Friday, February 24, 2017

Vol 2 - Bab 61 : Cara-cara untuk menghindari Api Penyucian


Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 61

Cara-cara untuk menghindari Api Penyucian
Margaret Mary Terberkati dan jiwa-jiwa yang menderita
Novisiat dan ayahnya
Suatu jiwa yang menderita tanpa mengeluh

Diantara berbagai pencerahan Tuhan kepada Margaret Mary tentang Api Penyucian, ada satu yang menunjukkan betapa kerasnya hukuman yang dikenakan atas kesalahan terhadap kemurahan hati. “Suatu hari”, demikian cerita Mgr.Languet, “Tuhan menunjukkan kepada hambaNya itu, Margaret, sejumlah besar jiwa-jiwa yang tak mendapatkan pertolongan dari Sang Perawan Terberkati dan dari para kudus, bahkan mereka tidak menerima kunjungan dari malaikat pelindung mereka. Tuhan bersabda :’Ini adalah sebagai hukuman mereka karena mereka tidak mau bersepakat dengan para pemimpin mereka serta karena adanya beberapa kesalah-pahaman’. Banyak dari jiwa-jiwa itu dihukum dalam waktu yang lama didalam nyala api yang sangat mengerikan. Suster yang terberkati itu juga mengenali banyak jiwa-jiwa yang meskipun mereka beragama, tetapi mereka tidak rukun dan tak memiliki kemurahan hati kepada saudara-saudaranya, sehingga mereka tidak menerima doa-doa permohonan dan penghiburan sama sekali”.
Jika benar bahwa Tuhan menghukum dengan amat kejam terhadap orang-orang yang tidak bermurah hati, maka Dia juga sangat bermurah hati kepada orang yang menjalankan keutamaan ini yang begitu dikasihiNya. Namun lebih dari semua itu, Dia bersabda kepada kita melalui muridNya.’Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa’: 1 Pet. 4:8.
Marilah kita menyimak cerita Mgr.Languet didalam biografi Margaret Mary. Adalah Bruder Greffier, kata Mgr. Languet, didalam memoir yang dia tulis setelah kematian Sr.Margaret Mary Terberkati, mengatakan kenyataan ini :”Aku tak bisa menyangkal penyebab dari beberapa peristiwa yang khusus, yang menunjukkan kebenaran dari sebuah pewahyuan dalam masalah ini kepada hamba Allah itu. Ayah dari salah satu novisiat adalah merupakan penyebabnya. Pria ini telah meninggal beberapa saat sebelumnya, dan telah dimintakan bantuan doa-doa dari komunitas disitu. Kemurahan hati dari St.Margaret Mary yang kemudian menjadi Kepala biara, mendorongnya untuk berdoa lebih banyak lagi bagi orang yang meninggal itu.
“Beberapa hari kemudian novisiat itu berdoa bagi ayahnya. “Puteriku”, kata Suster Kepala yang suci itu, “tenangkanlah dirimu. Ayahmu berada dalam keadaan berdoa bagi kita. Mintalah kepada ibumu, apa tindakan ayahmu yang paling baik sebelum kematiannya. Tindakan ini telah mendatangkan penghakiman yang layak dari Allah kepadanya”.
“Tindakan yang dimaksudkan itu tidaklah diketahui oleh novisiat itu. Tak seorangpun di Paray mengetahui keadaan dari sebuah kematian yang telah terjadi di kota yang jauh dari situ. Novisiat itu tidak berjumpa dengan ibunya hingga lama setelah itu, pada hari pelantikannya sebagai biarawati. Dia kemudian bertanya apa tindakan kebaikan yang telah dilakukan ayahnya sebelum meninggal. “Ketika Sakramen Perminyakan yang suci itu dibawa kepadanya”, jawab ibunya, “si jagal itu bersatu dengan mereka yang menyertai Sang Perawan dan menempatkan dirinya di sebuah sudut kamar. Orang yang sakit itu, demi mengetahui hal ini, memanggil namanya, dan menyuruhnya mendekat, sambil menekan tangannya dengan rasa kerendahan hati yang tidak biasa dilakukan oleh para pejabat, dia meminta maaf atas kata-kata yang keras yang diucapkannya kepadanya dari saat ke saat, dan dia ingin agar semua orang yang hadir menjadi saksi dari tindakan penebusan yang dia lakukan itu”. Sr.Margaret telah mengetahui dari Tuhan apa yang sebenarnya terjadi, dan novisiat itu tahu dari kebenaran yang menyenangkan itu dari Margaret, mengenai keadaan ayahnya yang bahagia di dunia sana”.
Marilah kita menambahkan bahwa Tuhan melalui pewahyuan ini menunjukkan kepada kita sekali lagi betapa kemurahan hati telah menutupi banyak dosa, dan membuat kita menemukan kerahiman pada hari penghakiman.
Margaret Mary Terberkati menerima dari Tuhan kita komunikasi lainnya mengenai kemurahan hati. Tuhan menunjukkan kepadanya jiwa dari orang yang meninggal yang harus mengalami pemurnian yang ringan saja, dan Tuhan berkata kepadanya bahwa diantara perbuatan baik yang dilakukan orang itu di dunia, Tuhan telah memperhatikan secara khusus kerendahan hatinya, dimana dia melaksanakan hal itu di dunia, karena dia menjalani penderitaan itu dengan semangat kemurahan hati, bukan saja tanpa menggerutu, tetapi bahkan tidak mempermasalahkan penderitaannya itu sama sekali. Tuhan menambahkan bahwa sebagai ganjaran maka Dia berkenan memberikan sebuah penghakiman yang ringan dan menyenangkan.



No comments:

Post a Comment