Friday, November 29, 2019

USKUP AGUNG VIGANO: PAUS SEDANG MENUNDUKKAN GEREJA KATOLIK...



Archbishop Carlo Maria Viganò at the Rome Life Forum on
May 18, 2018.Steve Jalsevac / LifeSiteNews


OPINIONCATHOLIC CHURCHThu Nov 21, 2019 - 9:52 am EST


USKUP AGUNG VIGANO: PAUS SEDANG MENUNDUKKAN GEREJA KATOLIK KEPADA KEKUATAN-KEKUATAN BESAR YANG MENGHENDAKI SEBUAH PEMERINTAHAN DUNIA


21 November 2019 (LifeSiteNews) - Selama dua puluh abad, Gereja Katolik telah memiliki iman kepada Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat, yang telah disampaikan kepada kita secara utuh, ketika gereja menerimanya dari para Rasul dan Bapa Gereja dengan ongkos darah para Martir, dan oleh kesaksian para Pengaku Iman dan para Orang Kudus yang tak terhitung banyaknya dari segala macam orang dan dari semua bahasa. Iman ini telah diturunkan oleh orang tua kepada anak-anak mereka, oleh para imam dan kaum religius. Iman itu telah disebarkan oleh para misionaris yang bersemangat ke setiap benua di dunia, di bawah bimbingan para penerus Rasul Petrus yang telah menjamin kesatuan Mempelai Kristus dengan mengukuhkan saudara-saudara di dalam iman. Tetapi dengan paus Francis ini, kami dengan perasaan yang sangat sakit sekali mengakui betapa sangat memecah-belah dan merusak pelayanannya selama ini.

Melalui deklarasi yang dia tandatangani di Abu Dhabi, di mana dia menyatakan bahwa "Pluralisme dan keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras dan bahasa adalah dihendaki oleh Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya," dan dengan sekian banyak kecaman yang dilontarkannya terus-menerus atas apa yang dia sebut sebagai ‘proselitisme,’ paus Francis tidak hanya telah menghina setiap dorongan misionaris, tetapi dia juga telah menolak mandat yang diberikan oleh Kristus kepada semua Rasul: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28: 19-20).

Strategi paus saat ini disamarkan melalui berbagai tipu daya dan kebohongan, dan disembunyikan oleh banyak sikap diamnya, ketika ditemukan niatnya yang menyimpang hingga menyulut  kebingungan besar di antara umat beriman, sementara dia banyak dipuji-puji oleh para musuh Gereja.

Sinode Amazon adalah merupakan bagian dari desain yang jauh lebih besar dan tersembunyi. Itu tidak lain adalah sebuah elemen yang sangat mengganggu, dari sebuah proyek besar, yang dikembangkan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan didukung oleh kekuatan finansial dan Masonik dunia. Bagaimana kita dapat menjelaskan bahwa berhala Pachamama dihadirkan di tengah sinode, melalui sebuah inisiatif PBB, dalam teks-teks yang dirancang untuk memberi indoktrinasi ideologis kepada umat beriman?

‘Semuanya berdiri bersama dan saling menyatu bersama.’Ini tidak lain adalah sebuah ilmu palsu yang didirikan di atas dugaan pemanasan global yang akan menimbulkan bencana, yang terutama disebabkan oleh tingkah manusia; sebuah ekologi integral yang menempatkan di pusat penciptaan bukan manusia yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah, dan dipanggil untuk berbagi kehidupan ilahi dalam keabadian yang diberkati dengan Penciptanya, tetapi Bumi Pertiwi ‘yang ilahi,’ yaitu Pachamama, dari mana manusia ditarik dan ke mana ia harus kembali. Dari sudut pandang ini, oleh karena itu, bahkan penyembahan berhala juga dihendaki oleh Allah, dan Paus Francis merayakannya di hadapan dunia, mencemarkan tempat yang paling suci di Roma Kristiani - basilika yang dibangun di atas makam Rasul Petrus.

Selama Sinode Amazon barusan, sebuah tindakan sakrilegi yang sangat besar telah dilakukan melalui perayaan yang diadakan di Taman Vatikan dan penampilan Pachamama di San Peter dan Santa Maria di Traspontina. Penyembahan kepada Allah yang hidup dan yang sejati, yang diwahyukan dan dimanifestasikan dalam Yesus Kristus, yang dipuja dan diakui oleh Gereja Katolik selama dua rubu tahun ini, telah dicemarkan oleh unsur-unsur yang sangat menyembah berhala dan sinkretistik.

Penyembahan berhala itu merupakan serangan paling serius yang dilakukan terhadap Kemuliaan Ilahi. Para martir telah mencucurkan darah mereka dan membayar perlawanan mereka terhadap penyembahan berhala melalui nyawa mereka. Para martir yang sama yang telah membasahi dan menguduskan bumi Roma berhala kuno, baru saja menyaksikan tindakan mulia mereka dinodai oleh perayaan penghormatan kepada Pachamama.

Kitab Suci Perjanjian Lama mengajarkan kepada kita bahwa penyembahan berhala adalah perbuatan yang tidak tahu malu dan pelacuran, itu adalah pencemaran atas perjanjian pernikahan yang telah dilakukan Allah dengan umat-Nya.

Santo Paulus, memperingatkan umat kristiani awali di Korintus: “Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia? (1 Kor 10: 19-22).

Gereja Katolik, bukannya waspada dan menolak ancaman yang datang dan menggelapkan cakrawala seluruh umat manusia, tetapi Gereja Katolik justru menyerahkan dirinya untuk melayani sebagai pengeras suara bagi ideologi utopis dan anti-Kristus, dengan cara tunduk secara mengerikan kepada kekuatan-kekuatan besar yang mendominasi kancah dunia dan Gereja Katolik secara aktif mempromosikan proses perubahan besar yang ditujukan untuk membentuk sebuah Pemerintah Dunia.

Di hadapan skenario seperti itu, di mana kelangsungan hidup Gereja Katolik sangat terancam, di hadapan begitu banyak perbuatan tercela dan pernyataan oleh Paus, ada seratus cendekiawan telah menyusun Deklarasi yang meminta "dengan hormat agar Paus Francis secara terbuka dan tanpa ambiguitas untuk bertobat dan untuk memperbaiki kerusakan ini." Saya merasa sudah menjadi tugas saya untuk menyatukan suara saya dengan mereka. Dengan cara yang sama, semua uskup dan kardinal Gereja Katolik harus merasa berkewajiban untuk "melakukan koreksi persaudaraan kepada Paus Francis atas semua skandal ini."

"Ya Allah, melalui rahmat Engkau telah memanggil kami untuk menjadi anak-anak terang; jangan biarkan kami diselimuti oleh kegelapan kesalahan ini, tetapi buatlah kami selalu berada dalam kebenaran-Mu, guna menerangi gelapnya malam dunia ini." (Dari liturgi Ambrosian hari ini).

Datanglah, Tuhan Yesus! Tunjukkanlah kuasa kerajaan-Mu atas Gereja dan dunia! Janganlah mengabaikan permohonan dari Mempelai-Mu ini, Gereja-Mu, dan janganlah mengabaikan harapan kami. Dan jika Engkau tidak berkenan mengabulkan permhonan kami, biarlah kami menunggunya terus dengan ketekunan, kesetiaan dan kasih.

No comments:

Post a Comment