Sunday, November 17, 2019

SEKELOMPOK IMAM BERBICARA...



By Maike Hickson 

NEWSCATHOLIC CHURCHFAITH Tue Oct 15, 2019 - 9:34 pm ES T


SEKELOMPOK IMAM BERBICARA DENGAN KALIMAT BERNADA APOKALIPS, UNTUK MENJELASKAN KRISIS YANG SEDANG TERJADI DI DALAM GEREJA SAAT INI.

By Maike Hickson 



15 Oktober 2019 (LifeSiteNews) - Pada 13 Oktober, ulang tahun Keajaiban Matahari Bunda Maria Fatima, Communio veritatis, sekelompok imam Jerman dari Keuskupan Agung Paderborn, menerbitkan sebuah pernyataan yang mencerminkan keprihatinan mereka atas krisis yang sedang terjadi di dalam gereja saat ini.

Setelah mengutip bagian-bagian tertentu dari Kitab Wahyu yang berbicara tentang pertempuran terakhir Gereja melawan kejahatan, para imam itu merujuk kembali kepada sejarah Freemasonry dan segala usahanya untuk melawan Gereja Katolik. Mereka juga menggambarkan adanya hubungan dengan kelompok mafia St. Gallen serta upaya mereka, "yang akhirnya mengarah kepada (konklaf) 13 Maret 2013."

Adalah kepada Bunda Terberkati, kepada siapa mereka berpaling dalam menghadapi krisis Gereja saat ini, dimana mereka menulis: “Pada waktu yang ditentukan, dia (Bunda Maria) akan membawa, setelah pertempuran apokaliptik dan menentukan ini, kemenangan yang penting dari Hatinya Yang Tak Bernoda. Kami akan selalu menyimpan di dalam hati kami perkataan dari Ratu Rosario Kudus ini: ‘Hatiku Yang Tak Bernoda akan menjadi perlindunganmu dan jalan yang akan menuntunmu kepada Tuhan!' ”

Ini bukanlah pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir ini bahwa tema apokalips (kiamat) telah dibawa ke permukaan oleh para klerus. Sebagai contoh, Kardinal Willem Eijk, ketika dia menentang gagasan (dan rencana) para uskup Jerman untuk memberikan Komuni Kudus kepada beberapa pasangan Katolik-Protestan, dimana dia menulis pada tahun 2018:

Mengamati bahwa banyak uskup dan, terlebih lagi, Penerus Petrus (paus) telah gagal dalam mempertahankan dan mewariskan, dengan setia dan di dalam kesatuan, deposit iman yang terkandung dalam Tradisi Suci dan Kitab Suci, maka saya tidak dapat tidak, memikirkan Pasal 675 dari Katekismus Gereja Katolik:

Ujian Akhir bagi Gereja
675. Sebelum kedatangan Kristus, Gereja harus mengalami ujian terakhir yang akan menggoyahkan iman banyak orang. Penganiayaan, yang menyertai penziarahannya di atas bumi, akan menyingkapkan ‘misteri kedurhakaan.’ Satu khayalan religius yang bohong yang memberi kepada manusia satu penyelesaian semu untuk masalah-masalahnya sambil menyesatkan mereka dari kebenaran.

Uskup Agung Georg Gänswein, sekretaris pribadi Paus Emeritus Benedict XVI dan prefek Rumah Tangga Kepausan, kemudian menggarisbawahi pernyataan Eijk ini. Merujuk pada krisis pelecehan sex para klerus di dalam Gereja, uskup Gänswein mengatakan dalam acara presentasi buku karya Rod Dreher, The Benedict Option: “Jika Gereja saat ini tidak melakukan pembaharuan dirinya dengan pertolongan Tuhan, maka seluruh proyek peradaban kita dipertaruhkan. Bagi banyak orang, sepertinya, Gereja Yesus Kristus tidak pernah dapat pulih dari malapetaka dosanya yang saat ini tampaknya hampir menelannya habis."

Gänswein mengatakan lebih spesifik lagi: "Pada bulan Mei, uskup agung Utrecht di Belanda, Kardinal Willem Jacobus Eijk, mengakui bahwa krisis saat ini mengingatkannya pada 'pencobaan atau ujian terakhir bagi Gereja,' sebagaimana dijelaskan oleh Katekismus Gereja Katolik pada paragraf 675." (diatas)

Gänswein juga menjelaskan bahwa "dalam Katekismus yang sama, lebih lanjut dikatakan: “Penganiayaan yang menyertai penziarahannya di atas bumi, akan menyingkapkan "misteri kedurhakaan."

Akhirnya, uskup Swiss, Marian Eleganti, uskup pembantu Chur, juga baru-baru ini membuat referensi kepada gambaran Antikristus. Dalam pernyataannya tanggal 6 September 2019, Eleganti berbicara tentang pernyataan Francis di Abu Dhabi pada tanggal 4 Februari 2019 yang ditandatangani oleh Paus Francis, yang menyatakan bahwa "keragaman agama" adalah dikehendaki Tuhan, "dimana dia menyentuh masalah keberadaan kerajaan damai tanpa Kristus,” seperti yang dapat dilihat dalam pernyataan Abu Dhabi ini. Uskup itu kemudian menunjukkan bahwa “kerajaan damai yang egaliter, relativistik, ekumenis” yang serupa juga dijanjikan oleh karakter “Antikristus” dalam kisah apokaliptik berusia 119 tahun karya Vladimir Soloviev. Dengan demikian, pernyataan baru dari kelompok imam-imam Communio veritatis ini dapat dilihat dalam konteks yang lebih besar dari semakin banyaknya klerus yang memiliki perasaan keprihatinan adanya krisis iman yang serius di Gereja Katolik saat ini.

Seperti yang dilaporkan LifeSiteNews sebelumnya, Communio veritatis didirikan pada 22 Februari 2018 sebagai tanggapan atas beberapa kesalahan besar terkait dengan interkomuni (pemberian Komuni Kudus kepada umat non Katolik) yang sering terjadi di keuskupan mereka sendiri. Mereka semakin kuat pengaruhnya dan memiliki jaringan imam-imam di Jerman dan internasional yang terus bertambah, dengan siapa mereka selalu berhubungan. Mereka juga telah meminta kepada Kardinal Reinhard Marx untuk mengundurkan diri sebagai presiden Konferensi Waligereja Jerman.

Please see here the full text of their new statement:



Sebuah Pesan Apokaliptik
Translation by LifeSite’s Dr. Maike Hickson


Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. (Why 12:1)

Kita merenungkan kecantikan dan keindahan Perawan Fatima Yang Terberkati, Bunda Yang Berbelaskasih, Ratu Surga dan Bumi. Keajaiban Matahari yang luar biasa pada 13 Oktober 1917 di Cova da Iria telah menggarisbawahi keaslian dan dimensi historis dari pesan yang telah menyebar dari sana ke seluruh Gereja dan seluruh umat manusia. Menurut kehendak Allah, Bunda Maria menampakkan diri di cakrawala dari zaman kita sebagai tanda keselamatan, untuk menawarkan Hatinya Yang Tak Bernoda sebagai tempat perlindungan yang aman dan untuk menjanjikan keselamatan kekal bagi mereka yang dengan tulus dan sungguh-sungguh mengkonsekrasikan diri mereka kepadanya.

Bunda Maria adalah wanita yang dipilih Tuhan, yang bersinar dalam cahaya terang di proto-evangelium dan yang menghancurkan kepala si ular neraka (lihat Kej 3:15). Perawan dan Bunda Allah Yang Mahakudus muncul di Fatima sebagai pengumuman akan kemenangan yang pasti dan menjanjikan kemenangan besar dari Hatinya Yang Tak Bernoda dalam pertempuran apokaliptik dan menentukan melawan setan.

Kemudian “pertanda lain muncul di langit: seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.” (Why. 12: 3). Dengan Revolusi Oktober, musuh juga muncul di tahun yang sama, 1917, di panggung sejarah dunia. Naga merah berapi-api mewakili Komunisme atheistik, yang bertujuan untuk menghancurkan iman kepada Tuhan. Dalam pertempuran ini, dua binatang datang membantu naga itu.

Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya yang besar.(Why. 13:1–2). Binatang hitam ini adalah Freemasonry. Ia menyembunyikan dirinya dalam bayangan sehingga ia bisa masuk ke mana-mana tanpa dikenali. Tujuan dari binatang hitam ini adalah agar orang-orang tidak berjalan di jalan Rahmat dan keselamatan seperti yang diberikan oleh Tuhan. Freemasonry bertujuan menghujat Allah dan, dalam perjuangannya melawan 10 Perintah Allah, ia menentang setiap Perintah Allah dengan anti-hukum, untuk membawa orang-orang, dengan bantuan sifat buruk mereka, untuk menyembah berhala-berhala.

Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh.” (Why. 13: 11-12). Binatang yang mirip dengan domba itu adalah Freemasonry gerejawi yang telah memasuki bagian dalam Gereja - terutama hierarki. Tujuannya adalah untuk mengalahkan Gereja Katolik dari dalam. Ia ingin - dan bahkan mencapainya untuk waktu yang singkat - untuk membuat sebuah patung berhala – suatu kristus palsu dan gereja palsu.

Pada tahun 1917, Santo Maximilian Kolbe menyaksikan pawai Freemason di Lapangan Santo Petrus di Roma, pada kesempatan peringatan 200 tahun yayasan [Freemasonry]. Rasul dari Immaculata itu membaca rencana tertulis mereka di salah satu spanduk mereka: "Setan harus memerintah di Vatikan, Paus akan menjadi budaknya!" Dua puluh tahun sebelumnya, tujuan ini juga telah disetujui oleh Grand Lodge Grand Orient dari Paris di Kongres Freemason di Basel: "Kami akan menembus ke jantung tahta kepausan, dari mana tidak ada yang bisa mengusir kami lagi, sampai kami telah mematahkan pemerintahan Paus."

Uskup Dr. Rudolf Graber membahas tentang strategi permusuhan ini dalam bukunya Athanasius and the Church of Our Time [1973]. Dia mengutip, di halaman 85 dari karya itu, apa yang disebut "Alta Vendita," yaitu rencana Freemason untuk melakukan subversi terhadap Gereja. Di dalamnya tertulis: “Apa yang kita tuntut, apa yang kita cari dan harus kita tunggu - sama seperti orang-orang Yahudi menunggu Mesias mereka - adalah seorang Paus yang sesuai dengan kebutuhan kita [...] Kita tidak ragu bahwa kita akan mencapai tujuan tertinggi dari upaya kita ini.”

Selanjutnya, Uskup Dr. Graber merujuk (pada halaman 38) ke buku L'évangile de l'Esprit-Saint, Jean traduit et commenté karya Abbé Melinge, di mana program dari musuh pada awal abad ke-20 telah menggambarkan, antara lain, sebagai berikut: "Penggantian kepausan Romawi dengan kepausan yang ‘pluri-confessional, yang mampu beradaptasi dengan ekumenisme universal (polivalen)." Musuh ingin mencapai hal ini dengan cara infiltrasi, yang berbaris panjang menembus dan melalui hierarki, seperti yang diungkapkan oleh Manfred Adler dalam bukunya The Anti-Christian Revolution of Freemasonry: “Namun di sini, penting untuk melihat bahwa semua pikiran destruktif ini secara diam-diam mengarah pada satu tujuan terpadu, yaitu untuk membuat ‘Gereja Kontra’ atau Gereja 'Baru' “ (hlm. 71).

Pada kesempatan peringatan 60 tahun penampakan di Fatima, Paus Paulus VI jelas merujuk dalam sebuah pidato pada 13 Oktober 1977 dengan Rahasia Ketiga [Fatima] yang dikenalnya: “Ekor iblis sedang berperan dalam disintegrasi dunia Katolik. Kegelapan Setan telah memasuki dan menyebar ke seluruh Gereja Katolik bahkan sampai ke puncaknya. Kemurtadan, kehilangan iman, menyebar ke seluruh dunia dan ke tingkat tertinggi dalam Gereja." Juga Kardinal Ciappi, teolog Rumah Tangga Kepausan dari tahun 1955 hingga 1989, dikonfirmasi dalam surat kepada Profesor Baumgartner, menulis: "Di dalam Rahasia Ketiga telah diramalkan, antara lain, bahwa kemurtadan besar di dalam Gereja akan dimulai di puncaknya."

Paus Yohanes Paulus I pada saat itu menerima daftar nama-nama anggota Freemason di Vatikan, yang diterbitkan oleh jurnalis Mino Pecorelli, mantan anggota Secret Lodge "Propaganda Due" (P2). Tak lama sebelum kematiannya yang benar-benar tak terduga, kepausan bertekad untuk mengambil tindakan terhadap subversi ini (lihat Manfred Adler, The Freemason and the Vatican, hal. 16 seq.).

Dimensi pertempuran ini menjadi sangat jelas dalam pidato Paus Yohanes Paulus II, pada tanggal 2 November 1980: “Kita sekarang hidup di sebuah masa di mana seseorang merasakan dan mengalami konfrontasi radikal yang menyebar di mana-mana [...] kepercayaan dan ketidakpercayaan, Injil versus anti-Injil, Gereja dan anti-Gereja, Tuhan dan Anti-Tuhan, jika kita bisa mengatakannya begitu."

Betapa besar nilai nubuatan dari kalimat ini dalam terang upaya pembunuhan terhadap dirinya pada 13 Mei 1981, hari peringatan penampakan pertama di Fatima. Waktu serangan pada jam 17:17 adalah referensi yang jelas kepada tahun ketika Freemasonry didirikan. Upaya pembunuhan atas dirinya di Roma jelas ditujukan pada tujuannya yang diketahui - yaitu, untuk meruntuhkan fondasi Gereja sebagaimana didirikan oleh Allah, dan menggantikannya dengan fondasi lain - yaitu, dengan "kepemimpinan" seseorang.

Pada zaman kita, seseorang bisa memperhatikan tindakan kelompok mafia St. Gallen, yang dipublikasikan oleh Kardinal Danneels (anggotanya sendiri), ketika dia menyajikan biografinya sendiri. Di sini, tujuan dan agitasi para konspirator itu ditunjukkan dengan jelas di depan umum, yang akhirnya mengarah kepada 13 Maret 2013 (konklaf). Agenda mereka secara eksplisit terkait dengan penentangan yang kuat terhadap Paus Benediktus XVI dan penunjukkan kandidat favorit mereka sendiri (Bergoglio), dengan bantuan jaringan-jaringan yang terorganisir. Pada 11 Mei 2010, selama perjalanannya ke Fatima, Paus mengucapkan kalimat yang bernada nubuatan, ketika dia berbicara dalam terang Rahasia Ketiga [Fatima] dan menyentuh penderitaannya serta penderitaan seluruh Tubuh Mistik Kristus: “Maka saya bisa mengatakan itu juga di sini, di luar penglihatan besar atas penderitaan Paus [...], ada berbagai kenyataan yang menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan masa depan Gereja dan yang secara bertahap akan terungkap dan memperlihatkan dirinya."

Dengan latar belakang pernyataan-pernyataan ini, kami memandang, dengan kepercayaan penuh, kepada Bunda Maria yang terkasih, Perawan Fatima dan Pengantara dari Segala Rahmat. Dia adalah penakluk dalam semua pertempuran Allah, Ratu dari seluruh Balatentara Surgawi, dan “Pemohon yang mahakuasa” di hadapan Tahta Yang Mahatinggi. Pada waktu yang ditentukan, dia akan mewujudkan, setelah pertempuran apokaliptik dan menentukan ini, kemenangan dari Hatinya Yang Tak Bernoda. Kami akan selalu menyimpan di dalam diri kami, perkataan dari Ratu Rosario Suci: "Hatiku Yang Tak Bernoda akan menjadi perlindunganmu dan jalan yang akan menuntunmu kepada Tuhan!"



Paderborn, 13 October 2019
Kelompok Imam-imam Communio veritatis




No comments:

Post a Comment