Saturday, January 18, 2020

GEMPA BUMI: BUKU TULISAN BENEDICT XVI DAN KARDINAL SARAH...


GEMPA BUMI: BUKU TULISAN BENEDICT XVI DAN KARDINAL SARAH TENTANG SELIBAT IMAM

NEWS: 



Buku yang menimbulkan ‘gempa bumi’


by Antonio Socci  •  ChurchMilitant.com  •  January 15, 2020   

Gereja bisa berada di jalan menuju 'bunuh diri'

Buku baru yang ditulis oleh Paus Emeritus Benedict XVI dan Kardinal Robert Sarah, From the Depths of Our Hearts, telah menyebabkan gempa bumi bahkan sebelum buku itu diterbitkan, disertai rentetan kemarahan dari kelompok Bergoglianists tertentu, seolah-olah Benediktus tidak memiliki hak untuk berbicara. Bergoglio sendiri, di masa lalu, telah mengajak Benediktus untuk mengekspresikan dirinya.

Gempa tersebut disebabkan oleh tinjauan awal yang diterbitkan di surat kabar tentang pembelaan mereka (Benediktus dan Sarah) akan hidup selibat imam (yang mereka definisikan sebagai ‘tidak boleh tidak’). Tetapi juga dengan nada umum mereka, yang membuktikan gawatnya situasi ini, karena kedua ‘manusia Allah’ ini - walaupun menunjukkan rasa hormat kepada Paus Argentina itu – nampak bahwa mereka berkata keras kepada Bergoglio: "Berhenti!, Anda memimpin Gereja keluar dari jalan, menuju ke dalam lumpur!"

Dengan mengutip St. Agustinus, mereka menegaskan: "Kita tidak bisa lagi diam."

Setelah menahan diri begitu lama dalam menyaksikan sekian banyak perbuatan yang patut disesalkan di Era Bergoglian (seperti berhala Pachamama yang disembah di Basilika Santo Petrus selama Sinode Amazon) – dan setelah lama berusaha melalui cara-cara rahasia dan persaudaraan untuk mencegah Bergoglio dalam mengejar tindak revolusionernya yang memecah belah Gereja – maka mereka sekarang menyatakan bahwa mereka memiliki tugas dari dalam hati nurani mereka di hadapan Allah dan Gereja: "Adalah tugas suci kita untuk mengingat kembali kebenaran imamat Katolik. Dalam masa-masa sulit ini, setiap orang harus takut bahwa suatu hari Tuhan akan memberikan teguran pahit ini kepada dirinya: 'Terkutuklah kamu, karena kamu tidak berkata apa-pun.' "

Mengutip kata-kata St. Catherine dari Siena, ‘pencambuk’ paus yang hebat, Benediktus dan Sarah ingin mengingatkan semua anggota Gereja (terutama Bergoglio) untuk memikirkan satu-satunya penghakiman yang diperhitungkan, yang bukan penghakiman dari surat-surat kabar dan kekuatan dunia ini, tapi penghakiman dari Tuhan.

Satu-satunya penghakiman yang patut diperhitungkan adalah penghakiman Allah. Tweet

Karena itu, adalah salah untuk mengejar tepuk tangan dari media, dari para intelektual dan politisi arus utama; adalah penting untuk menyenangkan Tuhan, sesuatu yang biasanya (seperti yang diperingatkan oleh Yesus di dalam Injil) membawa serta kebencian dan ejekan dari kekuatan-kekuatan duniawi, bukan tepuk tangan.

Peringatan-Peringatan Yang Melampaui Masalah Selibat Saja

 

Tampaknya, bahwa buku itu tidak terbatas pada berteriak "Berhenti!" kepada Bergoglio tentang tema selibat imam, dimana Bergoglio akan segera menerbitkan kesimpulan akhir dari Sinode Amazon, dan juga berteriak kepada para uskup Jerman, yang telah meluncurkan sinode revolutioner mereka (dalam kedua kasus ini, selibat imam menjadi sasaran).

Benediktus dan kardinal Sarah juga membahas masalah-masalah ‘panas’ lainnya - mulai dari Ekaristi hingga liturgi - yang sama-sama mendapat kecaman dari ‘kaum revolusioner dan modernist.’

Sebenarnya, kekuatan klerus saat ini berusaha menyesuaikan diri dengan denominasi Protestan di Eropa utara, dan ini adalah alasan bahwa kontroversi berpusat pada sakramen-sakramen, yang merupakan pilar Gereja Katolik. Bukan kebetulan bahwa imamat, selibat, dan Ekaristi juga merupakan tanda dari pecahnya ajaran dan gereja Luther.

Tetapi dengan mengikuti jalan ini adalah perbuatan bunuh diri bagi Gereja Katolik. Selain itu, kegagalan total model Protestan (seperti ‘pastor yang menikah’) sangat jelas terlihat di Eropa utara, yang sekarang sepenuhnya mengalami keruntuhan dalam iman kristiani. Obral sedang ditawarkan - jubah dan istri, dua barang dengan satu harga – ternyata tidak bisa berfungsi.

Mengikuti jalan ini berarti bunuh diri bagi Gereja Katolik.  Tweet

Hal yang sama dapat dikatakan tentang gagasan progresif lama yang telah gagal di Amerika Selatan, tentang ‘imam-sebagai-satu-dari-kita’ – dimana imam bisa menjadi seorang politisi dan aktivis sosial. Runtuhnya secara vertikal jumlah panggilan dan keanggotaan Gereja di Amerika Latin menunjukkan bahwa model ini mengarah pada akhir dari riwayat Gereja.

 

Komitmen: Menuntut Tapi Menarik


Seorang sosiolog Amerika yang berwibawa, Rodney Stark, yang menganalisis berbagai denominasi di Amerika Serikat, telah menunjukkan bahwa berbagai proposal keagamaan lebih menarik - baik dalam hal keanggotaan atau dalam hal jumlah panggilan. Semakin ia ‘nampak berbeda’ menurut pandangan dunia, semakin ia menawarkan kehidupan yang menuntut dan radikal.

Di dalam Gereja Katolik saat ini, berkembangnya panggilan tidak terjadi sama sekali di kalangan kaum progresif yang menganjurkan untuk merangkul dunia dan ideologi duniawi. Di manakah panggilan berkembang? Di tempat-tempat yang - mengikuti kharisma orang-orang kudus – yang menawarkan pengalaman Surga di bumi, menghadirkan cita-cita yang sangat kuat (inilah tempat-tempat atau kelompok yang dituduh Bergoglio sebagai fundamentalisme dan berusaha dihancurkan olehnya).

Inilah sebabnya mengapa Benediktus dan Kardinal Sarah - yang juga menekankan martabat perkawinan yang luar biasa, hingga diangkat menjadi sakramen oleh Yesus Kristus - menegaskan bahwa imamat harus merupakan sumbangan dan penyerahan diri total kepada Allah, bukan sebagian, untuk menjadi seperti Kristus dan hidup seperti Dia. Itu adalah ‘pelepasan kehidupan keluarga duniawi’ dan mewartakan ‘langit yang baru dan bumi yang baru,’ sedangkan, ‘kemungkinan menahbiskan pria yang menikah akan menyebabkan munculnya bencana pastoral, kebingungan eklesiologis dan mengaburkan pemahaman tentang imamat.’

Sejarah telah menunjukkan bahwa tidak benar bahwa selibat diperkenalkan pada masa setelah Masa Kerasulan, tetapi yang benar adalah sebaliknya: Sejak awal, selibat adalah cita-cita kehidupan kerasulan, untuk mengikuti jejak Yesus (sedangkan pada abad-abad berikutnya orang-orang Kristen Timur memperkenalkan para imam yang sudah menikah, tetapi itu bukanlah Gereja Katolik).

Kardinal Sarah telah mengatakan bahwa dengan intervensi ini, paus Benediktus ‘ingin meyakinkan jutaan orang Kristiani yang merasa kehilangan arah’ dan bahwa dia ingin menghibur begitu banyak imam yang kebingungan saat ini. Pada dasarnya ini adalah peran dari Petrus. Maka bukanlah kebetulan bahwa dia menandatangani buku ini dengan namanya sebagai paus: Benediktus XVI, bukan sebagai Ratzinger.

Antonio Socci
First printed in Libero on Jan. 14, 2020
Translated by Giuseppe Pellegrino

*****


* Sudah Pasti : Francis Akan Menghapus Selibat Di Amerika Selatan

* Seorang Pastor Seharusnya Berbicara Kepada Kawanannya,

* Di dalam Lemari Vatikan – 20. Bab 18 – Seminaris

1 comment:

  1. Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
    Kesempatan Menang Lebih Besar,
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete