Wednesday, April 24, 2019

MENGAPA FREEMASON MENYUKAI PAUS FRANCIS? BAGIAN 2 / 3





MENGAPA FREEMASON MENYUKAI PAUS FRANCIS? BAGIAN 2 / 3


Catatan Editor:
Ini adalah bagian kedua dari studi tiga bagian yang lebih panjang tentang bagaimana Freemason di dunia menanggapi Paus Francis dan kepausannya. Tanpa pengantar lebih lanjut, kami melanjutkan pengumpulan kutipan dan beragam bukti untuk menunjukkan seberapa banyak Freemason menyetujui Paus Francis.

Part Two of Three Parts: Part 1 | Part 2 | Part 3


Bagian 2 / 3

Lanjutan dari kumpulan kutipan:

18) Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013, Mario Rolleri 33° (Freemason tingkat ke 33), menerbitkan di situs berita Masonik berbahasa Spanyol, Fenixnews, beberapa kalimat yang mengunggulkan dan membela hak asasi manusia, sebagaimana dibuat oleh Cardinal Bergoglio, pada tahun 2009 dan 2012. Judul artikel ini adalah “Bergoglio: Paus dalam 02 Frasa” (“Bergoglio: el Papa en 02 frases”). [1] Dan Anda melihat foto Paus Francis. Tetapi yang aneh: artikelnya bertanggal 2 Maret 2013 - sementara di sisi lain, Bergoglio terpilih menjadi Paus hanya 11 hari kemudian, yaitu, pada 13 Maret 2013! Apakah ini tanggal yang salah, di mana artikel itu diposting (02 Maret 2013), atau apakah nama paus mendatang sudah diketahui sebelum pemilihan resminya? Dalam hal ini, sangat mengesankan apa yang dicatat oleh rekan kami, Sandro Magister, dalam artikel terbarunya yang berjudul “Orang Yang Harus Dipilih Untuk Menjadi Paus.” [2]

19) Pada hari-hari yang tidak disebutkan, tetapi pada hari-hari awal setelah pemilihan Paus Francis pada bulan Maret 2013, seorang anggota Mason, Oscar Bartoli, menulis surat terbuka kepada Paus yang menyampaikan sukacitanya atas pemilihan paus Francis, dan dengan demikian dia menyimpulkan:

Tetapi sebagai seorang Katolik yang setengah-setengah, di tengah kesulitan yang terus-menerus di dalam konflik batin saya dengan sikap keragu-raguan saya, saya ingin memberi tahu Anda bahwa saya berharap, bersama dengan semiliar dan dua ratus juta umat Katolik lainnya di seluruh dunia, bahwa pemilihannya (paus Francis) bagi tahta kepausan adalah benar-benar dapat menjadi momen revitalisasi sejati dari iman kita, setelah didera oleh sekian banyak tulah yang muncul dalam kehidupan Vatikan begitu lama.

Umat Katolik di dunia membutuhkan teladannya bagi orang-orang beriman, orang-orang percaya yang adil, orang-orang yang suam-suam kuku, kaum agnostik dan atheis. Dan mereka yang merasa jijik dengan perilaku baik "birokrasi" dalam pakaian klerus, kadang-kadang melarikan diri ke dalam dialog pribadi dengan Tuhan, menjungkirbalikkan dogma dan ajaran. Good work, Francis yang terhormat, dan semoga Tuhan melindungi dia bersama dengan para klerusnya.

Oscar. [3]
Oscar Bartoli adalah seorang Freemason Italia dari Grand Orient of Italy - Palazzo Giustiniani [4] – warga Washington, DC, anggota Rotary Club Washington DC, [5] dan pendiri Italia Lodge 2001 di Washington (dalam kepatuhan kepada Grand Lodge of Washington). [6]

20) Anggota Mason dari Peru, Mario Rolleri, tingkat 33, pasti sangat senang dengan pemilihan Papa Bergoglio sehingga, pada 15 Maret 2013, ia memposting di media Fenixnews kata-kata pertama dari Paus baru itu. Artikel itu diakhiri dengan kata-kata dari orang banyak “Hiduplah Paus! Panjang umurnya!” [7]

21) Mario Rolleri, Freemason tingkat 33 dan Grand Master dari Grand Orient of Peru [setidaknya pada tahun 2017], direktur eksekutif Fenixnews, menyampaikan pujian publik yang menarik terhadap Papa Bergoglio pada hari Minggu, 17 Maret 2013. Rolleri 33° memuji Paus Francis atas kerendahan hati, kemanusiaan, dan ketegasannya. Rolleri merasa bahwa banyak hal akan berubah di dalam Gereja dan bahwa "Yang Mulia Francis" harus menunjuk Sekretaris Negara yang baru. Rolleri menyapa Paus Francis dengan penuh kasih, dan berharap dia memiliki masa kepausan yang panjang dan berbuah. [8] Tampaknya Rolleri tidak pernah memberikan salam yang serupa kepada Paus Benediktus XVI.

22) Pada hari Jumat, 20 Maret 2013, di Fenixnews, Mario Rolleri 33° (tingkat ke 33 dalam Freemason), dalam artikel pujian lainnya tentang Paus yang baru, menyatakan keyakinannya bahwa dengan Paus Francis, Freemason dapat memulai dialog yang bermanfaat. [9]

23) Pada hari Jumat, 29 Maret 2013, pada media Fenixnews, Mario Rolleri, Freemason tingkat 33, melaporkan adanya kesaksian positif dan panjang tentang Paus Francis oleh Jesuit Venezuela, Luis Ugalde, direktur "Centro de Reflexion y Planificación Educativa" di Caracas. Pastor Luis Ugalde telah bertemu Bergoglio pada tahun 1983. Pastor Bergoglio, katanya, telah menyelamatkan banyak korban penganiayaan politik. Pastor Ugalde menegaskan bahwa Paus Francis harus mengubah banyak hal di dalam Gereja.[10] (Jelaslah bahwa Mason Rolleri 33° - tingkat 33 - merasa puas dengan ide ini!)

24) Pada hari Minggu, 31 Maret 2013, dalam artikel lain yang memuji Paus Fransiskus, Mario Rolleri, Mason 33°, begitu segera setelah pemilihannya sebagai paus, sudah mengumumkan bahwa dengan Paus yang baru ini, akan ada berita-berita tentang perubahan dan keputusan yang tidak terduga.[11]

25) Pada hari Kamis, 11 April 2013, Mario Rolleri, Mason 33°, masih memuji Francis di situs web Fenixnews, dan kali ini dia bahkan meminta bantuan Kabbalah Ibrani! Faktanya, Rolleri membandingkan Paus Francis dengan angka 13, karena ia dipilih pada 13 Maret. Rolleri menjelaskan bahwa bagi Kabbalah Ibrani, 13 bukanlah angka "nasib buruk" tetapi menggambarkan tujuan dari penciptaan. Bagi kaum Kabbalis, tidak ada keberuntungan atau nasib buruk. Rolleri menulis bahwa Kardinal Bergoglio bukanlah beruntung karena terpilih menjadi Paus, tetapi Bergoglio membangun realitas ini dengan tindakannya sendiri.[12] Rolleri memohon Cahaya Sang Pencipta agar tercurah kepada Paus Francis dan juga atas pesannya tentang kasih dan perhatian bagi seluruh umat manusia.[13]

26) Pada hari Sabtu, 11 Mei 2013, lagi di situs Masonik Fenixnews, Juan Orrego menulis bahwa Freemason Argentina, “Gran Logia de la Argentina de Libre y Aceptados Masones”, menyambut gembira pemilihan Paus Francis. Orrego mencatat bahwa hubungan antara Gereja dan Masonry di Argentina telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Pada akhir 1990-an, para anggota Mason bertemu dengan pihak keuskupan. Saat ini, hubungan tersebut sangat ramah, meskipun Vatikan menyatakan bahwa posisi Freemasonry tidak sesuai dengan sikap Gereja. Namun pemilihan Paus Francis telah secara nyata meningkatkan hubungan antara Gereja dan Freemasonry.[14]

27) Pada tanggal 12 Juni 2014, saat presentasi buku oleh Ignazio Ingrao Dewan Rahasia (Il concilio segreto - Penerbit Piemme, 2013), Grand Master of the Grand Orient Italia, Stefano Bisi, menyatakan antara lain (tentang hubungan antara Gereja dan Freemasonry) bahwa sikap terbuka Gereja kepada dunia “tampaknya telah menemukan momentum baru dengan Paus Francis ini. Ada banyak peluang bagi sebuah musim yang baru di dalam Gereja, dalam dialog dengan dunia. Sekarang kita perlu melihat apakah reformasi yang diharapkan akan mengikuti mereka. "[15]

Acara ini juga dihadiri oleh Marco Politi (koresponden Vatikan dari media Il Fatto Quotidiano) dan Alberto Melloni (sejarawan "sekolah Bologna") yang juga menekankan pentingnya "dorongan inovatif baru dan kuat" dari Kepausan Fransiskus yang menginginkan "sebuah remodeling dari Gereja dalam penampilannya" dan "sebuah ulasan tentang relasi perawatan pastoral antarpribadi."[16]

Masih mengenai kepausan Paus Fransiskus, kita membaca di Buletin Masonik:

Dan "lompatan maju Gereja dalam masyarakat modern" ini, sekarang sangatlah menyenangkan bgi Freemason, yang hari ini, seolah tahun-tahun panas itu kembali, mengikuti perubahan yang digariskan Oltretevere [di Vatikan] dengan penuh semangat. […]Marco Politi mengatakan bahwa beberapa uskup dan cendekiawan Gereja dalam beberapa tahun terakhir telah mengusulkan untuk mengadakan [Konsili] Vatikan III, tetapi mungkin, tulis wartawan itu, bahkan meski tidak ada kebutuhan untuk diadakannya Konsili itu. Begitulah, musim reformasi Gereja, pada kenyataannya, sekarang sudah terbuka.[17]

28) Kepada wartawan Andrea Scanzi dari surat kabar Il Fatto Quotidiano, pada tahun 2014, Michela Scolari (satu-satunya penjaga kenangan Mason - Licio Gelli), menyatakan bahwa 6-7 tahun yang lalu, Paus Francis (waktu itu masih sebagai Kardinal Bergoglio) mengunjungi Licio Gelli di Villa Wanda di Arezzo. Gelli, kepala P2 Lodge yang terkenal, adalah seorang Mason dengan koneksi luar biasa dengan Freemasonry dan kelas politik Argentina pada 1970-an dan 1980-an. Kepada Scolari, Gelli mengungkapkan bahwa dia mengenal Bergoglio sejak 1973, ketika Gelli adalah Menteri Berkuasa Penuh Argentina dan sahabat Peron (pemimpin Argentina yang komunis). [18]

29) Di situs Grand Lodge dari Ritual Simbolik Italia (terdiri dari Master Mason dari Grand Orient of Italy), kita membaca pidato tanggal 13 Maret 2014, oleh Mason “M: .A:. Dominic P." yang memuji Paus Francis dan melihat di dalam dirinya ada celah untuk rekonsiliasi antara Freemasonry dan Gereja." [19]

30) Dalam terbitan Alpina edisi Maret 2014, majalah Masonik Swiss, anggota Mason, Pierre-Alexandre Joye, menulis bahwa Gereja dan Freemasonry didasarkan pada tradisi yang berbeda, tetapi dengan pemilihan Paus Fransiskus, Yesuit Amerika Selatan, seseorang dapat meluncurkan kembali dialog Masonik - Catholic. Kekuatan-kekuatan spiritualis tidak boleh dipecah-pecah, tetapi harus dipersatukan demi keadilan sosial, hak asasi manusia, kebebasan. Gereja dan Freemasonry tidak boleh berhenti pada apa yang memecah belah, tetapi harus mengarah kepada apa yang menyatukan.[20]

31) Sekali lagi, dalam jurnal Masonik Alpina, pada bulan Maret 2014, dalam artikel “Menuju kemungkinan hidup bersama yang konstruktif?” (Dalam paragraf “Era yang lebih mendamaikan”), Mason - Daniele Bui memperjelas bahwa sementara ketidakcocokan antara Gereja dan Pondok Mason tetap ada, namun, dengan terpilihnya Paus Fransiskus banyak Mason berharap untuk mendapatkan sikap yang "lebih berdamai" di sisi Tahta Suci.[21] Daniele Bui percaya bahwa alasan ketidakcocokan tidak boleh mencegah kolaborasi bersama antara umat Katolik dan Mason untuk memajukan hak asasi manusia.

32) Dalam pidato terakhirnya sebagai Grand Master Grand Orient of Italy (pada bulan April 2014), pengacara Gustavo Raffi mengatakan, menurut sebuah laporan:

“Dunia berubah dengan kecepatan, yang dalam beberapa tahun yang lalu, benar-benar tak terbayangkan. Dunia yang sangat 'cair' ini - menggunakan istilah yang diciptakan oleh Zigmunt Baumann - secara radikal telah mengubah semua struktur 'kaku' yang telah diendapkan oleh lautan masa lalu di pantai-pantai masa kini," kata Raffi. “Lihat saja ke balik tembok yang memisahkan Italia dari Vatikan untuk bisa memahaminya - tambahnya - bahwa ada sesuatu yang berubah. Kami mengamati dengan hati-hati dan penuh hormat karena Paus ini mempercepat waktu dari perubahan besar dalam cakrawala struktur yang secara tradisional enggan untuk menyambut gejolak yang inovatif. Dan refleksi dari pengaruhnya telah bergema jauh melampaui batas-batas sakristi. Tapi hal itu juga terserah kita. Terserah kepada kita untuk membuat persimpangan realitas cair ini terjadi. Kita juga harus berurusan dengan dunia kontemporer yang terus berubah. Dengan klaim - tidak pernah dikhianati - untuk selalu sezaman dengan anak cucu." "Itulah yang memanggil kita untuk membuat identitas kita sebagai orang Italia dan orang Freemason - katanya - dan untuk berlayar dan mengarahkan bahtera dengan percaya diri ke masa depan, apa pun yang bisa kita raih.”[22]

33) Dalam edisi Mei-Juni 2014 dari The Wayfarer, Buletin MN-River Valley Lodge # 6 (Grand Lodge AF & AM of Minnesota), "Pendeta" Lodge yang bernama Dan Ploenzke, dalam kolomnya "Words of Wisdom," juga mengambil kutipan dari buletin itu [sic – yang merupakan sebuah kesalahan oleh The Wayfarer] oleh Paus Francis "Mari Kita Menjadi Cahaya Pengharapan," yang berbicara tentang harapan, sebuah keterbukaan terhadap kejutan-kejutan dari Tuhan dan tentang hidup dalam sukacita. Mason Ploenzke sangat menyukai apa yang ditulis Paus tentang sikap terbuka untuk dikejutkan oleh Allah: “Setiap orang yang adalah pria atau wanita harapan - harapan besar yang memberi kita iman - tahu bahwa bahkan di tengah kesulitan Tuhan akan bertindak dan mengejutkan kita.”[23] Menggerakkan.

34) Pada tanggal 25 Agustus 2014, di situs Freemasonry Brasil, Grand Orient do Brasil, Mason Barbosa Nunes memuji Paus Francis karena dia membangun sebuah sebuah gereja baru: [24]
Jorge Mario Bergoglio, "Paus Francis," sebelumnya bernama "Kardinal Kaum Miskin Argentina" karena peran sosialnya yang menonjol. Dia terus berusaha mewakili, secara lebih besar, dari Gereja Katolik dan kepala negara. Dia tidak berhenti, dia mengambil langkah-langkah aman untuk membangun sebuah gereja baru. Sebuah gaya yang baru di Vatikan, citra kepribadian yang tahu dan berani menghadapi segala tantangan di depan.

Mason – Nunes, memuji kebijaksanaan ilahi ("sabedoria divina") dari Paus Fransiskus dan berharap bahwa kata-kata Paus menjadi subjek perenungan pada masa studi di Pondok-pondok Masonik.[25]

35) Pada tahun 2014, pada kesempatan reuni Grand Lodge of Free & Accepton Masons of Florida (USA), Grand Orator dari Grand Lodge, Gilbert Weisman, tidak hanya dengan antusias mengutip karya “Morals & Dogma” oleh Mason Albert Pike derajat ke-33 (seorang Mason esoteris dan okultis), tetapi juga menyebutkan beberapa kata dari homili yang disapaikan Paus Francis pada tanggal 1 Januari 2014, di mana Paus menyatakan bahwa kita semua adalah anak-anak Bapa Surgawi, dimana kita semua adalah dari keluarga manusia yang sama, dan bahwa kita memiliki nasib yang sama; dan karena itu kita semua harus bekerja untuk menciptakan Komunitas Persaudaraan. Weisman menyatakan bahwa Paus Fransiskus dapat menyampaikan pidato yang begitu hebat kepada sekelompok Mason. [26]

36) Pada bulan April 2015, sebelum kunjungan Paus Francis pada bulan Juli ke Amerika Latin, Grand Master Mason - Edgar Sanchez Caballero dan Gran Logia Symbolica del Paraguay ingin bertemu dengan Paus Argentina itu. Para Mason Paraguay menyatakan bahwa mereka mengagumi Paus Francis atas kepemimpinannya di Gereja dan bahwa mereka berharap dia dapat memengaruhi hierarki gerejaw Paraguay dengan mengubah cara berpikir para Uskup dan dengan demikian mempromosikan persaudaraan yang lebih besar dan keterbukaan yang lebih luas dari umat Gereja Katolik terhadap kaum Mason. Grand Master Caballero menyatakan harapannya di hadapan para Uskup:

Perubahan kepala Gereja Katolik dan pesan pembukaan yang diberikan oleh paus saat ini - kata Grand Masteritu  - masih belum "dicerna" dalam hierarki gerejawi Paraguay, yang mentalitasnya akan berubah ketika para uskup bersedia memperbaharui pandangan hidup mereka.[27]

37) Pada 9 April 2015, Mario Rolleri melaporkan di media Fenixnews tentang wawancara dengan Nicolas Orlando Breglia, Grand Master Grand Lodge di Argentina. Breglia juga yakin bahwa dengan Paus Bergoglio, Gereja akan merevisi posisinya terhadap Freemasonry. Menurut Grand Master Breglia, Paus Francis sedang mengibarkan spanduk Freemasonry. [28]

38) Pada tanggal 11 April 2015, di Grand Lodge Grande Orient of Italy, yang diadakan di Rimini, Mason - Claudio Bonvecchio mempresentasikan bukunya: The Hour of Dialogue. Paus, Gereja, Freemasonry - wawancara oleh Sabatino Alfonso Annecchiarico [L'or del dialogo. Il Papa, la Chiesa, la Libera Muratoria - intervista di Sabatino Alfonso Annecchiarico] (Mimesis Editrice). Ringkasan singkat buku ini, yang merupakan "pembicaraan manis" baru untuk Paus Francis:
Iman, akal budi, humanisme, spiritualitas, berbagai konsep, nilai-nilai - semuanya berbeda dalam sejarah Gereja Kristiani dan budaya sekuler. Terutama sekarang, dengan dorongan Paus Francis, zaman kesalahpahaman itu tampaknya telah berakhir. Gereja dari ‘paus rakyat’ kembali berbicara tentang perasaan, tetapi juga tentang konfrontasi rasional dengan masyarakat dan sejarah. Buku ini membangun jembatan untuk menyelesaikan konfrontasi yang paling rumit, tetapi paling menguntungkan. Ini adalah dokumen yang memungkinkan terwujudnya aliansi baru yang menjadikan manusia sebagai objeknya [“kultus manusia”]. Inisiatif dialog tanpa potongan dari sisi rasionalisme budaya Masonik yang bebas dan matang, tetapi tanpa penyitaan.[29]

39) Dalam edisi Mei 2015 dari Bulletin York Lodge No. 22 A.F. & A.M. (Kennenbunk-Maine USA), Mason - Donald Beane menulis bahwa para Mason harus belajar dari Paus Francis yang berbicara tentang semua orang sebagai bagian dari Keluarga Manusia, dengan satu Bapa untuk semua:

Sebagai kaum Mason, kita cenderung mengikuti teladan Paus Fransiskus yang berbicara tentang semua orang sebagai Keluarga Manusia. Itu adalah keluarga dengan satu Bapa untuk semua, yang berupaya membantu kita menemukan jalan kita kepadanya melalui iman dan pengertian. [30]

40) Pada tanggal 25 Juni 2015, Siaran Pers Grand Lodge of Italy Ketaatan Piazza del Gesù Palazzo Vitelleschi mengklaim bahwa Komandan Agung Sovereign Grand Master Antonio Binni telah menerima dengan penghormatan salinan teks Kabbalistik "Zohar," yang berasal dari organisasi internasional "Proyek Zohar." Pernyataan GLDI menyebutkan bahwa hadiah yang sama diberikan kepada lembaga-lembaga Italia dan juga kepada Paus Francis.[31] Dalam pengertian ini, GLDI tampaknya memberikan beberapa pujian miring atau tidak langsung kepada Paus Roma atau, dalam hal apa pun, untuk menyampaikan gagasan tentang konvergensi, penyetelan, atau afinitas tertentu antara Grand Master Mason Binni dan Paus Francis.

41) Pada 24 Agustus 2015, Oscar Bartoli, Mason Italia dari Grande Oriente d'Italia, [32] tinggal di Washington, DC, dan anggota Rotary Club Washington DC, [33] pendiri Italia Lodge 2001 di Washington (atas kepatuhan Grand Lodge of Washington), [34] menerbitkan di situs webnya sebuah artikel oleh Rosario Amico Roxas yang semuanya merupakan bentuk pujian bagi Paus Francis. [35]

42) Pada tanggal 4 September 2015, Oscar Bartoli yang sama melaporkan dalam artikel, “Paus komunis dan anti-Katolik ini (menurut beberapa orang),” bahwa beberapa kenalannya sendiri (salah seorang teman, mantan pastor bawahannya, dan seorang teman dekat para kardinal dan anggota curia) melihat pada diri Paus Fransiskus adanya bahaya besar bagi Iman Katolik dan masyarakat (misalnya, terlalu banyak “kemudahan” atau “kelalaian” dalam praktik deklarasi pembatalan (anulasi) pernikahan, pemberian ijin berlebihan terhadap orang yang bercerai dan menikah lagi dan terhadap kaum homoseksual, kebingungan di antara umat beriman, sambutan terhadap para imigran yang dipaksakan dan tidak bijaksana, terlalu banyak simpati yang diperlihatkan kepada Fidel Castro, terlalu banyak permusuhan yang diperlihatkan kepada Trump dan partai Republik, sikap demokratis Filipina-AS). Di akhir artikel, Mason Bartoli kemudian berkomentar sebagai berikut: “Paus Francis mengikuti teladan Penyair ilahi: ‘Jangan melihat ke belakang mereka, tetapi lihat dan teruskan ke depan.' ”[36]

43) Oscar Bartoli juga mengelola majalah esoterik, Stenterello, yang pada Oktober 2015, memuji Paus Francis sebagai "seorang Paus dengan bahasa kenabian dan revolusioner," dan sebagai "pembangun jembatan di antara orang-orang yang berbeda."[37]

44) Dari 15 hingga 19 Januari 2015, Paus Francis berada di Filipina. Pada masa itu, sebuah foto muncul di Internet, sebuah poster - atau halaman yang diduga adalah sebuah jurnal Filipina (Philippine Daily Inquirer) – yang berisi sambutan kepada Paus ("Selamat Datang bagi Paus Francis, Paus yang berbelaskasih dan murah hati"), sambutan yang diberikan oleh Grand Lodge of Philippines. [38] Seseorang mengatakan bahwa berita ini palsu [39] ("berita palsu"), tetapi tampaknya tidak terlalu meyakinkan dengan adanya poin-poin berikut.

45) Faktanya, dalam jurnal resmi the Philippine Grand Lodge, The Cabletow (vol. 92, n. 1, Mei-Juni 2015), Grand Master Thomas Rentoy III secara terbuka menyatakan bahwa, setelah mengamati pandangan liberal Paus Francis (“Setelah meninggikan Paus Francis ke Tahta Suci dan mencatat pandangan-pandangan liberal kepausan ini”) hingga akhir 2014, pendahulunya Grand Master Alan Purisima, dalam sebuah surat kepada Paus Francis, kemudian meminta agar Tahta Suci menyatakan bahwa Freemasonry dari Filipina adalah cocok dan sejalan dengan Gereja Katolik dan para anggotanya tidak lagi di exkom.

Selain itu, Masonry Filipina baru-baru ini meminta dari uskup-uskup Filipina, seorang pastor untuk merayakan Misa setiap hari Minggu di Grand Lodge (Pondok Masonik).[40] Kami belum tahu tanggapan Paus atas permintaan dari Freemasonry Filipina ini. Namun, kita tahu jawaban dari para Uskup Filipina (CBCP). Kita akan melihatnya di bagian selanjutnya.

46) Dalam edisi 4 (November-Desember 2015) dari majalah The Cabletow, Mason - Jesse D. Alto mengumumkan bahwa Grand Master yang bertanggung jawab, Thomas Rentoy, telah berhasil mendapatkan izin dari Gereja Katolik Filipina bahwa seorang imam Katolik dapat merayakan Misa setiap hari Minggu di markas Grand Lodge Mason Filipina. Alto juga menulis bahwa, dengan peristiwa yang diizinkan ini, berabad-abad kepercayaan yang keliru, akhirnya, harus diberantas, yang telah mengajarkan bahwa ajaran-ajaran Freemasonry bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Terlebih lagi, Alto ‘yang menjadi wangi oleh dupa’ dari Paus Francis sendiri, dengan antusias mengutip beberapa bagian dari homili Natal Paus. Mason Alto rupanya ingin meyakinkan kita bahwa kaum Mason dan Katolik bersama-sama mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk spiritual.[41]

No comments:

Post a Comment