Friday, May 1, 2020

KEWAJIBAN UNTUK MENGIKUTI MISA HARI MINGGU TIDAKLAH SANGAT DIPERLUKAN


MAIKE HICKSON



Orang kepercayaan Paus Francis mengatakan:
KEWAJIBAN UNTUK MENGIKUTI MISA HARI MINGGU TIDAKLAH SANGAT DIPERLUKAN, DAN HAL ITU BISA DIBATALKAN



Uskup Agung Victor Manuel Fernández mengatakan bahwa 'menjaga jarak sosial dan karantina' meminta umat Katolik untuk 'menemukan kembali' jati diri mereka.

Tue Apr 28, 2020 - 2:38 pm EST

·        
Archbishop Víctor Manuel Fernández
Prensa y Comunicación Arzobispado La Plata / Youtube


April 28, 2020 (LifeSiteNews) - Uskup Agung Víctor Manuel Fernández, seorang ‘penulis bayangan’ dan orang kepercayaan pribadi Paus Francis, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini, bahwa ajaran Gereja Katolik yang menganjurkan umat pergi ke gereja pada hari Minggu dan pada Hari-hari Suci yang diwajibkan “tidaklah sangat diperlukan karena ia bisa saja dibatalkan."

Pada saat yang sama, Fernández juga menyebutkan tentang Sakramen Tobat, dengan mengatakan bahwa “sakramen itu telah banyak berubah selama berabad-abad,” dimana disini dia menyiratkan kemungkinan adanya perubahan sehubungan dengan Sakramen ini juga.

Berbicara dengan outlet berita Spanyol Religión Digital dalam laporan 27 April 2020, Uskup Agung La Plata Argentina itu merefleksikan situasi Gereja Katolik dalam kaitannya dengan coronavirus. Outlet berita itu menggambarkan uskup ini, yang dianggap sebagai penulis utama di balik dokumen kontroversial dari Paus, Amoris Laetitia, sebagai ‘sangat dekat dengan pemikiran Paus Francis.’

Uskup Argentina itu berkomentar tentang beberapa Sakramen dalam Gereja Katolik. Setelah pertama kali dia menyatakan bahwa, karena periode panjang dari tindakan "menjaga jarak sosial dan karantina," maka kita akan diminta "untuk menemukan kembali jati diri kita," dia menambahkan: "Saya tidak tahu bagaimana Paus Francis akan melakukannya karena dia telah berusaha begitu banyak dalam hal kedekatan jasmani." Tentang ‘struktur dari era yang lain’ yang terjadi saat ini, kita belum tahu ‘apa yang akan menjadi penggantinya.’ Salah satu ‘penggantian’ itu mungkin ada hubungannya dengan Sakramen. Jadi menurutnya, beberapa Sakramen musti diganti atau dirubah.

Berkenaan dengan pertanyaan apakah Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat perlu ‘direvisi,’ kata Fernández - setelah dia bersikeras bahwa misa-misa online ‘hampir merupakan kontradiksi dalam hal tata caranya sehubungan dengan misteri Inkarnasi – namun kemudian dia mengatakan bahwa kewajiban untuk pergi ke Misa pada hari Minggu dan hari-hari yang diwajibkan lainnya tidaklah sangat  diperlukan dan ia adalah sesuatu yang bisa dibatalkan.


Kewajiban Misa hari Minggu adalah salah satu dari Enam Ajaran Gereja Katolik.

Perintah Hari Minggu

Katekismus 2180. Salah satu perintah Gereja menjabarkan dengan lebih rinci hukum Tuhan; "Pada hari Minggu dan pada hari-hari pesta wajib lainnya orang beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa" (CIC, can. 1247). "Perintah untuk ambil bagian dalam misa dilunasi oleh orang menghadiri misa di mana pun misa itu dirayakan menurut ritus Katolik, entah pada hari pesta sendiri atau pada sore hari sebelumnya" (CIC, can. 1248, 1).

Katekismus 2181. Perayaan Ekaristi pada hari Minggu meletakkan dasar untuk seluruh kehidupan Kristen dan meneguhkannya. Karena itu umat beriman berkewajiban untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi pada hari-hari pesta wajib, sejauh mereka tidak dibebaskan oleh alasan yang wajar (umpamanya sakit, perawatan bayi) atau diberi dispensasi oleh pastornya. Barang siapa melalaikan kewajiban ini dengan sengaja, melakukan dosa berat.

Tidak pergi ke Misa Kudus pada hari Minggu atau pada Hari-hari Suci kewajiban, tanpa alasan serius, bagi umat Katolik adalah dosa besar. Bagi banyak umat Katolik, Misa pada hari Minggu sering kali merupakan satu-satunya peristiwa dalam minggu itu di mana orang-orang berhubungan dengan para imam mereka dan dengan Sakramen-sakramen dan ajaran Gereja.

Fernández menambahkan bahwa "bentuk Sakramen Tobat telah banyak berubah selama berabad-abad" dan bahwa bentuk saat ini "hanya salah satu yang mungkin."

Mengenai Ekaristi Kudus – dimana jika tanpa hal itu "Gereja tidak dapat dipahami" - wali gereja ini menunjukkan bahwa ada "cara –cara yang berbeda" mengenai tempatnya: "orang dapat menafsirkannya hanya dengan cara ritualistis atau sangat intim, atau orang dapat memahaminya sebagai sumber persekutuan dan komitmen persaudaraan. " Dalam Ekaristi, dia melanjutkan, "Firman Tuhan sendiri mencapai efektivitas maksimumnya."

Fernández sama sekali tidak menyebutkan di sini bahwa Ekaristi Kudus adalah Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian Yesus Kristus yang sesungguhnya, yang dipersembahkan kepada Allah Bapa di setiap Kurban Kudus Misa demi pengampunan dosa. Seorang Katolik tidak boleh menganggapnya sebagai "cara ritualistis belaka."

Penasihat kepausan ini juga menegaskan bahwa Paus Francis, dengan dokumen post-sinode yang baru, Querida Amazonia, ingin “memberdayakan kaum awam dan untuk berhenti menyatukan peran imamat dan kekuasaan dengan begitu erat.” Paus Francis, menurut prelatus ini, berharap “untuk 'membagikan kekuasaan melalui pelayanan dan fungsi baru bagi umat awam 'yang dianugerahi dengan wewenang.' ” Uskup Agung Fernández menyesalkan bahwa orang-orang belum menerima proposal kepausan ini dan bahwa “tidak ada upaya serius yang dilakukan di sepanjang garis kebijakan ini."

Lebih jauh, dia berbicara tentang fakta bahwa di wilayahnya, bahkan sebelum muncul krisis korona, “Ada kehilangan minat pada upacara-upacara pemakaman. Sedikit demi sedikit prosesi pemakaman menghilang, doa-doa dipersingkat atau dihilangkan, banyak orang tidak lagi pergi ke kuburan untuk mendoakan saudara-saudara mereka, beberapa hanya membuang abu dengan melemparkannya ke sungai."

“Tetapi di luar kepentingan obyektif yang dapat dikaitkan dengan ritual pemakaman, apakah dinamika ini benar-benar positif? Apakah itu membantu proses berkabung yang sehat?” Krisis saat ini mungkin, tambahnya, menjadi alasan untuk dilakukan evaluasi ulang terhadap sakramen-sakramen.

Fernández menekankan bahwa selama krisis corona ini, Gereja di wilayahnya telah meningkat sekarang dalam hal tindakan belas kasih yang bersifat fisik, bahkan membuka kembali beberapa kantor Caritas demi menawarkan bantuan kepada mereka yang sekarang menderita di bawah tekanan kemiskinan. Dia menjelaskan bahwa orang-orang sekarang meminta bantuan Gereja, yang tidak akan melakukannya dalam keadaan yang berbeda. Bagi dia, adalah penting bahwa Gereja menunjukkan dirinya "sangat rendah hati," dan dia menambahkan bahwa "dalam situasi seperti ini, kita tidak boleh berbicara terlalu banyak." Dengan kata lain, dia tampaknya menekankan Gereja yang membantu orang miskin tetapi tidak terlalu banyak mengangkat suara moral atau teologisnya di masa-masa sulit ini. Gereja hendaknya “berhati-hati, rendah hati, dan sekaligus kolaboratif dan murah hati.”

Uskup ini telah menjadi klerus yang kontroversial selama bertahun-tahun. Antara lain, dia telah menulis buku tentang "seni berciuman," yang bisa dikategorikan sebagai buku porno, ketika menjadi rektor Universitas Katolik Kepausan Argentina dan dia juga orang kepercayaan dekat Paus Francis. Beberapa pernyataannya yang bertentangan dengan doktrin moral dan sakramental Katolik diketahui telah ditemukan tercantum di dalam Amoris Laetitia.




*****









1 comment:

  1. ayo daftarkan diri anda di a*g*e*n*3*6*5 :D
    WA : +85587781483

    ReplyDelete