Tuesday, April 23, 2019

MENGAPA FREEMASON MENYUKAI PAUS FRANCIS? BAGIAN 1 / 3




MENGAPA FREEMASON MENYUKAI PAUS FRANCIS? BAGIAN 1 / 3


Catatan Editor:
Seperti yang telah kami nyatakan sebelumnya, sebagian besar upaya kami di OnePeterFive ini didasarkan pada kebaikan dan kemurahan hati orang-orang lain yang ingin berkontribusi pada karya kerasulan kami, dan karena berbagai alasan, maka kami tak bisa menyebarkan nama-nama mereka disini. Demikianlah kami telah diberi oleh beberapa ilmuwan, hasil penelitiannya yang luar biasa, yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Setelah membaca dan mencermati temuan-temuan itu, kami memutuskan untuk menghadirkan kepada pembaca kami, dengan syarat anonim, segala bukti yang mereka kumpulkan yang menunjukkan bahwa Freemason di seluruh dunia sangat bersukacita atas pemilihan Jorge Bergoglio sebagai paus, dan bahwa mereka terus memuji-muji dia di depan umum karena program reformasinya yang terus berjalan dan berkembang. Karena kata-kata yang ada disini sebagian besar telah berbicara apa adanya dan merupakan bukti nyata - dan dengan demikian semua itu menuntun kita semua untuk merefleksikan lebih dalam mengenai sifat dan tujuan dari kepausan ini - kita akan memberikan pembaca kita dengan banyak bukti yang dikumpulkan di halaman-halaman berikut. Dokumen-dokumen yang dikutip tidak semuanya disajikan secara kronologis. Karena ada begitu banyak materi, kami akan menyajikan dokumentasi ini secara serial, dan yang ini adalah yang pertama. Jika memungkinkan, kami akan berusaha memberikan tautan langsung ke sumber yang dikutip untuk memungkinkan pembuktian yang lebih mudah dilihat oleh pembaca kami. Kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada orang yang melakukan semua penelitian ini, sebuah karya kasih yang sejati, yang dilakukan atas pengabdian kepada Gereja Katolik dan pengajaran formatifnya, secara keseluruhan.

Bagian 1 / 3

Beberapa komentar awal mengenai Freemason dan Gereja Katolik

1. Seorang paus yang sesuai dengan keinginan-keinginan kami.

“Apa yang harus kita tuntut, apa yang harus kita cari dan harapkan, seperti yang diharapkan orang Yahudi atas Mesias, adalah seorang Paus yang sesuai dengan keinginan-keinginan kami. Paus Alexander VI, dengan semua kejahatan pribadinya, tidak cocok untuk kami, karena dia tidak pernah berbuat salah dalam masalah agama. Paus Clement XIV, sebaliknya, akan cocok untuk kami, dari ujung kepala sampai ujung kaki.”
(Dari Instruksi dalam the Permanent Instruction of the Alta Vendita, bagian XIX, paruh pertama abad ke-19).

Seperti yang dikatakan mendiang John Vennari, editor dari Catholic Family News, “Alta Vendita adalah pondok tertinggi Carbonari, sebuah perkumpulan rahasia Italia yang memiliki hubungan dengan Freemasonry, dan yang bersama dengan Freemasonry, ia dikutuk oleh Gereja Katolik.”
Demikianlah kutipan dari Alta Vendita ini yang memberi kita gambaran tentang apa yang selama ini dicari oleh beberapa Freemason sehubungan dengan Paus dari Gereja Katolik. Pada tahun 1861, Jacques Crétinau-Joly menerbitkan sebuah buku berjudul L'Eglise en face de la revolution (Gereja di Wajah Revolusi). Penulis Perancis ini pertama kali menerbitkan Alta Vendita dari Carbonari, yang, menurut para pakar spesialis tentang Freemasonry, adalah sayap Freemasonry bersenjata de facto; mereka yang diberi posisi kepemimpinan dalam kelompok rahasia ini pastilah sudah menjadi anggota tetap Mason, terutama Mason tingkat tinggi. [1]

Menurut hal ini dan dokumen Masonik lainnya yang disita oleh polisi kepausan, para Mason berharap untuk memiliki seorang paus yang sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri, bukan seorang paus yang merupakan bagian dari "persaudaraan" mereka, tetapi seorang paus yang sejalan dengan mentalitas mereka. Alta Vendita menginginkan seorang paus yang - mirip dengan Clement XIV [2] – bersedia menyerahkan tangan dan kakinya kepada kekuatan-kekuatan luar (karena rasa takut) dan kepada orang-orang yang tidak beriman (yang akan memuji-muji dia karena sikap toleransinya). Untuk sampai pada titik ini di dalam Gereja, Alta Vendita tahu bahwa mungkin perlu waktu yang lama, bahkan satu abad. [3]

Dokumen ini telah diterbitkan pada tahun 1861, jauh sebelum ada kaum tradisionalis Katolik. Itu adalah zamannya paus Pius IX.

2. Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI tidak berkenan ...

Kita sekarang kembali ke saat ini.

Dalam sebuah wawancara pada tahun 1999 dan satu lagi pada tahun 2009, pengacara Gustavo Raffi, Grand Master Lodge Grand Orient Italia (1999-2014), mengatakan bahwa dia merindukan Paus Paulus VI karena (menurut Raffi) selama masa kepausannya, "Freemasonry memiliki zaman dialog hebat dengan Gereja, banyak klerus berbicara tentang saat akhir dari tuduhan anti-Masonik dan dia berargumen mendukung kompatibilitas antara Gereja dengan Loggia."[4]

Namun kemudian, dengan Paus Yohanes Paulus II, di sana dia mengembalikan “kebekuan” anti-Masonik: pada tahun 1983, Kongregasi untuk Ajaran Iman (CDF), dipimpin oleh Kardinal Joseph Ratzinger, menegaskan kembali ketidakcocokan antara Gereja dan Masonry. Paus Wojtyla menyetujui pernyataan itu. [OnePeterFive menceritakan di sini peran yang dimainkan oleh Dr. Ingo Dollinger sehubungan dengan dokumen CDF 1983 - editor.]

Namun, sejak 1999, Uskup Agung (yang nantinya menjadi Kardinal) Buenos Aires, Jorge Mario Bergoglio, telah menjadi anggota kehormatan Rotary Club, yang memiliki hubungan langsung dengan Freemasonry dan bahkan Rotary Club ini telah dikutuk oleh para uskup tertentu di Eropa pada awal abad ke-20.

Pada musim dingin 2004-2005, di majalah Masonik Inggris Freemasonry Today, seorang Mason Jerman, Axel Pohlmann, mengeluhkan tentang Paus Wojtyla (YP II, yang masih hidup saat itu) dan Kardinal Ratzinger. Pohlmann menyarankan bahwa setelah kematian Paus Polandia itu, para Mason akan melakukan yang terbaik untuk meyakinkan Gereja agar menghapus segala kecaman anti-Masonik. [5] Dalam artikel itu, dia bertanya:

Dan apa yang akan terjadi di masa depan? Ketika Pastor Sebott ditanya apakah kontak harus dilakukan, dia mengatakan: "Tidak, selama orang-orang itu [termasuk Ratzinger] yang membuat keputusan pada 1980-an masih memegang jabatan, termasuk Paus (YP II)." Pernyataan ini mungkin negatif untuk saat ini, tetapi mengandung harapan untuk masa depan.

Keinginan Mason Pohlmann segera menjadi kenyataan: beberapa bulan setelah artikelnya diterbitkan, Paus Yohanes Paulus II wafat. Disusul dengan Konklaf 2005. Kardinal Carlo Maria Martini (seorang Jesuit) adalah salah satu kandidat yang memenuhi syarat; dialah yang paling menarik bagi kaum Mason. [6] Namun tampaknya pada konklaf itu, pilihan yang menentukan berayun antara Uskup Agung Buenos Aires, Jorge Bergoglio (juga seorang Yesuit), dan Joseph Ratzinger. [7] Dan Ratzinger menang (hal ini sangat mengecewakan Freemason) dan menjadi Paus Benediktus XVI, Paus Summorum Pontificum, seorang Paus yang secara luas dipandang sebagai pemenang atas perlindungan yang jelas dan kuat dari nilai-nilai moral yang tidak dapat dinegosiasikan.

Di bawah kepausan Ratzinger, sering terjadi serangan media terhadap pribadi paus, dalam beberapa kasus hampir setiap hari, adanya konspirasi "mata-mata," dokumen yang bocor, kritik dari berbagai teolog terhadap paus, dan boikot besar-besaran terhadap Motu Proprio Summorum Pontificum. Tampaknya di antara para pemboikot, atau setidaknya di antara para pengamat Summorum Pontificum yang bersemangat, adalah Jorge Mario Bergoglio sendiri, yang saat itu adalah sebagai Uskup Agung Buenos Aires. [8]

Pada 2010, jurnal Masonik Argentina, Hiram Abif, menunjukkan kekecewaannhya terhadap Paus Benediktus XVI dan sudah berspekulasi tentang penggantinya di masa depan. Jurnal itu berkata:

Tahun-tahun pertama Benediktus XVI meninggalkan perasaan meningkatnya krisis di dalam Gereja Katolik. Belum pernah sebelumnya ada pertentangan dan pertikaian yang begitu keras di dalam dan di luar Vatikan. [...] Dan setelah Benediktus XVI, apa yang akan terjadi? Apa saja opsi yang muncul? Siapa yang bisa memimpin menuju sebuah tahapan yang baru? [9]

Pada 11 Februari 2013, Benediktus menyerah pada keprihatinannya tentang kemampuan dirinya untuk melanjutkan kepausan yang efektif dan dia mengundurkan diri. Konklaf baru diadakan. Kali ini, ketika seorang paus baru keluar ke balkon di Basilika Santo Petrus pada 13 Maret 2013, dia adalah Jorge Bergoglio yang sama, yang diduga menjadi saingan favorit dari Ratzinger pada konklaf 2005. Mantan Uskup Agung Kardinal Buenos Aires itu mengambil nama Francis, paus pertama yang melakukannya dalam sejarah Gereja. Setelah pemilihannya, serangan media tanpa henti dan kritik terus-menerus terarah kepadanya, tetapi mereka yang menentang Summorum Pontificum mendapatkan kekuatan baru. Banyak pembicaraan tentang "belas kasihan" ketika tema kepausan baru ini memasuki pembicaraan publik, tetapi belas kasihan yang sama itu tampaknya telah ditolak oleh pihak-pihak "konservatif" dalam persekutuan dengan Roma.

3.[...] mungkin di dalam Gereja, tidak ada yang akan terjadi seperti sebelumnya." Menuju Era Baru?

Di antara beberapa kalangan tradisionalis Argentina, dikatakan bahwa Bergoglio, sebelum menjadi uskup, telah menghilang selama beberapa waktu dari peredaran dan dia diinisiasi kedalam Freemason, dan kemudian dia muncul kembali dan berkarier. Siapa yang tahu kebenarannya? Apakah ini kasus lain dari salah informasi di pihak tradisionalis? Sebuah teori konspirasi, dan tidak lebih? Apa yang kita ketahui dengan pasti adalah bahwa selama bertahun-tahun, Bergoglio telah menunjukkan dirinya mampu menyenangkan berbagai kelompok Masonik sedemikian rupa hingga mereka tidak merahasiakan kepuasan mereka terhadapnya. Mari kita lanjutkan sekarang, menyajikan berbagai pernyataan Masonik yang mendukung Paus Francis. Ini merupakan jumlah pujian publik dari kaum Masonik yang belum pernah diterima oleh paus lainnya. (Pada tulisan ini, kami telah mengumpulkan lebih dari 60 contoh pujian terbuka dari kaum Masonik atas paus Argentina itu.)

Beberapa orang pasti akan mengatakan bahwa gambar Francis di media seperti yang disukai oleh Freemasonry adalah hasil eksploitasi Masonik dan paus sendiri tidak ada hubungannya dengan itu. Ini mungkin masalahnya. Tetapi karena itulah maka penting sekali untuk bertanya mengapa kaum Mason tidak mengeksploitasi atau memuji Paus Pius IX, Pius X, Pius XI, dan Pius XII secara serupa. Tampaknya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa mereka memiliki sedikit kesempatan untuk melakukannya, karena para paus itu tidak memberi mereka banyak hal untuk dikerjakan sehingga mereka dapat memahaminya dengan baik.

Sekarang, mari kita periksa bukti-bukti tentang dukungan mereka kepada Paus Francis:

1) Setelah pemilihannya, Paus Fransis menerima ucapan selamat dan pujian dari B'nai B'rith [10], semacam Masonry para-Yahudi yang kuat yang anggotaya hanya orang Yahudi saja. B'nai B'rith (BB) berpendapat bahwa organisasi mereka bukanlah Masonik, namun majelisnya disebut "Loggia" dan "Grand Lodge." B'nai B'rith didirikan pada tahun 1843 dan telah mengambil berbagai elemen sendiri pada sebagian besar dari Masonry. Tampaknya B’nai B’rith, sebagai sebuah organisasi, memiliki sedikit atau tidak ada hubungannya dengan esoterisme. Dipuji oleh B’nai B’rith hanya sedikit artinya; B.B. menunjukkan bahwa dirinya juga senang dengan Paulus VI dan Yohanes Paulus II, serta dengan Francis. Tetapi ada beberapa perbedaan. Yohanes Paulus II secara terbuka mengutuk Freemason dan Freemason tidak memuji YP II begitu dia terpilih.

Ada beberapa pujian sporadis untuk John Paul II dari Mason setelah pertemuan doa Assisi [pada tahun 1986] - yang berpuncak pada penghargaan dari Grand Orient Lodge of Freemasonry Italia pada tahun 1996 - tetapi tidak lebih. Kecaman anti-masonik yang disebutkan sebelumnya pada tahun 1983 telah mematikan sebagian besar antusiasme Masonik kepada Paus dari Polandia itu.

2) Pada hari pemilihannya, situs web informasi Impulso Baires mengumumkan berdirinya the Gran Logia de la Argentina de Libres y Aceptados Masones; Grand Master-nya sendiri, Angel Jorge Clavero, menyambut Paus Francis dan mantan Uskup Agung dan Kardinal di Buenos Aires. [11]

3) Pada tanggal 15 Maret 2013, situs web Virtual Grand Lodge of Italy, GLVDI, menerbitkan pernyataan (meskipun bertanggal 13 Maret 2013) dari Grand Master Luciano Nistri tentang pemilihan paus baru:

Gereja Katolik telah memilih sebagai Paus Yesuit, Jorge Mario Bergoglio, yang mengambil nama Francis. Pilihan yang jelas, jauh dari logika Kuria Romawi dan kekuatan duniawi. Sejak saat pertama, Paus Francis, seorang pria yang datang "hampir dari ujung dunia," menolak memakai jubah bulu dan salib emas, dan menggantinya dengan salib besi, inilah tindakan nyata pertamanya. Dalam katalimat pertamanya sebagai salam, dia memupuk keinginan untuk berdialog dengan dunia dan dengan umat manusia, memelihara harapan yang jelas bagi orang awam dan orang-orang yang tidak percaya, bahwa perubahan sedang berlangsung. Mungkin inilah yang benar-benar yang diharapkan dunia dan apa yang diharapkannya. Sebuah Gereja baru yang tahu cara menghubungkan kembali kasih dengan kebenaran di tengah konfrontasi antar institusi-institusi, yang tidak mengakar dalam mempertahankan kekuatan mereka sendiri. Ini adalah harapan yang sama dimana dunia - dan terutama Amerika Latin, di mana para anggota Freemason Simon Bolivar, Salvador Allende dan Giuseppe Garibaldi yang sama [terutama di Brasil], di antara banyak orang lainnya, yang telah memberikan kebebasan kepada orang-orang itu – yang selalu merindukannya.

Sebuah pesan yang oleh pihak Freemason sendiri dirasakan sebagai terobosan tajam dengan masa lalu, dan yang sekarang berbalik untuk mendengarkan orang-orang miskin, yang terpinggirkan, dan yang paling lemah. Kepada Paus yang baru, kami menyampaikan harapan terbaik kami untuk karya baiknya di tahun-tahun mendatang. Luciano Nistri, Grand Master GLVDI. [12]

Pada Januari 2017, Luciano Nistri 33 ° (58 tahun, berasal dari Prato) diangkat kembali sebagai Grand Master GLVDI selama tiga tahun 2017-2019. [13]

4) Pada 14 Maret 2013, Gustavo Raffi, Grand Master dari Grand Orient Lodge di Italia - salah satu pondok paling penting di dunia - memberi hormat dan memuji Paus yang baru ini. Raffi berkata, dengan nada bernubuat: “Mungkin di dalam Gereja tidak ada yang akan terjadi seperti sebelumnya.” [14]

5-6-7) Situs Masonik Fenix ​​News, yang dipimpin oleh Mason Peru Peru 33 ° (Lodge Luis Heysen Inchaustegui, Lima, Peru), diluncurkan pada tanggal 15 Maret 2013, sebuah pernyataan dari United Grand Lodge of Lebanon. Grand Master Rami Haddad dan Komandan Agung Sovereign Jamil Saade mengirim ucapan selamat mereka ke Argentina, kepada para wanita dari Grand Lodge Wanita Argentina (sic) pada kesempatan pemilihan Paus Bergoglio.[15] Dalam satu pernyataan ini, kita melihat dukungan Freemason Peru (5), Freemason Lebanon (6) dan Freemason Argentina (7), yang semuanya merasa senang dengan pemilihan Bergoglio.

Sebaliknya, Pius IX, Pius X, atau Pius XII, ketika baru terpilih, tidak menerima pujian dan salam apa pun, baik dari Freemason Italia maupun internasional. Kepausan "saleh" mereka tidak pernah bersahabat dengan kaum Freemason. (Apakah ini sebuah kebetulan bahwa alasan kanonisasi Pius IX dan Pius XII terhenti hingga sekarang?)

8) Beberapa minggu setelah pemilihan Paus Francis bulan Maret 2013, dalam Newsletter Masonik Kanada The Watermark edisi April 2013, kita bisa membaca bahwa Paus baru ini sudah ada di Internet, dan bahkan disebut sebagai seorang Freemason yang menggunakan tanda-tanda Masonik ("Seorang Freemason dan menggunakan tanda-tanda Masonik, bla, bla!" [16]) ... Penulis menyarankan agar orang menganggap masalah ini sebagai obrolan usil belaka("bla, bla!").

Penulis Masonik itu yakin bahwa Paus yang baru, terlepas dari "konservatismenya", akan bersedia membangun hubungan yang lebih baik antara Katolik dengan Freemason. Artikel yang sama menerbitkan seluruh pesan harapan baik dari Grand Master di Grand Lodge Argentina [Ángel Jorge Clavero, lihat poin 2, di atas] kepada Paus yang baru. Di akhir artikel the Watermark, Freemason Kanada berharap adanya penghentian ‘penganiayaan yang tidak adil’ selama berabad-abad terhadap kaum Freemason oleh Gereja Katolik Roma. [17]

9) Dalam sepucuk surat kepada temannya yang progresif, Massimo Teodori, pada tanggal 20 Juni 2013, Grand Master Raffi menunjukkan dirinya masih penuh semangat dan antusiasme terhadap tindakan dan kata-kata Paus Francis. Raffi menganjurkan "reformasi" menyeluruh di dalam Gereja, tentu saja yang sesuai dengan desain pemikiran Masonik dan sekuler. Raffi memuji, sebagai "seorang teolog yang mendalam," Karl Rahner (seorang Jesuit) dan teorinya tentang "orang-orang Kristen anonim." Raffi menentang "liturgi kuno mengenai hak istimewa dan pelanggaran dosa".[18]

10) Yang juga mendukung Paus Bergoglio adalah majalah Masonik Brasil O Malhete.[19] Dalam artikelnya ("Uma lição do Papa"), di hlm. 7, Uskup Roma itu sangat ditinggikan. Penulisnya adalah Derildo Martins Da Costa, Guru Pemujaan Pondok "Luz do Planalto," East of Serra-Grande Oriente do Brasil. Martins Da Costa menulis: “O Pope Francisco, antes de exortar os outros to fazerem, primeiro fez. Aí está Diferença to do Papa Francisco para seus antecessores “, yang diterjemahkan:“ Paus Fransiskus, sebelum dia menasihati orang lain untuk melakukannya, dia telah melakukannya terlebih dahulu. Inilah perbedaan antara Paus Fransiskus dengan para pendahulunya.” "Selain itu, Martins Da Costa mengatakan bahwa Paus Francis "tampaknya hadir untuk memberikan contoh" – contoh yang masuk akal untuk disimpulkan, yang menurut kaum Freemason hal itu dapat diterima. Di Brasil, sebenarnya, "Paus telah meninggalkan bagi kita sebuah pelajaran yang mendalam di bidang kemasyarakatan" ketika dia melewati depan "gereja evangelis" dan memutuskan untuk mendaraskan doa "Bapa Kami" bersama dengan para gembala yang ada di pintu.

(Sebuah komentar kecil: Kardinal João Braz de Aviz, sekarang menjabat Prefek Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Masyarakat Kehidupan Kerasulan, berpartisipasi pada tahun 2006, saat itu sebagai Uskup Agung Brasília (Brasil), dalam sebuah forum “spiritual”. Di forum itu, ada juga hadir sebagai perwakilan kaum teosofi, spiritualisme, dan Freemasonry Brasil (Grand Orient of Brazil).[20] Braz de Aviz berdialog dengan mereka dan dengan biarawati liberal dari Amerika,[21], tetapi tidak begitu banyak berbicara dengan para biarawan dan biarawati Fransiskan dari Immaculate pimpinan pastor Stefano Maria Manelli.)

11) Dalam terbitan 1-2 / 2013 (halaman 65-66) majalah L’Acacia of the Italian Grand Lodge for the Symbolic Rite, pemimpin redaksinya, Moreno Neri, berharap agar Paus Francis, seorang Jesuit, dapat benar-benar mereformasi Gereja (“tidak ada orang lain kecuali seorang Jesuit yang cocok untuk menerima tantangan dari perubahan yang menanti Gereja”), dan dia memuji Kardinal Martini. (Freemason) Neri berharap bahwa Gereja tidak lagi menjadi "sistem yang tertutup dan berdebu."

12) Pada 2013. jurnalis Italia Giacomo Galeazzi dan Ferruccio Pinotti menerbitkan buku Masonic Vatican. Galeazzi adalah "penggemar" besar Paus Francis, seperti juga Andrea Tornielli, koresponden Vatikan dan rekan Galeazzi di surat kabar La Stampa di Turin. Galeazzi-Pinotti menulis:

Dalam 30-35 tahun terakhir, beberapa imam Jesuit secara positif tertarik pada Freemason; mereka mengambil bagian dalam berbagai debat publik, di konferensi yang diselenggarakan oleh Grand Orient of Italy, dan mereka juga telah menulis berbagai artikel dan buku tentang pemikiran filosofis mengenai sejarah Freemason - dengan kata lain, mereka adalah orang-orang gerejawi; meski ada dan masih berlaku anathema (kutukan) dan berbagai sanksi ekskomunikasi dari Gereja Roma yang dikeluarkan terhadap institusi Masonik, tetapi orang-orang Jesuit itu berusaha untuk memahami, dan kemudian sangat sering, berakhir dengan berbagi pendekatan filosofis dengan kaum Freemason.[22]

Galeazzi-Pinotti juga melaporkan tentang beberapa pernyataan yang dibuat oleh Freemason Nicola Spinello:

Nicola Spinello, Adjunct-Vicar Grand Master dari Komunitas Piazza del Gesù, menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh acara televisi Mystery [Mistero] yang ditayangkan 20 Maret 2013: “Apa hubungan antara para Yesuit dan Freemason? Jesuit dan Freemason selalu memiliki minat spekulatif yang saling menguntungkan ... "

Kemudian pertanyaannya: “Paus ini adalah berasal dari Argentina, dan di Argentina, ada tradisi Masonik yang hebat; dia adalah uskup agung Buenos Aires, apakah Anda berpikir bahwa dia mungkin memiliki hubungan dengan Freemason?"

Dia [Spinello] menjawab: “Persisnya, yang sebaliknya akan mengejutkan saya, yaitu: jika dia tidak memiliki hubungan-hubungan ini. Tradisi Masonik di Argentina sangatlah kuat."

Dan atas pertanyaan lain dari pewawancara, dia juga menjawab: "Saya percaya bahwa paus ini adalah realisasi dari desain yang telah lama ingin diadopsi oleh Freemason." [23]

Galeazzi-Pinotti melanjutkan:

Grand Master Catanian Vincenzo Di Benedetto, kepala the Most Serene Grand Lodge of Piazza del Gesù, juga menanggapi pertanyaan spesifik kami: “Berbagai sumber mengindikasikan keberadaan Pondok-pondok Masonik juga di Vatikan; apakah Anda menganggapnya mungkin?” Dia menjawab tanpa ragu: "Ya, tentu saja, terlepas dari apakah Anda menggunakan nama itu (Masonic Lodge) atau tidak."[24]

13) Pada bulan Juli 2013, untuk memperingati temannya dan mendiang Kardinal Ersilio Tonini, Grand Master Gustavo Raffi (Grand Orient of Italy) meluncurkan penghargaannya yang baru kepada Paus Francis, dengan mengatakan:

Umat manusia dewasa ini semakin miskin dan miskin, seperti juga Gereja Katolik. Tetapi gereja dibawah Paus Francis adalah sebuah gereja yang berjanji untuk menghormati yang lain, dan untuk berbagi gagasan bahwa negara sekuler mempromosikan perdamaian dan koeksistensi dari berbagai agama.[25]

14) Dalam surat dua halaman, tertanggal 9 September 2013, Gian Franco Pilloni, Serene Grand Master of the Grand Lodge of Italy - AS. A.O.I. (Unione Massonica Stretta Osservanza Iniziatica, yang didirikan oleh Armando Corona, yang sudah menjadi Grand Master dari Grand Orient Italia), berbicara soal Paus Francis (orang dapat melihat bahwa juga Pilloni tahu bahwa dengan Francis, "udara telah berubah" di Vatikan) dan memohon kepada paus Francis untuk bekerja "menuju akhir dari perpecahan yang ada dalam hubungan antara Gereja Katolik dan Freemason." Pilloni ingin agar kita percaya bahwa Freemasonry bukanlah musuh Gereja Katolik, tetapi ia berjalan di "jalan yang paralel".

Pilloni memuji Paus Francis, dengan mengatakan, “Gereja Katolik telah diwakili secara layak oleh Anda,” dan dia menambahkan “Saya memohon kepada Anda, Yang Mulia, seorang pria dengan kualitas manusia yang luar biasa.”[26] Pilloni menulis bahwa Grand Lodgenya “diakui oleh the American Grand Lodges dimana saya menjadi aggotanya.”(berarti bahwa Pilloni juga anggota dari Freemasonry Amerika). [27]

15) Pada tanggal 21 September 2013, selama perayaan oleh Freemason dari Grand Orient Italia, pada kesempatan terulangnya tanggal 20 September dan Fall Equinox, Grand Master Gustavo Raffi menyatakan, antara lain:

Paus Francis menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan yang selaras dengan apa yang telah kita katakan selama bertahun-tahun. Dia juga mengajak orang-orang untuk keluar dari ‘katakombe’ dan bukan untuk menarik, tetapi untuk menyaksikan di antara orang-orang yang berbeda agar memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan kelompok mereka masing-masing [sic], dengan cara berbicara kepada masyarakat luas. Refleksi demikian seharusnya tidak terbatas pada hari ini, tetapi juga harus membangun masa depan. Dia (paus Francis) adalah Freemason yang hidup, yang berbicara kepada orang-orang [dalam sebuah dialog]. [28]

16) Pada tanggal yang tidak disebutkan, tetapi masih pada tahun 2013 – dalam situs majalah Filipina Southern Leyte Times - penerbit Antonio M. Reyes, seorang Mason yang aktiv, menulis bahwa pahlawan nasional Filipina yang hebat adalah para Freemason dan bahwa Gereja Katolik telah mengutuk Freemason, juga dengan deklarasi Kardinal Ratzinger (1983). Reyes menyatakan keyakinannya bahwa sekarang, bersama Paus Fransis, maka segalanya akan berubah, karena bahkan untuk Paus yang berkuasa ini, seperti halnya bagi para Mason, semua agama dan persaudaraan persaudaraan yang percaya kepada Tuhan tidak boleh dikutuk dengan menerima hukuman yang kekal. Orang-orang Kristen yang mengaku (Masonik) seperti Reyes, pastilah memperhatikan permintaan Paus Francis akan toleransi beragama serta ekumenisme sejati.

Selanjutnya Reyes menulis:
[…] Untungnya, umat Katolik Roma sekarang memiliki seorang pemimpin dalam diri Paus Fransis, yang percaya bahwa semua agama dan persaudaraan persaudaraan yang percaya pada Tuhan harus dihormati dan tidak dikutuk dengan hukuman kekal. Kita sebagai orang Kristen harus mengindahkan seruannya bagi toleransi beragama dan Ekumenisme yang sejati. [29]

17) Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan (tetapi tidak bertanggal) beberapa waktu setelah pemilihannya pada bulan Desember 2013, Vincenzo Romano, 33 °, Deputi atau Wakil Grand Master yang baru saja terpilih dari Grand Lodge of the Italy of Ancient Free and Accepted Mason - Piazza - Piazza del Gesù - Palazzo Vitelleschi, menunjukkan bahwa Freemason memang tidak mengikuti ajaran [Katolik] dan dia mengeluh bahwa Gereja tidak mau menerima cara berpikir para Mason. [31] Dia kemudian menjawab pertanyaan berikut:

“Paus Bergoglio telah membuat banyak celah dan kesempatan; mungkinkah ada sesuatu yang positif untuk dilihat darinya, berkenaan dengan Freemason?”

Sang Mason menjawab:

“Paus Bergoglio sejauh ini terbukti menjadi Paus yang hebat, tetapi saya tidak tahu apakah dia memiliki beberapa prasangka terhadap kita. Mari kita tunggu untuk melihat apakah akan ada reaksi. Kami menyatakan diri siap untuk merangkul dunia Katolik.”[30]


Akhir dari Bagian Satu; Bagian selanjutnya akan segera menyusul.

No comments:

Post a Comment