Thursday, January 2, 2020

BAHKAN NERAKA PUN MERUJUK KEPADA KERAHIMAN ALLAH






BAHKAN NERAKA PUN MERUJUK KEPADA KERAHIMAN ALLAH



Neraka Adalah Bukti Bahwa Martabat Manusia Adalah Tinggi.

Doa-doa Offertorium berbicara tentang bagaimana Allah “dengan begitu luar biasa menganugerahkan martabat tinggi kepada sifat manusia”  [1]. Keabadian Neraka memanifestasikan bukti dari martabat yang mulia ini dalam dua cara. Yang pertama adalah bahwa jiwa manusia adalah kekal. Satu-satunya waktu yang masih diciptakan Tuhan dari ketiadaan adalah penciptaan jiwa kita yang kekal di dalam rahim ibu kita. Sesuai sifatnya, Tuhan telah membuat jiwa kita abadi. Jiwa akan tetap ada setelah kematian. Renungkanlah kebenaran yang amat dalam ini. Keberadaan Anda, jiwa Anda, benar-benar abadi dan akan ada selamanya dalam keabadian. Tetapi Anda harus memilih sendiri bentuk keabadian ini: keabadian di dalam kebahagiaan karena penglihatan akan Allah, atau siksaan yang kekal karena terpisah dari Allah.

Kemudian, kita melihat bagian kedua dari martabat manusia yang mulia: kehendak bebasnya. Nasib yang kekal dari jiwa Anda yang kekal bergantung pada pilihan Anda sebelum Anda mati. Pilihan ini akan menentukan nasib Anda. Tuhan tidak akan memaksa Anda. "Kualitas belas kasihan Allah tidaklah dibatasi." [2]. Tuhan tidak akan merusak martabat manusia dengan mengirim manusia ke Surga dengan paksa. Sebab pemaksaan ini akan menghancurkan sifat dasar dari belas kasih, yang merupakan tindakan kasih yang bersifat bebas.

Karena itu, keabadian Neraka adalah bukti bahwa jiwa abadi manusia adalah bebas. Di kedalaman siksaan yang telah menunggu orang-orang yang terkutuk, nasib mereka masih memperlihatkan kemuliaan Allah. Sementara itu, dalam masyarakat, terutama saat ini, yang mempromosikan pengabdiannya pada kebebasan manusia dan hak-hak asasi manusia, maka hukuman abadi telah diabaikan oleh manusia, dan dengan demikian kebebasan dan keabadiannya juga diabaikan. Tidak pernah sebelumnya dimana martabat manusia begitu hancur atas nama martabat itu sendiri, seperti halnya retorika dari zaman modern yang kosong dan jahat sekarang ini.

Meski begitu, Tuhan masih menawarkan pengampunan secara gratis; namun orang yang terkutuk, menolaknya. Dalam hal ini kita melihat kebencian mereka, seperti yang dikatakan St. Alfonsus, “Orang-orang yang terkutuk itu begitu keras kepala dalam dosa-dosa mereka, sehingga bahkan jika Allah memberikan pengampunan, kebencian mereka terhadap-Nya akan membuat mereka menolak pengampunan itu. [3]


Menolak Analisa Psikologis Mengenai Neraka: Tuhan Memang Menghukum Orang Berdosa

Kebenaran atau fakta bahwa jiwa abadi manusia dengan bebas dan keras kepala memilih Neraka tidak akan mengaburkan tindakan Tuhan bagi mereka: Allah tetap menghukum yang terkutuk. Ada beberapa orang yang ingin mengaburkan tindakan Tuhan dalam hal hukuman kekal, seolah-olah manusia adalah satu-satunya penentu nasibnya yang kekal. Memang, orang yang terkutuk juga menginginkan surga - tetapi mereka tidak menginginkan Tuhan. Mereka ingin untuk terus berdosa dan mereka akan menuai hasil kejahatan mereka. Kemudian untuk membenarkan kesalahan mereka, mereka dengan terburu-buru berharap agar semua manusia akan diselamatkan.

Seorang rasul mengecam kebodohan ini:
Janganlah sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. (Gal 6: 7-8).

Beberapa umat Katolik lupa bahwa Tuhan bersabda: …maka Aku membalas dendam kepada lawan-Ku, dan mengadakan pembalasan kepada yang membenci Aku.(Ul 32:41). Manusia bukanlah hakim. Sebaliknya, Yesus Kristus berkata, Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. (Why 1:18) Atas sikap menyepelekan terhadap penghakiman, dengarkanlah Sabda dari Putra Allah:

Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. (Luk. 12: 4–5)

Tuhanlah yang memegang kuasa atas nasib kekal Anda. Karena itu, janganlah mengikuti jalan orang berdosa yang tertipu bahwa dirinya dapat terus memperolokkan Allah dan memenangkan bagi dirinya sendiri ganjaran di dunia yang akan datang. St. Paulus bersikeras melawan anggapan orang berdosa ini:

Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya. Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. (Ibr. 10: 26–31)


Keabadian Neraka Adalah Pasti

Semakin banyak bidaah dan pendosa yang berusaha mempersulit kesederhanaan pengertian Neraka dengan lebih banyak melakukan spekulasi, menerapkan teologi yang muluk-muluk, studi sejarah, sumber-sumber daya, serta berbagai pemikiran ulang yang rumit. Namun mereka tidak mencari satu-satunya jawaban yang benar agar tidak masuk Neraka: BERTOBAT! Seperti dikatakan oleh St. Alphonsus, “Ini bukanlah opini yang dipertentangkan di antara para teolog; ini adalah dogma-dogma iman yang dengan jelas terungkap dalam Kitab Suci.” [4] Seperti ada tertulis, Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (Mat 25:41) Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa… " (Why 14:11) Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya.” (2Tes 1:9)

Jika Neraka itu tidak kekal, maka ia tidak akan menghalangi kita untuk berbuat dosa. Ia tidak akan mendorong kita untuk bertobat. Sejauh mana dosa akan membutakan kita terhadap akibatnya, tidak dapat dilebih-lebihkan. Pada saat pencobaan, Kitab Suci memberi tahu kita tentang dosa: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, (Kej 3:4), dan kita percaya itu! Sesungguhnya, kebutaan karena dosa akan menyebabkan manusia mau menerima hukuman dan kemudian berbuat dosa terus jika hukuman (neraka) itu hanya sementara. Sampai sejauh mana orang-orang berdosa akan memenuhi keinginan dosa mereka? Bukankah dosa Daud menuntunnya untuk menipu dan membunuh? Meski begitu, rasionalisasi dan pembenaran atas dosa tidak ada habisnya. Alasan pembenaran yang diberikan pada saat orang mengalami pencobaan untuk berbuat dosa, tidak dapat dihitung banyaknya.

Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat…. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam.. (Zef. 1:7, 15) Di Neraka, tidak ada jalan untuk kembali. Tidak ada jalan keluar. Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup. (Yes 66:24) Dan Yesus berseru kepada orang fasik: Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? (Mat 23:33)


Carilah Pengampunan Sebelum Penghakiman

Namun Allah kita tidak menakuti kita dengan api Neraka agar kita dapat dikutuk. Seperti yang Dia katakan melalui Nabi:

Bertobatlah, dan lakukan penebusan dosa untuk semua kesalahanmu: maka kesalahan itu tidak akan menjadi kehancuranmu. Singkirkanlah segala pelanggaranmu, yang telah engkau lakukan, dan buatlah bagi dirimu sendiri hati yang baru, dan roh yang baru: dan mengapa kamu akan mati, hai kaum Israel? Karena aku tidak menginginkan kematian orang yang mati, demikianlah firman Tuhan ALLAH, kembalilah kamu dan hiduplah. (Ez. 18: 30–32)

Api neraka ditunjukkan kepada kita sehingga kita dapat menjauhkan diri darinya di dunia yang akan datang. Dalam kekerasan hati kita, api Neraka yang kekal adalah rahmat bagi orang berdosa di dunia, untuk memberi mereka pertobatan yang diperlukan bagi kehidupan kekal. Janganlah mengabaikan belas kasihan bagi jiwamu sendiri, tetapi renungkanlah api Neraka. St. Thomas More berdoa untuk “memperhatikan dan mempertimbangkan api neraka yang kekal.” [5]

St. Alphonsus mengatakan:
Barangsiapa yang mengarahkan pikirannya tentang keabadian, dia tidak akan senang dengan segala kesejahteraan di dunia, juga tidak merasa terganggu oleh berbagai kesulitan; karena dia tidak memiliki keinginan di dunia ini, maka dia tidak perlu takut: dia hanya menginginkan keabadian yang bahagia, dan hanya takut keabadian yang menyedihkan. [6]

St Agustinus mengamati bahwa orang yang berpikir tentang keabadian namun tidak bertobat, telah kehilangan semua iman atau telah kehilangan semua nalarnya [7]. Hari Tuhan sudah dekat. Siapa yang tahu berapa lama hidupmu akan berlangsung? Bertobatlah kepada Tuhan, karena Dia sangat murah hati dalam mengampuni orang berdosa yang menyesal.

Pertimbangkanlah kehidupan kekal atau kematian kekal, dan janganlah tertipu oleh kesenangan sesaat dari hidup ini. Ketika Thomas More dihukum mati oleh raja Henry VIII, istrinya, Louisa, datang kepadanya dengan tujuan menggoda dia untuk mematuhi perintah kerajaan. “Katakan, Lousia, jawab orang suci itu, “berapa tahun aku bisa berharap, dimana sekarang saya sudah sangat tua, berharap untuk bisa hidup?”

“Kamu mungkin,” kata dia, “bisa hidup selama dua puluh tahun lagi, oh wanita bodoh!” serunya, “apakah kamu ingin saya mengutuk jiwa saya sendiri selamanya karena tidak bersedia menderita siksaan dua puluh tahun? [8]

*****

Timothy S. Flanders is the author of Introduction to the Holy Bible for Traditional Catholics. In 2019 he founded The Meaning of Catholic, a lay apostolate. He holds a degree in classical languages from Grand Valley State University and has done graduate work with the Catholic University of Ukraine. He lives in the Midwest with his wife and four children.


1 comment:

  1. Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
    Kesempatan Menang Lebih Besar,
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete