Wednesday, May 12, 2021

Kardinal Burke Kepada Para Klerus: Tetaplah Berani, Meski Ada Skisma

NEWS: WORLD NEWS  

 

NASIHAT KARDINAL BURKE KEPADA PARA KLERUS: TETAPLAH BERANI, MESKI ADA SKISMA 

https://www.churchmilitant.com/news/article/cdl-burke-to-clergy-be-serene-despite-likely-schism?fbclid=IwAR3iERaBoAWtndcRc7UDdTsbtLdoGReTqGVH7iI_nQzK4T8WHpfhQNZZxu8

 

 

by Martin Barillas  •  ChurchMilitant.com  •  May 7, 2021  

 

Harapan Kard.Burke agar USCCB (United States Conference of Catholic Bishops) melarang Biden dan Pelosi untuk menerima Komuni 

 

BUENOS AIRES, Argentina (ChurchMilitant.com) - Kardinal Raymond Burke mengatakan bahwa Gereja di Amerika dan Jerman secara efektif skismatis, tetapi dia meminta kepada sesama klerus untuk dengan berani menyatakan "Kristus menyertai kita dan selalu menyertai kita sampai akhir."

 

Pastor Javier Olivera Rabasi dari Argentina, seorang pengacara dan penulis terkenal di dunia berbahasa Spanyol yang sering muncul di YouTube, baru-baru ini melakukan obrolan video dengan Kard.Burke saat pastor Amerika yang terkenal itu mengunjungi negara Amerika Serikat. Kardinal itu secara khusus meminta untuk berbicara dalam bahasa Spanyol selama percakapan itu, kata pastor Rabasi, daripada bahasa Inggris atau Italia, sebagai cara untuk meyakinkan jutaan umat Katolik yang berbahasa Spanyol yang semakin hidup di bawah para klerus yang berkompromi dengan pemerintah-pemerintah sosialis.

 

 

Masalahnya Berakar Pada 'Krisis Iman'

 

Kard. Burke mengatakan kepada pastor Rabasi, yang memegang gelar doktor dalam ilmu sejarah dan filsafat, bahwa Gereja telah mengizinkan kerusakan moral terjadi serta masuknya sekularisme. Ini mungkin, katanya, karena banyak uskup tidak mengerti doktrin dasar Gereja dan tidak mendisiplinkan para imam bawahannya yang bandel dan sesat.

 

Pastor Javier Olivera Rabasi dari Argentina

 

 

Selama obrolan mereka, pastor Ravasi ingat bahwa dia belajar di Universitas Lateran ketika St. Yohanes Paulus II meninggal dunia. Pada tanggal 24 April 2005, Paus Benediktus XVI yang baru terpilih, berkata dalam Misa penobatannya di Roma, "Doakan saya agar saya dapat belajar untuk lebih mengasihi Tuhan. ... Doakan saya agar saya dapat belajar untuk lebih mencintai umatnya... dan banyak lagi lainnya... Doakan saya agar saya tidak lari karena takut kepada serigala-serigala." Imam Argentina itu mengulangi peringatan Benediktus pada tahun 2011 bahwa "krisis nyata yang dihadapi Gereja di dunia Barat adalah krisis iman."

 

Mengamati bahwa ada banyak bukti untuk mendukung keprihatinan perhatian Benedict ini, yang telah diulangi oleh orang-orang yang lain, pastor Rabasi bertanya kepada Kard.Burke mengapa dia percaya bahwa kita hidup di dalam sebuah krisis iman dan segala sesuatu yang terkait dengannya.

 

"Selama berabad-abad, telah terjadi sekularisasi budaya. Pada abad pertengahan, budaya didefinisikan sebagai Kristen, terutama saat ada perselisihan antara Gereja dan penguasa. Tetapi budaya itu sendiri adalah Kristen," kata Burke.

 

Tetapi pendapat seperti itu tidak bertahan lama. Kemudian Burke mengatakan:

Selama abad Pencerahan dan berabad-abad setelah itu, ada kesombongan manusia dan mereka melupakan Tuhan sebagai Pencipta, Yang menata sifat manusia dan segala sesuatu. Ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga manusia menganggap hidup dan pernikahan sebagai penolakan terhadap cinta suami dan istri. Dan pendapat itu kemudian akan melarang penyembahan kepada Tuhan sambil memaksa orang untuk menerima tindakan yang sangat bertentangan dengan hukum moral. Ini adalah krisis dalam budaya sekuler, tetapi Gereja ada di dunia dan dalam bahaya membiarkan masuknya sekularisme ke dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, kita telah merasakan kekuatan sekularisasi di dalam Gereja, hilangnya iman dan kerusakan moral.

 

Saya percaya bahwa Paus Benediktus XVI dan [Paus] St. Yohanes Paulus II telah melihat adanya krisis ini dengan sangat jelas dan mendorong evangelisasi baru dengan iman yang sama seperti yang disampaikan oleh para Rasul di seluruh abad Kristen dalam garis yang tidak terputus. Ada sebuah kebutuhan untuk katekese hari ini, karena orang-orang muda dan keluarga hari ini dihadapkan pada ide-ide yang memusuhi Tuhan dan keselamatan kita. Kita harus mendukung keluarga dan orang muda dalam iman mereka kepada Tuhan dan terus berusaha mencari kebahagiaan yang dicari semua orang. Kami melihat bahwa budaya sekuler tidak memberikan kebahagiaan apa pun. Kita harus melayani orang lain dengan memberitakan Injil dan bertemu dengan Kristus di Gereja dan kehadiran-Nya di antara kita.

 

Sementara itu ada beberapa umat Katolik yang merasa sulit menjalankan iman mereka di dalam Gereja saat ini, sejarah menunjukkan ada tantangan dan perselisihan di masa lalu, kata pastor Rabasi menghibur para pendengarnya.

 

"Meskipun krisis saat ini besar, kita berharap kita dapat berhasil mengatasi keadaan," katanya, menambahkan, "Tuhan telah menciptakan kita pada saat ini, dan kita telah lahir saat ini, agar kita dapat disucikan." 

 

Situasi di Amerika Serikat sangat mengkhawatirkan. GabTweet 

 

Pastor Rabasi mengakui, bagaimana pun, krisis ini mencakup perbedaan dan penyimpangan terhadap ajaran Gereja yang paling mendasar:

Misalnya, di A.S., ada pastor James Martin, yang secara terbuka mendukung homoseksualitas tanpa ada teguran terhadapnya. Di Jerman, beberapa imam dan uskup mendukung pemberian berkat atau sakramentalisasi atau sakramentalisasi palsu bagi pasangan homoseksual, pentahbisan "pastor” wanita. Apakah ada perpecahan nyata dalam Gereja, atau adakah dua agama dalam struktur gerejawi yang sama?

 

Situasi di Amerika Serikat juga sangat mengkhawatirkan, kata kardinal itu.

 

"Pastor Jesuit yang Anda sebutkan itu (pastor James Martin), secara terbuka menentang ajaran menetap Gereja tentang perilaku homoseksual. Atas skandal yang dilakukannya, tidak ada pendisiplinan yang dikenakan kepadanya. Beberapa uskup telah menyatakan bahwa pastor James Martin  salah, tetapi atasannya tidak melakukan apa-apa," demikian kata Kard.Burke. 

 

Para uskup telah gagal dalam tanggung jawab mereka sebagai "bapa" spiritual yang memimpin kawanan mereka.


Ketika ditanya tentang para politisi Katolik yang mengaku bahwa diri mereka Katolik tetapi mereka jelas-jelas mendukung undang-undang aborsi dan pernikahan homoseksual, Kard.Burke mengatakan bahwa dia menganggap situasi di Jerman lebih buruk, karena ada para uskup yang membawa Gereja kepada bidaah terkait dengan homoseksualitas, pernikahan, dan doktrin-doktrin fundamental Katolik lainnya.

 

Kard.Burke berkata lagi:

Dalam pandangan saya, sekarang telah ada perpecahan yang nyata meski ia tidak diumumkan. Ini adalah perpecahan dalam praktik, jika bisa disebut demikian. Ini adalah sangat serius, terutama bagi umat Katolik yang setia, yang ingin tetap setia kepada Kristus dan Gereja-Nya. Para uskup Jerman ini tidak didisiplinkan. Situasi ini terus berlanjut, dan sulit untuk melihat bagaimana situasi ini dapat diperbaiki. Kita harus berdoa kepada Tuhan untuk Gereja kita sambil bersaksi tentang kebenaran yang ada di dalam Gereja.

 

Pastor Rabasi membantah bahwa banyak orang berbahasa Spanyol yang tinggal di Amerika Serikat tidak dapat mengerti bahwa Joe Biden menyebut dirinya Katolik meski dia mendukung aborsi dan agenda LGBTQ. Mengingat bahwa Biden tidak menerima kecaman resmi dari Gereja, maka pastor tersebut mengatakan kepada Burke, "Kadang-kadang domba merasa bahwa gembala takut kepada serigala."

 

"Ya, dia seperti orang upahan yang ingin mengakomodasi dunia ketika dia harus membela kawanan. Ini sangat menyedihkan," kata Kard.Burke dan menambahkan:

“Saya berharap para uskup Amerika pada konferensi bulan Juni nanti, mereka akan menegaskan bahwa para politisi seperti Biden dan Pelosi dan yang lain-lainnya, tidak boleh menerima Komuni Kudus dan mereka berada di bawah sanksi Gereja ... agar mereka mau mengakhiri skandal yang mereka lakukan. Paling tidak, mereka telah murtad… karena mereka telah meninggalkan Tuhan untuk memeluk kehidupan yang penuh dosa dan hal-hal yang sangat berbahaya seperti pembunuhan bayi dalam kandungan.”

 

Wali gereja itu ingat bahwa pada tahun 2000, kardinal Joseph Ratzinger saat itu memberi pengarahan kepada kardinal Theodore McCarrick dan menulis surat rahasia yang mengatakan bahwa umat Katolik pro-aborsi seperti calon presiden John Kerry, harus dilarang untuk menerima Komuni. Namun demikian, para uskup kemudian memberikan suara mereka bahwa setiap uskup dapat memutuskan apakah akan memberikan sakramen kepada umat Katolik pro-aborsi di keuskupan mereka atau tidak. 

 

Terkadang domba merasa bahwa gembala takut kepada serigala. GabTweet 

 

"Saat itu saya adalah uskup wilayah St. Louis," kenang kardinal itu, "dan saya tidak menerima surat itu. Surat itu tidak dikomunikasikan kepada kami."

 

Mengenai lima dubia (pertanyaan) yang ia dan tiga kardinal lainnya ajukan kepada paus Francis tahun 2016 tentang Amoris Laetitia, Kard. Burke berkata, "Sayangnya, kami belum menerima jawaban atau pengakuan apa pun bahwa dubia itu telah diterima."

 

Pope Francis & Amoris Laetitia 

 

Kardinal Burke menambahkan bahwa dia masih belum mengetahui pemikiran paus tentang isu-isu yang diangkat oleh dubia, meskipun dia yakin bahwa Amoris Laetitia tidak bisa mengubah ajaran abadi Gereja tentang pernikahan atau penerimaan Ekaristi (canon 915).  

 

Pastor Rabasi mencatat bahwa "dua kredo" atau "dua pandangan dunia" tampaknya telah muncul, bersamaan dengan pemberlakuan Misa Novus Ordo Paus Paulus VI, di samping Bentuk Misa "luar biasa" atau Tridentin.

 

"Selama 14 abad, Misa tetap sama, kecuali beberapa perubahan kecil. Pada dasarnya, Misa selalu sama. Namun setelah Vatikan II, ada gerakan yang disebut reformasi, yang secara radikal mengubah bentuk ritus," kata Kard. Burke.

 

Paus Benediktus XVI, katanya, telah menunjukkan dukungan dan kesukaannya terhadap Misa yang dirayakan selama berabad-abad, sebagaimana terungkap dalam motu propio-nya, Summorum Pontificum. Dokumen itu memungkinkan para imam untuk merayakan Misa Tridentin secara pribadi dan sebagai tanggapan atas permintaan dari umat beriman.

 

"Di AS dan negara-negara lain, saya telah melihat bahwa banyak orang, terutama kaum muda, mencari Misa Latin, karena mereka dengan jelas melihat Misteri Kristus turun ke atas altar dan mempersembahkan pengorbanan-Nya di Kalvari," kata Kard.Burke.

 

Kard.Burke menambahkan bahwa dia berharap Misa Novus Ordo akan direformasi.

 

Ketika ditanya bagaimana para imam dapat tetap setia pada panggilan mereka untuk memberitakan kebenaran tanpa rasa takut, meskipun ditentang atau diancam, Kard. Burke meminta para klerus untuk mempelajari Katekismus dengan cermat dan mewartakan doktrin Gereja secara keseluruhan.

 

"Tetaplah tenang," kata Kard.Burke menasihati, “dan hindarilah merasa sendirian. Ini adalah pertempuran. Kita telah diajari tentang kebenaran dan kita harus tetap tenang, menghindari tindakan berlebihan atau ekspresi apa pun yang tidak mencerminkan kasih yang berasal dari Kristus: Wartakanlah kebenaran dengan kasih. Katakan kebenaran Kristus tanpa mengakui kebenaran politik atau para kritikus yang cerewet,” desaknya. 


 

Wartakanlah kebenaran dengan kasih. Wartakanlah kebenaran tanpa mengakui kebenaran politik. GabTweet 

 

Kard.Burke dan pastor Rabasi menggemakan sentimen serupa bahwa para pastor hendaknya tidak hanya berfokus pada krisis atau masalah Gereja dalam beberapa menit yang tersedia selama homili hari Minggu.

"Kristus menyertai kita dan berjanji akan menyertai kita sampai akhir," kata Kard.Burke sebagai penyemangat.

 

Ketika ditanya bagaimana penerus paus Francis harus memimpin Gereja, Kard.Burke menjawab, "Yang terpenting, paus harus menjadi guru iman, untuk mengajar iman dan mereformasi liturgi." Namun dia menambahkan calon paus juga harus fokus pada moralitas - tujuan yang lebih penting daripada penampilan pribadi.

 

"Lebih penting bagi paus untuk fokus pada pengajaran iman dan reformasi liturgi daripada berkomentar ngawur dalam perjalanan. Dia adalah penjaga iman dan harus mempromosikannya," Kard.Burke merefleksikan.

Paus, Kard.Burke mengingatkan, memiliki semua otoritas yang dia butuhkan untuk memelihara iman dan menanggapi ajaran yang sesat. "Gereja membutuhkan seorang paus yang memahami pelayanan Petrus ini, melayani sebagai wakil Kristus di bumi," pungkasnya. 

Kardinal Burke adalah anggota dari Apostolic Signatura, setara dengan mahkamah agung, tetapi menjabat sebagai prefek dari badan itu sampai dia disingkirkan oleh paus Francis pada tahun 2014. Pada bulan Juni, dia akan merayakan tiga Misa Kepausan dalam Bentuk Tridentine dan menahbiskan seorang imam dari Persaudaraan Imamat St. Petrus pada konferensi di Summorum Pontificum, yang akan diadakan di Meksiko. Pastor Rabasi akan berpartisipasi dalam konferensi tersebut. 

------------------------------

Silakan melihat artikel lainnya disini:

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 3

Pengunduran Diri Paus Benedict XVI Membuka Pintu...

Enoch, 7 MEI 2021 - Pesan Khusus Bagi Colombia

Kardinal Burke: Kini Telah Ada Skisma Di Jerman

LDM, 10 Mei 2021

Hentikan Segera Skisma Di Gereja Jerman

Banding Terhadap Upaya Menghancurkan Pernikahan...