Wednesday, December 6, 2017

SURAT PAUS TENTANG PEDOMAN KOMUNI ARGENTINA....



SURAT PAUS TENTANG PEDOMAN KOMUNI ARGENTINA BAGI UMAT YANG MENIKAH KEMBALI, KINI TELAH MENDAPATKAN STATUS RESMI


Oleh : Steve Skojec
OnePeterFive - 2 Desember 2017

Surat dari Paus Fransiskus yang memuji pedoman para uskup (Argentina) yang dalam beberapa kasus mengizinkan orang Katolik yang bercerai dan menikah lagi untuk menerima Komuni Kudus sementara mereka tetap hidup dalam keadaan dosa berat yang obyektif, kini telah ditambahkan ke dalam official acts of The Apostolic See (tindakan resmi Tahta Apostolik), yang memberikan status resmi atas apa yang selama ini dianggap oleh banyak orang sebagai komunikasi pribadi.

Dari pedoman yang dikeluarkan oleh uskup-uskup di wilayah Buenos Aires, yang akan membuka "kemungkinan akses kepada sakramen Rekonsiliasi dan Ekaristi" dalam "situasi yang kompleks" dengan "batasan yang mengurangi tanggung jawab dan kesalahan" dari pasangan yang tidak mau membuat komitmen untuk "hidup berpantang", meskipun mereka hidup dalam situasi perzinahan secara obyektif, paus mengatakan dalam suratnya bahwa "dokumen tersebut sangat bagus dan benar-benar menjelaskan makna Bab VIII Amoris Laetitia. Tidak ada interpretasi lainnya."

Pada bulan Agustus tahun ini, surat tersebut ditambahkan pada situs resmi Vatikan sebagai dokumen kepausan yang tersedia bagi referensi publik. Kekhawatiran muncul bahwa apa yang sebelumnya hanya dipandang sebagai korespondensi pribadi (antara PF dengan uskup-uskup Buenos Aires) - dan dengan demikian, benar-benar berada di luar wilayah kuasa magisterium kepausan - kini ditampilkan sebagai tindakan kepausan yang resmi. 

Orang-orang lainnya dengan cepat menunjukkan bahwa kehadiran surat semacam itu pada situs resmi Vatikan tidak memberikan status apapun kepada dokumen tersebut, melainkan hanya publisitas saja. Kekhawatirannya, seperti yang saya duga pada saat itu adalah, bahwa surat itu nampaknya bisa saja dimasukkan ke dalam Acta Apostolicae Sedis (AAS) - jurnal tentang tindakan resmi Takhta Apostolik. Langkah seperti itu akan memberi status resmi, dan setidaknya kuasi-otoritatif terhadap dokumen tersebut, sama seperti AAS yang "berisi semua keputusan pokok, surat-surat ensiklik, keputusan kongregasi Romawi, dan pemberitahuan tentang penunjukkan gerejawi. Isinya harus diumumkan secara resmi saat dipublikasikan, dan efektif tiga bulan dari tanggal penerbitan."

Seperti yang dilaporkan wartawan Vatikan Marco Tosatti kemarin, penambahan surat ke AAS sekarang telah dikonfirmasi : 

Surat "pribadi" Paus Fransiskus kepada para uskup Argentina telah diterbitkan pada edisi Oktober 2016 dari Acta Apostolicae Sedis, setelah mereka mengeluarkan arahan (pedoman) untuk penerapan pasal VIII Amoris Laetitia (bab dengan catatan kaki yang terkenal tentang pemberian komuni kudus kepada orang yang sudah bercerai dan menikah kembali). Petunjuk yang, seperti telah dicatat dan ditekankan di sini, tidak ada yang jelas.

Penerbitan surat ini di Acta disertai dengan catatan singkat dari Sekretaris Negara, Kardinal Pietro Parolin, beserta dengan revisi resmi dari audiensi paus pada bulan Juni 2017, yang mengumumkan bahwa Paus sendiri menginginkan agar kedua dokumen tersebut yakni pedoman dan suratnya - diterbitkan di situs Acta Apostolicae Sedis.

Pengumuman tersebut hanya akan memicu kebingungan dan ketidakpastian lebih jauh seputar anjuran apostolik yang kontroversial itu (Amoris Laetitia), serta cara Paus dalam melakukan sesuatu, yang nampaknya sekali lagi jauh berbeda dari kejelasan dan keterbukaan seperti yang diharapkan banyak orang beriman (terhadap Bapa Suci). Dia (Paus) tidak memberikan tanggapan kepada para Kardinal pengusul dubia, tidak menanggapi surat, petisi dan inisiatif lainnya yang ditulis oleh para ilmuwan, teolog, dan orang-orang awam yang setia, yang telah dibuat bingung dengan ambiguitas dokumen yang disengaja. Namun, pada saat yang sama, dia (PF) telah memberikan sebuah label resmi untuk sebuah surat yang dikirim kepada salah satu anggota dari sebuah konferensi uskup.

Untuk apa akhirnya? Mengharuskan semua orang untuk memberikan persetujuan religius terhadap sebuah magisterium yang diungkapkan secara miring dan ambigu? atau untuk menanggapi tanpa melakukan sendiri sebuah tanggapan langsung yang akan mengekspresikan pikiran Paus secara tegas kepada orang yang ragu dan bingung? Seseorang merasa bahwa ini adalah satu-satunya hal yang menyebabkan umat beriman yang sederhana merasa jengkel dengan sikap Paus, yang dapat didefinisikan sebagai "dalih" dalam pengertian terburuk dari istilah itu.

Beberapa outlet sudah melaporkan bahwa kehadiran surat Buenos Aires di AAS mengangkatnya ke tingkat "Magisterium yang otentik," yang karenanya memerlukan persetujuan religius budi dan kehendak yang disebutkan di atas (lih. Lumen Gentium 25). Yang lainnya lagi tidak begitu yakin. Kami meminta sebuah penilaian dari Dr. John Joy, Pendiri dan Presiden dari St. Albert the Great Center untuk Studi Skolastik dan spesialis otoritas Magisterial. "Artinya, ini adalah tindakan resmi paus," kata Joy, "dan bukan tindakan paus sebagai pribadi. Jadi tidak bisa diabaikan sebagai satu-satunya dukungan pribadi atas implementasi AL mereka. Ini adalah dukungan resmi. Tapi ini tidak berarti bahwa surat kepada uskup Argentina itu sendiri bersifat magisterial" dan dengan demikian menuntut penyerahan dan kehendak religius. Persyaratan seperti itu, kata Joy, hanya akan berlaku jika dokumen tersebut bermaksud mengajarkan tentang masalah iman dan moral.

Karena surat tersebut memuji pedoman pastoral yang tidak konkret, ini nampaknya tidak mungkin.
Dr. Joy menunjukkan bahwa menambahkan surat kepada AAS, pada kenyataannya, dapat merusak kredibilitas Amoris Laetitia dengan berpotensi menghapus kemungkinan bahwa hal itu dapat ditafsirkan secara ortodoks melalui ketetapan, melalui publikasi dalam tindakan resmi Tahta Apostolik, bahwa penafsiran yang tidak ortodoks (liberal) adalah yang resmi. 

Marco Tosatti mengatakan bahwa bahkan beberapa orang yang telah menjadi pendukung ideologis paus diduga kehilangan kesabaran dengan sikapnya yang kurang ajar:

"Dan lebih jauh lagi, jika apa yang telah kita pelajari dari dua sumber yang berbeda itu benar, kejengkelan ini meluas ke Vatikan. Seorang Kardinal yang sangat terkenal, mantan diplomat, yang telah menjalani karir mengesankan sebagai kepala Kongregasi dan di kantor-kantor tinggi Sekretariat Negara, dikatakan telah menyesalkan Paus atas tindakannya (sebagai Paus). Pada intinya dia mengatakan kepada paus, "Kami memilih Anda untuk melakukan reformasi, bukan untuk menghancurkan segalanya." Berita tentang percakapan ini - jika bisa disebut percakapan - telah menyebar ke seluruh Vatikan, karena terjadi pada tingkat desibel yang tinggi (nada suara yang tinggi), yang menembus penghalang yang rapuh dari pintu dan dinding. Kardinal yang dimaksud adalah salah satu dari mereka yang telah mendukung pencalonan Jorge Mario Bergoglio dalam konklaf tahun 2013."

Ini bukanlah untuk pertamakalinya perbedaan pendapat semacam itu  dilaporkan dari dalam kubu paus sendiri. Pada bulan Maret, The London Times melaporkan bahwa beberapa kardinal yang telah membantu memilih Francis ingin agar Francis mundur, karena mereka takut bahwa agendanya dapat menyebabkan perpecahan yang jauh "lebih berbahaya" daripada yang dilakukan oleh Martin Luther, dan bahwa hal itu dapat "menghancurkan Gereja sebagai institusi". Cerita itu menunjukkan bahwa setidaknya beberapa kelompok berniat untuk mengganti paus dengan Kardinal Pietro Parolin, yang memimpin Sekretariat Negara tersebut di atas.

Awal pekan ini, kami juga bercerita tentang sebuah buku baru, The Dictator Pope, yang menduga bahwa banyak kardinal yang dulu membantu memilih Francis mengalami "penyesalan pembeli," sebagian karena Francis ternyata "bukanlah seorang penguasa demokratis dan liberal seperti yang dipikir oleh para kardinal yang telah memilihnya pada tahun 2013, melainkan seorang tiran kepausan yang belum pernah mereka saksikan selama berabad-abad."

Tampaknya sulit untuk dipercaya bahwa lebih dari setahun yang lalu, kami berusaha untuk memastikan kebenaran surat kepausan tersebut kepada para uskup Argentina - yang telah ditanyakan segera setelah hal itu dipublikasikan - dan sekarang kami mengetahui bahwa hanya beberapa bulan setelahnya surat itu telah menjadi tindakan resmi Tahta Apostolik.

Seperti yang dilaporkan dalam The Dictator Pope, Kardinal Inggris Cormac Murphy O'Connor mengatakan kepada wartawan Paul Valley pada tahun 2013, "Empat tahun saja akan cukup bagi Bergoglio untuk mengubah keadaan." Setiap hari, kami menerima bukti baru bahwa ini mungkin merupakan sebuah pernyataan yang sangat penting.

Catatan tambahan:

Secara logika, seandainya apa yang dilakukan oleh PF adalah benar, berarti seluruh ajaran yang diwariskan oleh Kristus kepada kita selama 2000 tahun ini adalah salah. Kitab Injil adalah salah. Tetapi dalam Kisah 5:29 ada dikatakan ‘Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.’ Maka marilah kita berpedoman kepada kutipan ini. Sebab nanti jika kita mati, kita akan dihakimi menurut Hukum Allah, bukan hukum PF.


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment