Friday, April 12, 2019

UMAT KATOLIK YANG SETIA RELA MENANGGUNG RESIKO KEMATIAN...





UMAT KATOLIK YANG SETIA RELA MENANGGUNG RESIKO KEMATIAN DALAM UPAYA UNTUK MENGHENTIKAN PENGHANCURAN TERHADAP SEBUAH TEMPAT SUCI DI CINA


FENGXIANG, China, 10 April 2019 (LifeSiteNews) - Dua ratus umat Katolik Cina mempertaruhkan nyawa mereka ketika mereka berusaha menghentikan pemerintah Komunis menghancurkan tempat suci yang mereka cintai.

Menurut pastor Bernardo Cervellera, pastor misionaris dan editor Asia News, ke-200 anggota gereja Katolik bawah tanah disitu telah melakukan aksi duduk di tangga tempat suci Mujiaping sejak kemarin malam.

"Kami bersedia menyerahkan nyawa kami," kata salah seorang umat Katolik Cina. Pagi ini setidaknya ada 600 pejabat pemerintah dan polisi tiba di lokasi untuk merobohkan bangunan.

Meski dipersembahkan kepada Hati Kudus, tempat suci itu dianggap sebagai tempat suci Maria karena para peziarah pergi ke sana untuk mengunjungi patung Bunda Maria Terberkati. Pejabat Cina berniat untuk menghancurkan patung serta tempat suci dan gerbang bersejarah yang mengarah menuju anak tangganya.



Tempat suci Mujiaping berada di keuskupan Fengxiang (Shaanxi), dimana pekan lalu agen-agen pemerintah komunis Cina menghancurkan gereja di Qianyang. Dipercayai bahwa keuskupan ini, dipimpin oleh Uskup Luke Li Jingfeng hingga kematiannya akhir tahun 2017, adalah satu-satunya di Cina di mana baik umat awam maupun uskup tidak termasuk dalam Asosiasi Patriotik Katolik Cina yang dikuasai Komunis.

Cervella melaporkan bahwa tidak mungkin umat beriman yang kalah jumlahnya, akan berhasil menghalangi pejabat pemerintah untuk menghancurkan tempat suci itu.

David Mulroney, mantan duta besar Kanada untuk Cina dan seorang Katolik, mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa penghancuran dengan kekerasan terhadap tempat suci Maria adalah "memilukan, dan menunjukkan betapa mendalamnya Partai Komunis Tiongkok takut akan kepercayaan agama."

Dia menambahkan bahwa keberanian umat Katolik Fengxiang sangat menginspirasi banyak orang dan mereka membutuhkan bantuan. “Mereka layak untuk mendapatkan doa-doa kita, mereka juga pantas mendapatkan dukungan dari komunitas internasional,” kata Mulroney.

Dia menambahkan bahwa Vatikan saat ini perlu "menunjukkan suaranya."

"Para diplomat Vatikan tampaknya berpikir bahwa jika mereka berbicara, hal itu akan mengancam perjanjian yang baru-baru ini mereka tandatangani dengan otoritas Cina," kata Mulroney.

"Mereka perlu memahami bahwa apa yang terjadi di Mujiaping adalah buah dari perjanjian Cina-Vatikan itu," lanjutnya.

"Dengan berbicara, membela umat beriman dan kebenaran, Roma akan dapat memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh kegilaannya yang naif terhadap para pemimpin komunis Cina, yang tidak menghargai iman maupun kebenaran."

Pada Oktober 2018, segera setelah Vatikan dan Cina menandatangani perjanjian bersejarah, pihak berwenang Cina menghancurkan tempat-tempat suci Maria (Our Lady of the Seven Sorrows) di Dongergou (Shaanxi) dan Our Lady of Bliss, yang juga dikenal sebagai Our Lady of the Mountain, di Anlong (Guizhou). 


No comments:

Post a Comment