Friday, June 29, 2018

KARDINAL GERHARD MULLER: UMAT KATOLIK YANG SETIA (PADA AJARAN KRISTUS) SEDANG DIDORONG...


Cardinal Gerhard Muller, prefect emeritus of the Congregation for the Doctrine of the Faith
(Doc: Diane Montagna/LifeSiteNews)

By Dorothy Cummings McLean

NEWSCATHOLIC CHURCHThu Jun 28, 2018 - 1:40 pm EST

SEORANG KARDINAL JERMAN, GERHARD MULLER:
UMAT KATOLIK YANG SETIA (PADA AJARAN KRISTUS) SEDANG DIDORONG KELUAR GEREJA


SAN FRANCISCO, 28 Juni 2018 (LifeSiteNews) - Mantan Prefek (Kepala) Kongregasi untuk Ajaran Iman di Vatikan menuduh sesama uskup Jerman telah menyerah kepada Evangelisasi Baru. Putus asa dengan peranan ajaran Kristiani di dunia kontemporer, mereka semakin melemahkan doktrin agar Gereja dapat bertahan hidup. Dan mereka yang tidak setuju, akan dihukum.

"Umat beriman yang memeluk doktrin Katolik secara serius dituduh sebagai konservatif (kolot) dan terdesak keluar dari Gereja, dan terkena tuduhan fitnah dari media liberal dan anti-Katolik," demikian kata Kardinal Gerhardt Müller kepada Catholic World Report.  

Ditunjuk oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012, Kard. Müller adalah Prefek (Kepala) Kongregasi untuk Ajaran Iman, sebelum dia diberhentikan Juli lalu oleh Paus Francis. Dalam  wawancara baru-baru ini, dia mengatakan kepada CWR bahwa ada uskup-uskup Jerman yang ingin menuntun Gereja kepada "modernitas," dengan mengacu pada ajakan St. Yohanes Paulus II untuk mempertobatkan dunia.

"Ada satu kelompok uskup-uskup Jerman, dengan pemimpin mereka yang menuntun, menganggap diri mereka sebagai pencipta tren dalam Gereja Katolik untuk menuju kepada modernitas," katanya.

Pemimpin dari Konferensi Waligereja Jerman itu adalah Cardinal Reinhard Marx.

“Para uskup ini menganggap bahwa proses sekularisasi dan de-kristenisasi Eropa sebagai perkembangan yang tidak dapat diubah,” lanjut Kardinal Müller. “Karena alasan inilah maka  Evangelisasi Baru - program Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI - dalam pandangan mereka, merupakan pertempuran melawan arah sejarah yang obyektif, menyerupai pertempuran Don Quixote melawan kincir angin.”

Solusi mereka? Menyerah kepada dunia!

"Mereka mencari sebuah tempat di mana Gereja dapat bertahan hidup dengan damai," kata Müller. “Karena itu semua doktrin iman dalam Gereja yang bertentangan dengan ‘arus utama dunia’, sebagai hasil konsensus masyarakat, harus direformasi.”

Dia menjelaskan bahwa inilah mengapa beberapa uskup Jerman menuntut pemberian Komuni Kudus kepada umat non-Katolik dan umat Katolik yang berada dalam keadaan dosa berat. Juga dalam agenda itu, Kardinal Müller mengungkapkan, ada sejumlah usulan radikal lainnya yang bertetangan dengan iman Katolik:

"Pemberian berkat perkawinan bagi pasangan homoseksual, interkomuni dengan Protestan, melonggarkan relasi perkawinan yang tak terpisahkan dalam perkawinan sakramental, pengenalan viri probati dan bersama dengan hal itu: penghapusan kehidupan selibat bagi imam, persetujuan bagi hubungan seksual sebelum dan di luar pernikahan," demikian Kard. Müller menambahkan.

Menyebut agenda para uskup ini sebagai "proses Protestanisasi yang menyolok," Kard. Müller mengatakan bahwa doktrin iman bagi uskup-uskup Jerman itu adalah hal sekunder di hadapan kasih mereka yang utama: kepada kekuasaan politik.

"Bagi banyak uskup, kebenaran wahyu dan pengakuan iman Katolik hanyalah satu lagi variabel dalam politik kekuasaan intra-eklesial (yang ada di dalam lingkup para klerus)," katanya kepada CWR.

“Beberapa dari mereka mengutip perjanjian pribadi yang dilakukan dengan Paus Fransiskus dan mereka berpendapat bahwa pernyataan-pernyataan paus dalam berbagai wawancara dengan wartawan dan tokoh masyarakat yang jauh menyimpang dari ajaran Katolik, telah menawarkan pembenaran, bahkan semacam ijin untuk 'melemahkan’ kebenaran iman yang didefinisikan dengan sempurna dan yang tak bisa salah.”

Kard. Müller mengamati bahwa keinginan untuk ‘dicintai oleh media dan dunia’ sangatlah bertentangan dengan semangat para rasul pertama dulu.

"Saat ini, banyak orang berpendapat bahwa diterima oleh media adalah lebih penting daripada kebenaran, dimana karena hal itu kita juga terpaksa harus menderita," demikian Kard. Müller mengingatkan pewawancaranya. “Petrus dan Paulus menderita kemartiran bagi Kristus di Roma, pusat kekuasaan di zaman mereka. Mereka tidak dihormati dan dirayakan oleh penguasa dunia ini sebagai pahlawan, melainkan diejek seperti Kristus di kayu salib. Kita tidak boleh melupakan dimensi kemartiran dari pelayanan Petrus serta tugas episkopal.”

Bertobat kepada dunia, bukan kepada Tuhan

Ditanya tentang kondisi iman Katolik di Jerman, Kard. Müller mengatakan bahwa banyak umat yang merasa "ditinggalkan dan dikhianati" oleh para pastor mereka yang mendukung popularitas duniawi.

"Menjadi populer dalam opini publik saat ini adalah kriteria bagi seorang uskup atau imam agar dianggap baik dan berhasil," kata Müller dengan nada sedih. “Kita sedang mengalami dan menjalani pertobatan kepada dunia, bukan kepada Tuhan, dimana hal ini bertentangan dengan pernyataan Rasul Paulus: Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Gal 1:10

Kardinal Müller mengindikasikan bahwa Kongregasi Ajaran Iman di Vatikan telah direndahkan dan dilecehkan saat ini, karena doktrin Gereja telah “dipaksa tunduk kepada persyaratan dan permintaan dari permainan kekuasaan dunia”.

Menggambarkan betapa berbahayanya obsesi akan kekuasaan dan gengsi ini, Kard. Müller menunjukkan bagaimana hal itu bisa membutakan orang terhadap kebenaran-kebenaran teologis tentang imamat dan pernikahan.

"Jika perutusan imamat dipahami melalui posisi kekuasaan, maka doktrin ini yang berbicara tentang mempertahankan Sakramen Imamat hanya bagi kaum pria Katolik saja, adalah bentuk diskriminasi terhadap perempuan," kata Kardinal Müller.

“Tetapi perspektif kekuasaan dan prestise sosial itu salah. Hanya jika kita melihat semua doktrin iman dan sakramen-sakramen dengan mata teologis, bukan dengan mata kekuasaan duniawi, maka doktrin iman mengenai prasyarat alamiah bagi sakramen-sakramen Tahbisan Suci dan pernikahan menjadi jelas bagi kita,” kata dia melanjutkan. “Hanya seorang pria yang dapat melambangkan Kristus sebagai Mempelai Pria bagi Gereja. Hanya satu pria dan satu wanita yang bisa menjadi simbol dari relasi Kristus dengan Gereja-Nya.”


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment