Monday, February 20, 2017

Vol 2 - Bab 60 : Cara-cara untuk menghindari Api Penyucian

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 60

Cara-cara untuk menghindari Api Penyucian
Kemurahan hati dan kerahiman
Nabi Daniel dan Raja Babylon
St.Peter Damianus dan John Patrizzi

Kita telah melihat cara pertama untuk menghindari Api Penyucian, yaitu dengan berdevosi kepada Maria. Yang kedua adalah dengan sikap kemurahan hati dan melalui karya-karya kerahiman dalam segala bentuknya. Tuhan berbicara tentang Magdalena : “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia banyak berbuat kasih (Luk. 7:47). “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat. 5:7). “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun  tidak akan dihukum. Ampunilah dan kamu akan diampuni” (Luk. 6:37). “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di Surga akan mengampuni kamu juga” (Mat. 6:14). Berikanlah kepada setiap orang yang meminta kepadamu : berikanlah, dan hal itu akan diberikan kepadamu; Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu (Luk. 6:30, 38). “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima didalam kemah abadi”. (Luk. 16:9). Dan Roh Kudus bersabda melalui nabi : “Terberkatilah mereka yang mengerti memahami orang yang miskin dan membutuhkan, sebab Tuhan akan membebaskan dia pada saat kesesakan” (Mzm. 40). Semua kutipan kalimat suci ini menunjukkan dengan jelas bahwa kemurahan hati, kerahiman dan kebajikan kita, apakah hal itu ditujukan kepada orang-orang miskin, para pendosa, atau terhadap musuh-musuh kita dan mereka yang melukai kita, atau bagi orang-orang yang meninggal yang sangat membutuhkan pertolongan kita, maka kita akan mendapatkan kerahiman dihadapan pengadilan Hakim Yang Amat Berkuasa.
Orang-orang kaya di dunia ini memiliki alasan yang banyak untuk merasa takut. “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu jika semua orang memuji kamu, karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu” (Luk. 6:24-26). Tentu saja Sabda Allah ini membuat para pengabdi kekayaan duniawi ini gemetar. Namun jika mereka mau, kekayaan mereka bisa menjadi sarana keselamatan mereka sendiri. Mereka bisa menebus dosa-dosa mereka dan melunasi hutang-hutang mereka melalui pemberian sedekah yang banyak “Jadi ya raja, biarlah nasihatku berkenan pada hati tuanku, lepaskanlah diri tuanku dari pada dosa dengan melakukan keadilan, dan dari pada kesalahan dengan menunjukkan belas kasihan terhadap orang yang tertindas; dengan demikian kebahagiaan tuanku akan dilanjutkan”(Dan.4:27) “Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak membiarkan orang masuk kedalam kegelapan. Sedekah merupakan persembahan yang baik ke hadapan Yang Mahatinggi bagi semua orang yang memberikannya” (Tob.4:10-11), kata Tobias kepada anaknya. Juru Selamat kita menegaskan hal ini dan berjalan lebih jauh lagi ketika Dia berkata kepada kaum Parisi :”Tetapi yang tersisa, berikanlah sedekah, dan perhatikanlah, semuanya dibersihkan darimu”. Betapa besarnya kebodohan orang-orang kaya yang memiliki banyak sarana di tangan mereka demi kesejahteraan rohani mereka, namun mereka tidak mau memanfaatkan hal itu. Betapa bodohnya jika kita tidak mau menggunakan kesempatan yang baik ini, dimana kita akan harus bertanggung jawab kepada Tuhan ! Betapa bodohnya jika kita mau pergi dan terbakar di neraka atau Api Penyucian, dan menyerahkan nasib kita kepada saudara-saudara kita yang kikir dan tidak mengenal terima kasih, yang tidak mau memberikan kepada saudaranya yang telah meninggal, doa-doa, air mata, atau sekedar memikirkannya saja. Namun sebaliknya, betapa bahagianya umat Kristiani yang menyadari bahwa diri mereka hanyalah sebagai penjaga, dihadapan Allah, dari segala harta yang telah mereka terima dariNya, dan selalu memikirkan bagaimana membagikan harta itu sesuai dengan rencana Yesus Kristus, kepada Siapa mereka akan bertanggung jawab, dan yang menggunakan harta itu untuk kesejahteraan para sahabat, musuh, dan para pelindung didalam kehidupan kekal nanti.
St.Peter Damianus, didalam salah satu karyanya, menceritakan kisah berikut ini. Seorang bangsawan dari Roma yang bernama John Patrizzi telah meninggal. Meskipun dia seorang Kristiani, tetapi kehidupannya adalah seperti pada umumnya orang-orang kaya, yang jauh berbeda dari Guru Ilahinya, yang miskin, menderita, dimahkotai duri. Untung saja dia bersikap sangat murah hati kepada orang-orang miskin, dengan memberikan pakaiannya kepada mereka. Beberapa hari setelah kematiannya, ada seorang imam yang suci sedang berdoa, mengalami ekstase, dan dia dibawa didalam roh menuju Basilika St.Cecilia, salah satu Gereja yang paling dihormati di Roma. Disana dia melihat ada sejumlah perawan suci, St. Cecilia, St.Agnes, St.Agatha, dan lain-lainnya, yang mengelilingi sebuah tahta yang amat megah, dimana disitu duduklah Sang Ratu Surga, yang dikelilingi oleh para malaikat dan jiwa-jiwa terberkati.
Pada saat itu muncullah seorang wanita miskin yang berpakaian compang camping tetapi dia memakai mantel yang mahal pada bahunya. Dia berlutut dengan rendah hati di kaki Ratu Surga dan sambil menyatukan kedua tangannya, matanya berlinangan dengan air mata, dia berkata dengan tersenyum :”Bunda Kerahiman, demi kebaikanmu yang sangat besar itu, aku memohon kepadamu untuk berbelas kasih kepada John Patrizzi yang malang itu, yang baru saja meninggal, dan yang kini sedang menderita sekali didalam Api Penyucian”. Tiga kali wanita itu mengulangi permohonan yang sama, dan setiap kali dengan semangat yang lebih besar, namun dia tidak dijawab. “Engkau tahu dengan baik, oh Ratu yang amat murah hati, bahwa aku adalah pengemis yang berdiri di pintu masuk Basilika, meminta sedekah ditengah musim dingin yang beku tanpa ada yang menutupi tubuhku kecuali kain kumalku itu. Aku gemetar kedinginan. Lalu John, orang yang kudoakan ini, melepaskan dari bahunya, mantel kulitnya yang mahal itu dan memberikannya kepadaku, sambil membiarkan dirinya sendiri kedinginan. Apakah tindakan kemurahan hati yang begitu besar itu yang dilakukannya demi namamu, oh Maria, tidak layak menerima jasa-jasa dari indulgensi ?”.
Atas permohonan yang menyentuh hati ini maka Sang Ratu Surga menunjukkan rasa kasihnya kepada wanita itu. “Orang yang kau doakan itu”, jawab Maria, “dihukum hingga lama didalam penderitaan yang amat mengerikan karena banyaknya dosa-dosanya. Namun karena dia memiliki dua buah keutamaan yang khusus, kemurahan hati terhadap orang yang miskin dan devosi kepada altar-altarku, maka aku akan turun dan menolongnya”. Dengan perkataan ini maka para penghuni Surga disitu yang mengelilingi Sang Ratu bersukacita dan berterima-kasih kepada Bunda Kerahiman itu. Patrizzi dibawa masuk, dalam keadaan pucat, buruk rupanya, dan penuh ikatan rantai pada tubuhnya hingga melukai dagingnya. Sang Perawan Suci memandangnya untuk sesaat dengan rasa belas kasih yang lembut sekali. Kemudian dia memerintahkan agar rantai-rantai itu dilepaskan dan memberikan pakaian kemuliaan kepadanya, sehingga dia bisa bersatu dengan para kudus dan orang-orang terberkati yang mengelilingi tahtanya. Perintah ini segera saja dilaksanakan dan semuanya kemudian menghilang dari pandangan.
Imam yang suci itu yang menerima penglihatan ini sejak saat itu tak pernah berhenti mewartakan kemurahan hati dari Sang Puteri kepada jiwa-jiwa yang menderita didalam Api Penyucian, terutama kepada mereka yang berdevosi melayani dia, dan yang sangat bermurah hati kepada orang-orang miskin.



No comments:

Post a Comment