa untuk menyesuaikan diri dengan modernisasi. Ini adalah bentuk relativisme moral: Kebenaran berubah seiring berjalannya waktu.

Dan jika laporan Cruz akurat, maka posisi paus Francis adalah semakin dekat dengan Hillary Clinton.

Pada 2016, pada acara penggalangan dana di New York, Clinton membacakan litani terkenal dari dosa-dosa umum untuk menuduh dan menyalahkan Donald Trump.

Kata Hillary, mereka adalah "rasis, seksis, homophobic, xenophobic, Islamophobic."

Fobia adalah sebuah "ketakutan ekstrem atau tidak rasional atau tidak suka pada sesuatu." Dengan demikian, Clinton mengatakan bahwa mereka yang tidak menyukai homoseksualitas, secara moral atau mental adalah sakit.

Namun, hingga Desember 1973, homoseksualitas itu sendiri terdaftar sebagai gangguan mental oleh American Psychiatric Association.

Moralitas baru yang kita dengar dari paus Francis dan Hillary ini mencerminkan perubahan historis dalam pemikiran moral Barat. Percaya bahwa homoseksualitas adalah normal dan alami, dan tidak hanya dapat diterima, tetapi bahkan patut dipuji, telah mewarnai hari-hari Gereja dan masyarakat saat ini.

Legislatif dan pengadilan telah menulis "kebenaran" ini ke dalam hukum negara. Telah diketahui oleh Mahkamah Agung bahwa di balik Konstitusi itu, para  penulisnya masih menganggap dan memperlakukan tindakan homoseksualitas sebagai kejahatan besar.

Namun dari perubahan bersejarah ini, pertanyaan muncul secara alami:

Mengenai isu homoseksualitas, sudahkah kita naik ke tingkat moral yang lebih tinggi? Atau apakah Amerika telah membuang kebenaran yang kita yakini selama ini dan menggantikannya dengan prinsip-prinsip ideologi yang mungkin secara politis dan budaya berpengaruh, tetapi tidak berakar pada apa-apa selain penekanan dan kebohongan yang tanpa dasar?

Renungkanlah pandangan Kardinal Gerhard Muller, yang belakangan dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Kongregasi untuk Ajaran Iman, apa yang sebenarnya ada di balik dorongan untuk memiliki sikap “homofobia” (takut dengan homosex) yang dianggap sebagai gangguan mental.

“Homofobia adalah penemuan dan instrumen dominasi totaliter atas pikiran orang lain. Gerakan homo kurang memiliki argumen ilmiah, karena itu ia menciptakan ideologi yang ingin mendominasi dengan cara menciptakan realitasnya sendiri.”

Singkatnya, kaum Marxis kultural dan sekutu progresif mereka telah menetapkan pernyataan ideologis: homoseksualitas adalah normal, alami dan bermoral, tanpa landasan historis, biologis atau ilmiah, dan menegaskannya sebagai kebenaran, menetapkannya sebagai hukum, dan menuntut agar kita menerima dan mendukung ‘kebenaran’ ini, atau kita harus menghadapi murka dari rezim yang berkuasa.

Kard. Muller berkata: “Ini adalah pola atau cara Marxis yang menurutnya realitas tidaklah menciptakan pemikiran, tetapi pemikiran menciptakan realitasnya sendiri. Dia yang tidak menerima kenyataan yang diciptakannya ini, haruslah dianggap sakit.”

“Hal itu seolah seseorang dapat menyembuhkan suatu penyakit dengan bantuan polisi atau dengan bantuan pengadilan. Di Uni Soviet, banyak orang Kristen dimasukkan ke dalam klinik psikiatri. Ini adalah metode dari sebuah rezim totaliter, dari Sosialisme dan Komunisme.”

Seperti yang ditulis oleh Russell Kirk, ideologi adalah agama politik. Dan dogma-dogma agama politik yang semakin menguasai kita saat ini telah mengesampingkan ajaran-ajaran Kristiani dan tradisi.

Sejak terjadinya ‘Kerusukan Stonewall tahun 1969, hubungan homoseksual telah berubah dari yang semula dianggap sebagai tidak senonoh dan tidak bermoral, kemudian menjadi hubungan yang bisa ditoleransi, bisa diterima, dan berada di tataran yang sama dengan pernikahan tradisional, dan ‘perkawinan’ homosex menjadi hak konstitusional setiap orang.

Dan jika anda tidak mau menerima moralitas baru itu, anda adalah orang yang sangat menyedihkan. Dan jika anda bertindak atas ketidakpercayaan anda dalam kesetaraan homosex, maka anda akan dikucilkan dan dihukum.

Kebenaran yang disingkirkan guna membangun peradaban terbesar yang dikenal oleh manusia (meski peradaban itu ‘tidak beradab’). Akankah kebenaran-kebenaran yang diciptakan oleh egalitarianisme baru ini mampu bertahan menghadapi kedatangan orang-orang barbar yang baru? Nampaknya tidak.
_____________________________________

Berikut ini adalah pesan-pesan Surgawi yang diberikan kepada Veronica Lueken, Bayside:
"Aku tidak akan membela para imam-Ku yang mendukung homoseksualitas dan membiarkannya dilakukan di antara imam-imam-Ku! Aku tidak akan membela para imam-Ku yang mengizinkan pembunuhan bayi yang belum lahir dengan melalui sikap permisiv mereka! Aku tidak akan berdiam diri dan membiarkan profesi imamat dihancurkan!" - Yesus, 18 Juni 1982

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." Matt. 10:32-33

"Dosa kelalaian (dosa diam/dosa pasiv) akan mengutuk banyak orang ke dalam neraka, baik itu umat awam maupun hirarki. Aku mengulanginya: bukan dosa aktiv, tetapi dosa kelalaian akan membuat banyak orang masuk neraka. Di antara mereka juga akan ada para uskup." - Our Lady, 6 Oktober 1980

"Anak-anakku, itu adalah rencana jahat dari kedalaman neraka yang mau menghapuskan pengetahuan tentang Keilahian PutraKu dari antara kamu." - Our Lady of the Roses, 10 Februari 1978

"Apakah kamu begitu buta hingga kamu tidak mengenali semakin cepatnya dosa dilakukan  di antara kamu? Pembunuhan melimpah, pencurian, segala macam pembantaian, penghancuran jiwa-jiwa kaum muda, aborsi, homoseksualitas, sudah dikutuk sejak awal zaman oleh Bapa Yang Kekal. Namun dosa telah menjadi sebuah jalan hidup. Dosa telah dimaafkan saat ini, bahkan oleh para hakim tertinggi di negerimu dan negara-negara di seluruh dunia. Apa yang kau tabur,  itulah yang akan kau tuai. Dosa adalah kematian, bukan hanya pada roh, tetapi juga pada tubuh. Perang adalah hukuman atas dosa manusia, keserakahannya, dan ketamakannya." - Our Lady of the Roses, 14 Agustus 1981

"Aku melihat bahwa para imam dari jajaran tinggi di Rumah Tuhan telah menjadi lunak dalam cara hidup mereka. Mereka melayani tubuh mereka dan tidak ingin berkorban dan melakukan penebusan dosa. Tidak ada jalan yang mudah menuju Kerajaan. Mereka akan terpaksa bertekuk lutut, dan mereka akan kelaparan di dalam tubuh jasmani mereka sampai saatnya mereka membuang semua setan yang ada dalam diri mereka.

"Kecuali kamu mau mendengarkan peringatanku saat ini, maka kamu akan jatuh ke dalam perangkap yang sedang dipasang bagimu. Musuh telah berada di dalam Rumah Allah. Dia berusaha untuk menyingkirkan Wakilmu dari antara kamu, dan ketika dia melakukannya dia akan menempatkan seorang pria dari rahasia-rahasia gelap di atas Tahta Petrus! " - St. Thomas Aquinas, 21 Agustus 1972



Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment