Friday, April 12, 2019

OTORITAS CINA BERGERAK UNTUK MENGHENTIKAN GEREJA BAWAH TANAH DI CINA AGAR ...


These Last Days News - April 9, 2019



SEBAGAI TINDAK LANJUT DARI PERJANJIAN VATIKAN DENGAN PEMERINTAH CINA, KINI OTORITAS CINA BERGERAK UNTUK MENGHENTIKAN GEREJA BAWAH TANAH DI CINA AGAR TIDAK MELAKSANAKAN PERAYAAN PASKAH ...



Magister.Blogautore.Espresso.Repubblica.it reported on April 8, 2019:
by Sandro Magister

Rezim komunis Cina menerapkan perjanjiannya dengan Takhta Suci dengan cara ini. Dengan buldoser dan di bawah pengawalan polisi - lihat foto di atas – Gereja diratakan dengan tanah pada tanggal 4 April 2019. Ini adalah sebuah pembangunan paroki di Qianyang, yang di lantai atasnya memiliki sebuah ruangan untuk Misa dan di lantai dasarnya sebuah klinik gratis untuk orang miskin, dijalankan oleh para biarawati.

Kesalahan dari pastor serta dua ribu umat beriman dari paroki ‘bawah tanah’ ini sama dengan keuskupan induknya, yang menjadi bagiannya, yaitu di Fengxiang, di Shaanxi, satu-satunya keuskupan di seluruh Cina di mana tidak ada satu pun orang-orang yang dibaptis dari keuskupan itu, dari uskup hingga umat beriman yang terakhir, yang setuju untuk mendaftar pada Asosiasi Patriotik Katolik Cina. Asosiasi Patriotik Katolik Cina adalah sebuah sarana utama yang digunakan rezim komunis setempat untuk menjadikan Gereja ‘merdeka’ dari Roma. Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa gereja seperti itu (Asosiasi Patriotik Katolik Cina) "tidak bisa didamaikan" dengan doktrin Katolik, dalam suratnya tahun 2007 kepada umat Katolik Cina yang seharusnya masih dinyatakan sah oleh penggantinya.

Kita tahu bahwa arsitek utama dari perjanjian Vatikan-Cina tidak lain adalah mantan pastor, mantan cardinal, si homo-predator McCarrick, yang sekarang sudah tidak menjadi imam karena dipecat oleh paus Francis atas desakan sekian banyak umat beriman dan kelompok-kelompok  masyarakat di dunia.

Yang terjadi di Cina kali ini bukan hanya penghancuran materi yang berupa banyak bangunan Gereja Katolik lainnya. Yang lebih serius lagi adalah tercekiknya, secara sistematis, sebagian besar dari Gereja yang tidak memiliki pengakuan resmi dari pemerintah Cina, dan yang juga tidak mau tunduk kepada pemaksaan bahwa yang diakui sebagai gereja yang sah hanya jika ia setuju untuk mendaftar pada Asosiasi Patriotik Katolik Cina.

Kasus Keuskupan Mindong, di Fujan, mungkin adalah yang paling instruktif, jika seseorang ingin memahami bagaimana pihak berwenang Beijing mempraktikkan perjanjian rahasia yang ditandatangani 22 September 2018 lalu dengan Tahta Suci.

Anehnya, tepatnya keuskupan Mindong, adalah keuskupan yang satu tahun yang lalu telah diindikasikan sebagai "ujian stres" bagi ‘keberhasilan’ dari perjanjian antara Tahta Suci dan China, dalam sebuah artikel oleh Gianni Valente, pakar urusan Vatikan yang sering dibaca dan dikutip oleh Paus Francis.

Tetapi untuk menilai apa yang terjadi di sana saat ini, keuskupan ini bukanlah ‘ujian’ dari keberhasilan perjanjian Cina-Vatikan, tetapi contoh dari kegagalan perjanjian itu.

Paskah sudah semakin dekat, tetapi uskup yang saat ini memainkan peran pembantu di keuskupan Mindong, Vincent Guo Xijin, menghadapi risiko yang serius untuk dilarang merayakan baik Misa Krisma, pada pagi hari Kamis Putih, serta liturgi-liturgi lain dari Triduum Paskah.

Tahun lalu uskup Guo juga dilarang merayakan upacara Paskah. Dan hal yang sama pada tahun 2017, ketika tepat sebelum Pekan Suci dia ditangkap oleh polisi, untuk dilepaskan kembali dua puluh hari kemudian.

Selama dua tahun terakhir, hukuman telah dijatuhkan atas Gereja atau pastor yang menolak merayakan ritus Paskah bersama dengan uskup yang ditunjuk oleh pemerintah, Vincent Zhan Silu, yang sengaja dipasang oleh rezim komunis di keuskupan yang sama.

Tetapi pada 22 September 2018 muncul kesepakatan antara Tahta Suci dan Cina tentang penunjukan para uskup di Cina, dan Roma tidak hanya mencabut ekskomunikasi atas uskup Zhan (exkom dilakukan oleh Paus Benediktus XVI), tetapi Vatikan juga meminta kepada uskup ortodox Vincent Guo Xijin, yang masih setia kepada ajaran asli Yesus Kristus, untuk menyerahkan kepemimpinan keuskupan kepada uskup Zhan (pilihan pemerintah Cina), dan agar uskup Vincent Guo Xijin menerima untuk dirinya peranan pelengkap yang sederhana, terlepas dari fakta bahwa di Mindong ada ketidakseimbangan yang besar antara Gereja ‘bawah tanah’ yang masih setia kepada uskup Guo Xijin, ada 80.000 umat beriman yang setia dan kuat memegang tradisi, 57 orang imam, 200 biarawati, 300 umat awam yang ditahbiskan, serta ratusan orang katekis, bersama dengan ‘Gereja Zhan yang resmi’ yang sebelumnya dikucilkan, dengan beberapa ribu umat yang setia dan selusin imam.


++++++++++++++++

Kutipan pesan-pesan Bayside:

PENGANIAYAAN
"Semua orang yang melakukan pertempuran mendatang haruslah bersedia menerima kemartiran. Anakku, hal ini bukan berarti kematian atas tubuhmu, tetapi hal ini berarti penganiayaan. Tetaplah teguh di dalam iman. Jagalah iman di dalam hati orang-orang yang kau kasihi. Ulurkanlah kemurahan hatimu kepada semua saudara dan saudarimu di seluruh dunia. Berdoalah selalu dengan tekun." - Bunda Maria, Bayside, 2 Oktober 1974


"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yoh. 15:18-19)


"Pertarungan, anakku, akan meluas dengan sangat cepat, karena tidak hanya akan ada perang menggunakan senjata-senjata manusia, tetapi ia akan segera dikenal di seluruh dunia sebagai perang religius." - Our Lady of the Roses, Bayside, August 21, 1974

"Anak-anakku, apakah ada begitu sedikit orang yang akan menderita karena Iman? Apakah anak-anakku tidak menyadari perlunya menderita dan mati sebagai martir demi Iman? Tidakkah kamu mengerti, anak-anakku, bahwa kemartiran berarti jalan masuk langsung ke dalam Surga. Apakah ini tidak layak untuk diperjuangkan?" - Our Lady, Bayside, November 20, 1978


No comments:

Post a Comment