Thursday, February 9, 2017

ADA RIBUAN IMAM DARI SELURUH DUNIA ....



Feb. 1, 2017

ADA RIBUAN IMAM DARI SELURUH DUNIA MEMINTA KLARIFIKASI MENGENAI AMORIS LAETITIA

Permintaan telah disampaikan, ketika Cardinal Gerhard Müller memberikan wawancara yang baru untuk mempertahankan ajaran tradisionil Gereja mengenai isu-isu yang penting, dan uskup-uskup Jerman menerbitkan panduan yang mengatakan bahwa orang yang bercerai dan menikah lagi secara sipil bisa menerima Sakramen-sakramen ‘dalam kasus tertentu’.

Konfraternitas ini mewakili ribuan imam-imam dari seluruh dunia dimana ia meminta sebuah klarifikasi yang jelas dan sangat perlu mengenai Amoris Laetitia karena semakin menyebarnya penafsiran yang berbeda-beda mengenai anjuran apostolik itu.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 1 Februari 2017, Konfraternitas Klerus Katolik Internasional (the International Confraternities of Catholic Clergy) menulis bahwa ‘sebuah penafsiran dari yang berwenang mengenai Amoris Laetitia, yang sejalan dengan ajaran dan praktek Gereja yang menetap, adalah sangat penting guna menghadapi semakin menyebarnya perbedaan pemahaman serta munculnya perpecahan yang semakin luas di dalam praktek Gereja.”

Konfraternitas ini juga menyampaikan rasa terima kasih mereka kepada empat orang kardinal yang telah menyampaikan dubia mereka kepada PF, yang berupa lima buah pertanyaan guna memperoleh klarifikasi yang tegas dari PF, dimana mereka berpendapat bahwa ‘sangat diperlukan untuk meluruskan penyalah-gunaan anjuran Amoris Laetitia yang bertujuan untuk melemahkan Tradisi Suci Gereja.’  

Sejak dokumen Amoris Laetitia itu diterbitkan pada April tahun lalu, yang merupakan ringkasan dari dua sinode sebelumnya, mengenai keluarga, ia telah menyulut berbagai penafsiran, dan beberapa diantaranya ada yang dikritik sebagai sesat dan merupakan bentuk perpecahan dari Ajaran Gereja. Yang paling menonjol dari keprihatinan itu adalah berupa pertanyaan apakah orang yang bercerai dan kemudian menikah lagi secara sipil, dimana mereka tidak mau berpantang dalam hubungan sexual, apakah mereka bisa menerima Komuni Kudus meski mereka telah menjalani proses pendampingan dan penyadaran?

Kritikan yang disampaikan, mengatakan bahwa anjuran seperti itu adalah bertentangan dengan Ajaran Gereja, sementara itu mereka yang mendukung Amoris Laetitia beralasan bahwa anjuran itu adalah sebuah perkembangan doktrin yang sah. Dan PF sendiri nampak mendukung yang terakhir ini, namun dia tidak secara tegas setuju atau tidak setuju dengan orang yang bercerai dan menikah lagi secara sipil untuk menerima Komuni Kudus. (Dan di Argentina PF justru menganjurkan uskup-uskup disana untuk memberikan Komuni Kudus kepada orang-orang yang bermasalah seperti ini.)

Konfraternitas itu mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk mengeluarkan pernyataan itu ‘demi rasa kasih kepada Gereja dan keprihatinan akan keselamatan jiwa-jiwa’, dan mereka juga mengatakan bahwa dubia yang disampaikan oleh empat orang kardinal dilakukan ‘dengan rasa hormat yang besar kepada Bapa Suci’ dan ‘hendaknya tidak digunakan untuk menyulut perpecahan di dalam Gereja.’

“Bahaya besar terhadap persatuan dan keutuhan Gereja karena meningkatnya paham relativisme moral ini haruslah dihadapi dengan kesungguhan dan segera diluruskan,” demikian kata mereka, dengan menambahkan “kompleksitas situasi yang dihadapi oleh manusia saat ini berarti bahwa Gereja haruslah menyampaikan lagi ajaran-ajarannya dengan berani dan jelas.” Imam-imam itu juga mengatakan adalah penting sekali bahwa disiplin dan praktek Gereja haruslah sejalan dengan ajarannya.

Imam-imam itu menekankan pentingnya memberi penjelasan bahwa Komuni Kudus ‘tidak boleh diberikan kepada seseorang yang memilih untuk menjalankan relasi sexual dengan orang yang bukan merupakan pasangannya yang sah’.


No comments:

Post a Comment