Sunday, December 13, 2020

Vatikan Memperkenalkan Kandang Natal Yang Mengerikan

 

VATIKAN MEMPERKENALKAN KANDANG NATAL YANG MENGERIKAN DI LAPANGAN SANTO PETRUS 

https://www.breitbart.com/faith/2020/12/11/williams-vatican-unveils-hideous-nativity-scene-saint-peters-square/ 

 

 


11 Dec 2020

 

ROMA - Vatikan memamerkap pemandangan palungan Natal tahun 2020 di Lapangan Santo Petrus pada hari Jumat, hingga menyebabkan para pengunjung segera menjauh terpencar-pencar; mereka merasa tersinggung dan merasa dihinakan.

 

Para pengamat menilai terjadi pelecehan melalui tontonan yang menyedihkan itu, dan orang-orang saling mengucapkan julukan yang paling tepat untuk menggambarkan adegan suasana Natal yang amat mengerikan itu.

 

Ada yang mengatakan itu adalah "mummi Maria," "Weeble Jesus" (‘weeble’ adalah mainan anak-anak berbentuk oval yang diperkenalkan oleh Hasbro pada tahun 1970-an). Ada lagi orang-orang yang menyebut sosok-sosok dalam kandang Natal itu sebagai "makhluk dari planet Mars," "gulungan kertas toilet," dan "astronot" untuk menggambarkan tokoh-tokoh berbentuk silinder yang dimaksudkan untuk mewakili Keluarga Kudus, para Majus, dan para gembala di Betlehem.

 

Yang lain lagi melihat pada satu sosok yang tidak menyenangkan yang memakai helm, dan mengatakan itu sebagai  "Gunung" dari serial televisi Game of Thrones, sementara orang-orang yang lain memunculkan ingatan tentang Robot dari kisah film Lost in Space: Sekilas tentang Kandang Natal Vatikan. Pembukaan resmi dilakukan besok. Sepertinya itu merupakan beberapa suku cadang mobil, mainan anak-anak, dan astronot. pic.twitter.com/4ZeBkf1Huy

- The Catholic Traveller (@MountainButorac) December 10, 2020

 

Seperti yang ditulis oleh seorang Italia yang marah, di media sosial, tentang adegan palungan Vatikan, “Keburukan adalah hal pertama yang Anda saksikan, diikuti oleh kurangnya kehangatan keluarga dan adanya jarak yang ditampilkan oleh sosok-sosok silindris itu. Jika Anda ingin menilai secara kasar, maka sosok-sosok silinder itu mengingatkan puncak-puncak dari bangunan pemujaan Setan yang dikutuk dalam Alkitab."

 

Secara tradisional, adegan palungan Natal dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan kesalehan dan pengabdian umat beriman -- bukan rasa kasihan dan menjijikkan atas kelahiran Yesus di Betlehem, dan dengan demikian karya yang sangat disesalkan ini tidak hanya menyinggung kepekaan estetika, tetapi juga sangat merendahkan penghormatan religius dari umat beriman.

 

Pihak Vatikan mengatakan, Kandang Natal yang dipamerkan di Lapangan Santo Petrus ini diciptakan oleh para mahasiswa dan fakultas dari FA Grue Art Institute, sebuah sekolah menengah untuk desain yang dikelola negara, yang pada dekade 1965-1975 memusatkan kegiatan skolastiknya pada tema-tema Natal.

 

“Kami percaya bahwa pengalaman Kandang Natal tahun ini, yang disumbangkan oleh Sekolah Tinggi Artistik, benar-benar merupakan panggilan yang kuat bagi semua orang untuk berusaha lebih banyak dalam pelatihan generasi baru, baik di tingkat sekolah menengah dan atas, dan juga untuk dunia universitas,” kata Uskup Lorenzo Leuzzi dalam sebuah pernyataan yang dijamin akan mendapatkan komentar yang luas.

 

Kandang Natal di lapangan St. Peter

 

 

 

Elizabeth Lev, seorang sejarawan seni Amerika yang tinggal dan mengajar di Roma, mengatakan kepada Breitbart News bahwa dia pikir pilihan kandang Natal seperti itu adalah salah.

 

“Kelahiran Yesus merayakan peristiwa Inkarnasi, Tuhan yang datang ke dunia sebagai daging, bukan dalam bentuk totem (patung pujaan suku primitiv) seperti itu,” kata Dr. Lev. “Di akhir tahun yang sangat sulit ini, orang-orang akan mencari keindahan, sesuatu untuk mengangkat, menginspirasi, dan menyatukan mereka, sedangkan pemandangan yang ditawarkan di Lapangan Santo Petrus ini memberi mereka sesuatu yang sama sekali bertentangan.”

 

"Sosok-sosok cacat dalam Kandang Natal Vatikan itu tidak memiliki semua keanggunan, proporsi, kerentanan, dan kecerahan yang selalu dicari banyak orang di palungan Yesus di saat Natal," katanya. “Inti dari liburan ini adalah pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus (Sang Putra) yang mengambil bentuk manusia, lahir sebagai bayi dari daging dan darah, namun tidak ada yang bersifat lebih manusiawi di dalam bentukan-bentukan yang kita lihat di hadapan kita saat ini.”

 

“Konteks juga berperan penting pada karya-karya ini yang latar belakangnya dikelilingi oleh barisan tiang-tiang megah ciptaan Bernini, didampingi dengan figur-figur monumental para santo, dengan Basilika Santo Petrus di latar belakang yang berisi patung-patung indah berumur seribu tahun,” lanjut Lev.

 

“Ini merupakan tahun yang kelam dan banyak orang yang imannya tertantang. Mungkin lebih baik memberi mereka dengan simbol-simbol untuk berkumpul dan menyatu, daripada disuguhi objek-objek ejekan seperti ini,” katanya. “Adegan ini menuntun orang untuk menumpahkan cemoohan pada ikon yang mewakili Keluarga Kudus. Sangat disayangkan karena kami tidak dapat menemukan sesuatu yang bisa menginspirasi, setidaknya yang berupa kelembutan, atau sesuatu yang penuh penghormatan."

 

Selain itu, Lev menyimpulkan, "Dalam konteks polemik tahun lalu atas patung Pachamama, tampaknya juga tidak baik untuk menggunakan gambaran-gambaran sosok yang bisa membingungkan orang-orang  dan meningkatkan rasa perpecahan."

 

*****

 

Giselle Cardia, 3, 5, 8 Desember 2020

Kisah Menghantui Dari 5 Orang Kudus Dalam Melawan Setan

Viganò: Kristus Raja Telah Dilucuti Mahkota-Nya

Teman-teman Baru Francis : Kaya Dan Busuk

Kardinal Pell: Perlahan, Vatikan Akan Bangkrut

(Lagi) Transhumanisme

LDM – Anggur Terberkati