Tuesday, April 30, 2019

PARA KLERUS DAN ILMUWAN TERKEMUKA, MENUDUH...







by Maike Hickson

 

PARA KLERUS DAN ILMUWAN TERKEMUKA, MENUDUH PAUS FRANCIS MELAKUKAN BIDAAH, DALAM SURAT TERBUKA


30 April 2019 (LifeSiteNews) - Dua puluh orang klerus dan ilmuwan terkemuka, termasuk Pastor Aidan Nichols, salah satu teolog terkenal di belahan dunia berbahasa Inggris, telah mengeluarkan surat terbuka yang menuduh Paus Francis melakukan bidaah. Mereka meminta kepada para uskup Gereja Katolik, kepada siapa surat terbuka itu ditujukan, untuk "mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menghadapi situasi yang sulit" dari seorang paus yang melakukan kejahatan ini.

Para penulis itu mendasarkan tuduhan mereka terhadap perbuatan bidaah dari paus Francis berdasarkan berbagai perbuatan dan perkataan paus Francis yang bertentangan dengan iman serta dukungan-dukunga paus Francis terhadap para uskup yang dalam kehidupan mereka sehari-hari telah menunjukkan diri mereka memiliki rasa tidak hormat yang jelas terhadap iman dan moral Gereja.

"Kami mengambil langkah ini sebagai upaya terakhir untuk menanggapi kerusakan yang diakibatkan oleh perkataan dan tindakan paus Francis selama beberapa tahun ini, yang telah memunculkan salah satu krisis terburuk dalam sejarah Gereja Katolik," demikian kata para penulis surat terbuka itu.

Di antara para penandatangan surat itu adalah para sarjana yang cukup banyak dihormati, seperti Pastor Thomas Crean, Pastor. John Hunwicke, Profesor John Rist, Dr. Anna Silvas, Profesor Claudio Pierantoni, Dr. Peter Kwasniewski, dan Dr. John Lamont. Naskahnya bertanggal "Minggu Paskah" dan muncul pada Hari Perayaan tradisional St. Catherine dari Siena, seorang kudus yang pernah menasihati dan memperingatkan beberapa orang paus pada zamannya.

Dokumen setebal 20 halaman itu merupakan tindak lanjut dari tindakan Koreksi Persaudaraan terhadap paus Francis tahun 2017 yang ditandatangani awalnya oleh 62 orang ilmuwan Katolik, dimana koreksi itu menyatakan bahwa Paus Francis telah “secara efektif mendukung 7 buah sikap atau perbuatan sesat dalam hal pernikahan, kehidupan moral, dan penerimaan sakramen-sakramen, dimana hal itu telah menyebabkan opini-opini sesat ini menyebar di seluruh Gereja Katolik,” khususnya yang tercantum dalam nasihat dan anjuran paus Francis Amoris Laetitia 2016.

Para penulis surat terbuka itu menyatakan dalam ringkasan surat mereka (baca di bawah) bahwa sekarang telah menjadi jelas bahwa paus Francis sadar akan posisinya sendiri yang bertentangan dengan iman dan bahwa waktunya telah tiba untuk bergerak "selangkah lebih maju" dengan mengklaim bahwa paus Francis telah "bersalah karena melakukan kejahatan bidaah."

"Kami membatasi diri dengan menuduhnya bidaah pada kesempatan-kesempatan di mana dia secara terbuka telah menyangkal kebenaran iman, dan kemudian secara konsisten bertindak dengan cara yang menunjukkan bahwa dia telah mengingkari kebenaran-kebenaran, yang telah dia tolak secara terbuka," demikian para penulis surat terbuka itu menyatakan.

Mereka mengklarifikasi bahwa mereka tidak mengklaim bahwa paus Francis telah "menyangkal kebenaran iman dalam pernyataan-pernyataan yang memenuhi syarat bagi sebuah pengajaran kepausan yang sempurna."

"Kami menyatakan bahwa hal ini tidak mungkin, karena itu tidak sesuai dengan bimbingan yang diberikan kepada Gereja oleh Roh Kudus," kata mereka.

Mengingat situasi yang seperti ini, para penulis menyerukan kepada para uskup Gereja untuk mengambil tindakan segera karena "kepausan yang sesat tidak mungkin dapat ditoleransi atau disamarkan, untuk menghindari kejahatan yang lebih buruk."

Karena alasan ini, para penulis “dengan hormat meminta kepada para uskup Gereja untuk menyelidiki tuduhan yang terkandung dalam surat mereka itu, sehingga jika mereka menilai tuduhan-tuduhan itu beralasan, mereka dapat membebaskan Gereja dari kesusahannya saat ini, sesuai dengan pepatah suci, Salus animarum prima lex ('keselamatan jiwa adalah hukum tertinggi'). Para uskup dapat melakukan hal ini, demikian para penulis surat itu menyarankan, “dengan cara memperingatkan paus Francis untuk menolak ajaran-ajaran sesat ini, namun jika dia terus-menerus menolak saran ini, hal itu berarti bahwa dia telah dengan bebas melepaskan dirinya dari jabatan kepausannya.”

Para penulis menyampaikan secara terperinci - dan dengan referensi teologis untuk mendukung klaim mereka – bahwa paus Francis telah telah menunjukkan dirinya menerima, menyebarkan, atau mendukung berbagai sikap yang bertentangan dengan iman, termasuk "tujuh proposisi yang bertentangan dengan kebenaran iman yang diungkapkan secara ilahi."

Salah satu ajaran sesat yang dituduhkan para penulis kepada paus Francis telah dinyatakan dalam proposisi berikut: “Seorang beriman Kristiani yang memiliki pengetahuan penuh tentang hukum ilahi, namun yang secara sukarela memilih untuk melanggarnya dalam masalah-masalah yang serius, tidaklah berada dalam keadaan dosa berat sebagai hasil dari tindakan ini.” Banyak dari pernyataan sesat paus Francis ini menyentuh pertanyaan tentang pernikahan dan keluarga dan hal ini dapat ditemukan di dalam Amoris Laetitia. Tetapi ada juga klaim baru yang dibuat oleh paus Francis pada tahun 2019 - yaitu, bahwa“ keragaman agama "adalah" dikehendaki oleh Allah "- yang tercantum dalam dokumen resmi dan terbuka untuk umum.

Dalam satu bagian dari surat terbuka itu, para penulisnya mendaftar banyak uskup dan umat awam, yang, meskipun secara terbuka menyimpang dari doktrin dan moral Katolik - baik dengan kata-kata atau perbuatan mereka – tetapi justru mereka, oleh Paus Francis, dipuji-puji secara terbuka (seperti misalnya Emma Bonino) atau diangkat ke posisi yang berpengaruh (seperti misalnya Kardinal Oscar Rodrigez Maradiaga). Dalam daftar ini ada nama-nama seperti Kardinal Blase Cupich, Kardinal Godfried Danneels, Kardinal Donald Wuerl, Uskup Gustavo Zanchetta, dan Uskup Juan Barros.

Kenyataan bahwa paus Francis tidak pernah mau menanggapi dubia (pertanyaan) tentang Amoris Laetitia yang disampaikan oleh Cardinals Carlo Caffarra, Joachim Meisner, Walter Brandmüller, dan Raymond Burke, juga disebutkan dalam surat terbuka itu. Selain itu, para penulis menunjukkan bahwa paus Francis telah mengubah anggota Akademi Kepausan bagi Kehidupan sedemikian rupa sehingga para ahli Katolik ortodoks telah digantikan oleh para ahli heterodoks, seperti Pastor Maurizio Chiodi.

Berbicara kepada para uskup di dunia - di antaranya dapat ditemukan sebanyak 222 orang kardinal yang ada saat ini - para penulis surat terbuka itu menyatakan rasa terima kasih mereka kepada para uskup yang telah membela doktrin Katolik melalui kesaksian pribadi mereka sendiri.

“Kami menyadari dengan rasa syukur bahwa beberapa di antara Anda telah menegaskan kembali kebenaran-kebenaran yang bertentangan dengan ajaran sesat yang telah kami cantumkan, atau telah memperingatkan adanya bahaya serius yang mengancam Gereja dalam masa kepausan ini,” kata mereka. Di sini, para kardinal pengusul dubia, tetapi juga Kardinal Willem Eijk, juga disebutkan. Para penulis juga berterima kasih kepada Kardinal Gerhard Müller atas Manifesto Iman yang dikeluarkannya.
Akan tetapi, para penulis percaya bahwa pada masa ini dalam sejarah, enam tahun memasuki masa kepausan Francis, dibutuhkan lebih banyak, yaitu pendekatan yang lebih langsung dan otoritatif. Mereka mengakui keterbatasan mereka sendiri ketika mereka memberi tahu para uskup: “Terlepas dari bukti yang telah kami kemukakan dalam surat ini, kami menyadari bahwa bukanlah hak kami untuk menyatakan paus bersalah atas delik penyesatan bidat dengan cara yang akan memiliki konsekuensi kanonik bagi umat Katolik."

"Karena itu kami memohon kepada Anda semua, para uskup di dunia, sebagai bapa spiritual kami, para wakil Kristus di dalam yurisdiksi Anda sendiri, dan bukan vikaris di Roma, paus Francis, agar Anda secara terbuka menegur paus Fransiskus agar menghapuskan ajaran-ajaran sesat yang telah dianutnya. Bahkan meski tidak menyampaikan pertanyaan tentang kepatuhan pribadi paus Francis kepada keyakinan sesat ini, tetapi perilaku paus Francis sehubungan dengan tujuh proposisi yang bertentangan dengan kebenaran-kebenaran yang disampaikan secara ilahi, yang disebutkan di awal surat ini, para penulis surat itu membenarkan tuduhan delik penyesatan yang dilakukan oleh paus Francis.Tidak diragukan lagi bahwa paus Francis mempromosikan dan menyebarkan pandangan sesat tentang poin-poin ini. Mempromosikan dan menyebarkan ajaran sesat merupakan alasan yang cukup dalam dirinya sendiri untuk tuduhan delik bidaah. Oleh karena itu, ada alasan yang sangat besar bagi para uskup di dunia untuk menganggap serius tuduhan bidaah ini dan agar mereka segera berusaha untuk memperbaiki situasi ini,” kata para penulis itu.

Para penulis memperjelas bahwa itu tergantung pada para uskup di dunia untuk mengambil tindakan dan bahwa mereka tidak memerlukan mayoritas di antara para uskup untuk melakukannya.

"Karena paus Francis telah memanifestasikan ajaran sesat melalui berbagai tindakannya dan juga dengan kata-katanya, maka segala upaya perbaikan harus melibatkan tindakan penolakan dan pembalikan semua tindakan-tindakan ini, termasuk pencalonannya atas para uskup dan kardinal yang telah mendukung segala bidaah ini dengan melalui perkataan atau tindakan mereka. Peringatan seperti itu adalah suatu tugas amal kasih persaudaraan kepada Paus, serta kewajiban kepada Gereja," mereka menyatakan.

"Jika - yang ini dilarang oleh Tuhan! - Paus Francis tidak bisa menghasilkan buah pertobatan sejati dalam menanggapi peringatan ini, maka kami meminta Anda agar melaksanakan tugas Anda untuk menyatakan bahwa dia telah melakukan delik bidaah kanonik dan bahwa dia harus menerima konsekuensi kanonik atas kejahatan ini,” tambah mereka.

Jadi, para penulis menyatakan, “Tindakan-tindakan ini tidak perlu diambil oleh semua uskup Gereja Katolik, atau bahkan oleh mayoritas dari mereka. Bagian penting dan representatif dari para uskup Gereja yang setia akan memiliki kuasa untuk mengambil tindakan ini.”

Dokumen 20 halaman lengkapnya dapat dibaca disini. Bibliografi pilihan untuk mendukung kasus yang dimuat dalam surat terbuka kepada para uskup Gereja Katolik tentang ajaran sesat Paus Fransiskus dapat dibaca di sini.


******


Ringkasan surat terbuka kepada para uskup seperti yang disampaikan oleh para penulis:
Surat Terbuka untuk para uskup Gereja Katolik adalah tahap ketiga dalam proses yang dimulai pada musim panas 2016. Pada waktu itu, sebuah kelompok ad hoc klerus dan cendekiawan Katolik menulis surat pribadi kepada semua kardinal dan patriark Katolik Timur, menunjukkan ajaran sesat dan kekeliruan serius lainnya yang tampak jelas terkandung dalam Anjuran Kerasulan Paus Francis Amoris laetitia. Tahun berikutnya, setelah Paus Francis melanjutkan dengan kata-kata, perbuatan, dan kelalaian dalam menyebarkan banyak bidaah yang sama ini, sebuah 'Koreksi Persaudaraan’ ditujukan kepada paus oleh banyak orang yang sama, juga oleh para klerus dan cendekiawan lainnya. Surat kedua ini dipublikasikan pada September 2017, dan sebuah petisi yang mendukungnya ditandatangani oleh sekitar 14.000 orang. Namun para penulis surat itu menyatakan bahwa mereka tidak berusaha untuk menilai apakah Paus Francis sadar bahwa dia telah menyebabkan penyesatan.

Surat Terbuka yang sekarang ini yang ditujukan kepada para uskup Gereja Katolik, melangkah lebih jauh dengan mengklaim bahwa paus Francis bersalah atas kejahatan bidaah. Kejahatan ini dilakukan ketika seorang Katolik dengan sadar dan terus-menerus menyangkal sesuatu yang dia tahu jika Gereja mengajarkan bahwa hal itu diungkapkan oleh Allah. Secara keseluruhan, kata-kata dan tindakan paus Francis akan menuju kepada penolakan komprehensif atas ajaran Katolik tentang perkawinan dan aktivitas seksual, tentang hukum moral, dan tentang rahmat kerahiman dan pengampunan dosa.

Surat Terbuka juga menunjukkan hubungan antara penolakan terhadap pengajaran Katolik dan persetujuan yang diperlihatkan oleh paus Francis kepada para uskup dan klerus lain yang telah bersalah karena dosa-dosa dan kejahatan seksual, seperti mantan Kardinal Theodore McCarrick, atau mereka yang telah melindungi para klerus lain yang bersalah karena dosa dan kejahatan seksual, seperti Kardinal Godfried Danneels. Perlindungan dan promosi terhadap para klerus yang menolak ajaran Katolik tentang perkawinan, aktivitas seksual, dan tentang hukum moral secara umum, bahkan ketika para klerus ini secara pribadi melanggar hukum moral dan sipil dengan cara-cara yang amat  menghebohkan, adalah cukup konsisten dan layak untuk dianggap sebagai kebijakan dari pihak paus Francis. Setidaknya, itu adalah bukti ketidakpercayaan akan kebenaran ajaran Katolik tentang hal-hal ini. Ini juga menunjukkan strategi paus Francis untuk memaksakan penolakan terhadap ajaran-ajaran ini di dalam Gereja, dengan mengangkat kepada pos-pos berpengaruh terhadap orang-orang yang kehidupan pribadinya didasarkan pada pelanggaran terhadap kebenaran-kebenaran Gereja.

Para penulis surat terbuka menganggap bahwa sebuah kepausan yang sesat tidak mungkin dapat ditoleransi atau dibiarkan tetap berjalan, untuk menghindari kejahatan yang lebih buruk. Hal itu telah menyerang kebaikan dasar Gereja dan harus diperbaiki. Karena alasan inilah maka penelitian itu menyimpulkan dengan menggambarkan prinsip-prinsip teologis dan hukum tradisional yang berlaku untuk situasi saat ini. Para penulis dengan hormat meminta para uskup Gereja untuk menyelidiki tuduhan yang terkandung dalam surat itu, sehingga jika mereka menilai tulisan itu beralasan, mereka dapat membebaskan Gereja dari kesusahannya saat ini, sesuai dengan pepatah suci, Salus animarum prima lex ('keselamatan jiwa adalah hukum tertinggi'). Mereka dapat melakukan hal ini dengan menegur paus Francis agar menolak semua bidaah ini, namun jika dia terus-menerus menolak saran ini, hal itu berarti bahwa dia telah dengan bebas melepaskan dirinya dari jabatan kepausannya.”

Sementara surat terbuka ini adalah dokumen yang tidak biasa, bahkan bersejarah, hukum Gereja sendiri mengatakan bahwa “umat yang setia milik Kristus memiliki hak, dan tugas, sesuai dengan pengetahuan, kompetensi, dan martabat mereka, untuk menyatakan kepada para pastor yang kudus, penilaian mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebaikan Gereja ”(Code of Canon Law, kanon 212.3). Sementara banyak umat Katolik yang berpendapat bahwa seorang paus berbicara tak bisa salah dalam kondisi-kondisi tertentu, yang ditentukan secara ketat, Gereja tidak mengatakan bahwa paus tidak dapat jatuh dalam bidaah di luar kondisi-kondisi ini.

Para penandatangan Surat Terbuka tidak hanya meliputi orang-orang spesialis dalam teologi dan filsafat, tetapi juga akademisi dan cendekiawan dari bidang-bidang lain. Hal ini sangat sesuai dengan klaim sentral dari Surat Terbuka itu, bahwa penolakan paus Francis terhadap kebenaran-kebenaran yang terungkap, adalah bukti bagi setiap umat Katolik yang terdidik dengan baik yang bersedia untuk memeriksa bukti yang ada. Tanda tangan Pastor Aidan Nichols OP dan Profesor John Rist patut dicatat. Pastor Nichols adalah salah satu teolog terkenal di bagian dunia berbahasa Inggris, dan penulis dari banyak buku tentang berbagai topik teologis, termasuk karya Hans Urs von Balthasar dan Joseph Ratzinger. Profesor Rist, yang dikenal karena karyanya dalam filsafat klasik dan sejarah teologi, telah memegang kursi dan jabatan profesor di Universitas Toronto, Augustinianum di Roma, Universitas Katolik Amerika, Universitas Aberdeen, dan Universitas Ibrani Yerusalem.

Surat Terbuka itu dirilis tepat setelah perayaan Pekan Suci dan Minggu Paskah, dengan harapan bahwa 'kesengsaraan’ Gereja saat ini akan segera memberi jalan bagi kebangkitan penuh kebenaran Allah yang menyelamatkan.

Para klerus dan akademisi yang ingin menandatangani surat terbuka dapat mengirimkan nama dan kredensial mereka kepada penyelenggara di alamat email ini: openlettertobishops@gmail.com. Semua permintaan akan diperiksa secara menyeluruh.

No comments:

Post a Comment