Sunday, January 26, 2020

KITA SEDANG MENYAKSIKAN PARA PEMIMPIN GEREJA KATOLIK BERUSAHA ...





KITA SEDANG MENYAKSIKAN PARA PEMIMPIN GEREJA KATOLIK BERUSAHA MELAWAN DAN MENGHANCURKAN GEREJA KATOLIK

by Antonio Socci  •  ChurchMilitant.com  •  January 18, 2020

Nasihat bagi ‘kawanan kecil’ yang tersisa

Joseph Roth menulis novelnya yang berjudul The Antichrist pada tahun 1934, pada zaman totalitarianisme, dan dia berbicara tentang Antikristus sebagai racun dingin dan tanpa perasaan, yang menginfeksi semua orang, merusak jiwa dan bahkan bahasa itu sendiri, yang kini telah kehilangan kontak dengan kenyataan itu sendiri dan membingungkan antara mana yang hitam dan mana yang putih, mana yang benar dan mana yang salah. "Subjek ideal dari rezim totaliter," tulis Hannah Arendt, "bukanlah Nazi atau Komunis yang ajarannya diyakinkan secara paksa, tetapi bahwa Antikris adalah orang yang nalar pembedaannya antara fakta dan fiksi, benar dan salah, sudah tidak ada lagi."

Hari ini tampaknya kita telah mendapati bahwa diri kita telah berada dalam situasi ini.

Bukanlah kebetulan bahwa Benediktus XVI berbicara tentang ‘kediktatoran relativisme.’ Dalam beberapa tahun terakhir kediktatoran (relativisme) ini menjadi semakin mencekik dari pada saat-saat sebelumnya. Tampaknya cahaya telah padam (terutama cahaya Gereja), dan tampaknya bukan hanya pertanyaan tentang kebenaran telah tersapu bersih (bahkan dianggap tidak pantas untuk mengingat bahwa kebenaran itu ada dan bahwa baik dan buruk dan tatanan penciptaan itu ada), tetapi tampaknya juga bukti-buktinya tidak lagi diakui.

Dalam beberapa tahun terakhir, kediktatoran (relativisme) ini menjadi lebih mencekik daripada saat-saat sebelumnya. Tweet

Tampaknya kita menyaksikan pemenuhan ‘ramalan’ Chesterton, yang meramalkan tentang sebuah saat di mana itu akan dianggap sebagai akhir dari dunia, hanya untuk menegaskan kebenaran bahwa dua tambah dua sama dengan empat, atau dedaunan berwarna hijau di musim panas. Iklim ideologis ini - di dunia dan di dalam Gereja - jelas tidak diciptakan secara kebetulan, tetapi karena kekuatan ekonomi, politik dan media di dunia ini telah sangat mendorong ke arah ini.

Kekuatan-kekuatan ini lebih jauh menginginkan bahwa Gereja tidak lagi berbicara tentang ‘klaim kebenaran’ yang melekat dalam Injil, dan pada saat yang sama mereka (kekuatan-kekuatan itu) telah memberlakukan ‘satu cara berpikir yang benar’ yang secara dogmatis mendominasi dan tidak mengakui pertanyaan atau diskusi yang kritis.

Bertindak dengan Iman Yang Baik versus bertindak Menghancurkan Iman

 

Pada Mei 2013 di Lateran, Benediktus XVI menjelaskan bahwa seorang paus tidak dapat dan tidak boleh menggunakan Tahta Petrus untuk menegaskan gagasan dan pendapat pribadinya, tetapi hanya dan selalu menyampaikan ajaran Gereja, karena paus tidak lebih unggul dari Firman Tuhan, karena paus hanyalah pelayannya. Seharusnya tidak ada lagi yang ditambahkan kepada hal ini.

Tetapi saya membayangkan bahwa pada titik ini, seseorang dapat menolak saya dengan berkata bahwa Bergoglio belum benar-benar melenceng ke luar dari mandat Petrus dan bahwa dia hanya mencari aplikasi pastoral dari Iman yang disesuaikan dengan zaman. Tetapi jelas di atas segalanya, bahwa apa yang disebut revolusi pastoral yang sedang dilakukan oleh Bergoglio saat ini sebenarnya menghancurkan doktrin itu sendiri, sehingga itu adalah sebuah fiksi yang licik.

Jelas bahwa apa yang disebut revolusi pastoral sebenarnya menghancurkan doktrin itu sendiri. Tweet

Tetapi apa yang ada dalam pikiran dan hati kepemimpinan saat ini? Secara alami, tidak ada orang yang bisa menilai niat hati nurani individu. Namun harus dikatakan bahwa ketika seseorang bertindak dengan itikad baik, maka dia pastilah bersedia untuk mempertimbangkan dubia [keraguan] dari orang-orang di sekitarnya, bersedia untuk mempertanyakan dirinya sendiri, dan di atas semua itu, dia harus bersedia untuk mengenali adanya penolakan terhadap kenyataan.

Dalam hal ini dapat juga diasumsikan - pada awalnya - bahwa ide ‘pastoral’ tentang ‘mendekati’ dunia untuk membawa orang-orang kedalam Gereja, mestinya dilakukan dengan itikad yang baik, tetapi gagasan (samar-samar) ini dengan cepat terbukti tidak berhasil selama tahun-tahun pasca-konsiliar - terutama di Amerika Latin - dan sejak awal, itu jelas merupakan jalan yang buruk. Hasil yang gagal total dari tahun 1960-an dan 1970-an telah dikonfirmasi dalam tujuh tahun terakhir, tetapi tidak ada yang memiliki pikiran yang lainnya. Pada kenyataannya, telah diserukan dengan keras bahwa revolusi harus diteruskan sampai selesai.

Ya, berbuat salah itu manusiawi, tetapi bertahan dalam kesalahan, itu adalah jahat. Ketika kita menambahkan kepada  kebangkrutan dan kegagalan ini dengan hasil-hasil penyerahan ideologis Gereja yang kini terbukti jelas, kepada kekuatan-kekuatan dunia ini (yang jelas-jelas anti-Katolik), dan ketika kita juga melihat tangan besi menghantam orang-orang itu, baik kaum religius mau pun umat awam, yang ingin tetap setia kepada ajaran Gereja yang abadi, saya bisa mengatakan bahwa kita sedang menyaksikan para pemimpin Gereja Katolik sedang berusaha menentang dan menghancurkan Gereja Katolik.

Juga dalam hal ini, tidak ada orang yang bisa berpura-pura mengetahui pemikiran pribadi Benediktus XVI. Tentu saja, paus Francis tidak dipilih olehnya, tetapi oleh sebuah Kolese Kardinal yang jelas tidak memiliki pengetahuan tentang kandidat selama konklaf dan pra-konklaf, dimana ada banyak sekali detail yang masih perlu diklarifikasi. Tetapi, sejauh menyangkut pengunduran diri dan pilihannya untuk menjadi ‘paus emeritus,’ saya percaya bahwa, berdasarkan dokumen yang ada, sekarang jelas bahwa Benediktus XVI tidak bermaksud untuk mengundurkan diri - atau benar-benar mengundurkan diri - munus Petrine .

Sebagai uskup agung, Georg Gänswein menjelaskan dalam konferensinya yang terkenal di Universitas Gregorian:

Baik sebelum dan sesudah pengunduran dirinya, Benediktus memahami tugasnya untuk berpartisipasi dalam ‘pelayanan Petrus.’ Dia meninggalkan tahta kepausan, namun dengan langkah yang diambil pada 11 Februari 2013, dia sama sekali tidak meninggalkan pelayanan ini. ... Dia tidak meninggalkan jabatan Petrus, sesuatu yang sama sekali tidak mungkin baginya setelah penerimaannya yang tidak dapat dibatalkan terhadap jabatan itu pada April 2005.

Ini sepertinya kata-kata yang meledak-ledak (dan tidak pernah ditolak oleh Paus Benediktus). Kolaborator terdekat dari Benediktus XVI itu menjelaskan kepada kita bahwa bagi Joseph Ratzinger, "penerimaan jabatan" Peter "tidak dapat dibatalkan" dan meninggalkannya "sama sekali mustahil." Meskipun Vatikan terus berpura-pura bahwa semuanya sudah jelas, tetapi kita – umat Kristiani - diizinkan untuk mengajukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Februari 2013 dan apa nama tempat atau jabatan Benediktus XVI dalam Gereja saat ini.

 

Gereja versus Para Pejabat Gereja


Saya akan membedakan - seperti yang telah diajarkan oleh orang-orang kudus kepada kita - Gereja dari para pejabat Gereja. Gereja tetap menjadi Mempelai Kristus, berhasrat untuk menyenangkan Allah; sedangkan sebagian dari para pejabat Gereja menunjukkan diri mereka sangat berhasrat untuk menerima tepuk tangan sanjungan dari dunia, yaitu, kekuatan-kekuatan dunia ini. Pikiran tentang penghakiman Allah tampaknya bahkan tidak terlintas dalam benak mereka (para pejabat Gereja).

Seperti yang Anda ingat, Paul VI menceritakan kesedihannya tentang situasi ini kepada temannya, Jean Guitton:

Ada gangguan yang besar pada saat ini di dunia dan di dalam Gereja, dan yang dipertanyakan adalah Iman. Hal ini sering terjadi sekarang, ketika saya mengulangi kalimat misteri dari Yesus dalam Injil St. Lukas: "Ketika Anak Manusia kembali, apakah Ia masih menemukan iman di dunia?" Apa yang mengejutkan saya, ketika saya merenungkan dunia Katolik, adalah bahwa kadang-kadang dalam agama Katolik, jenis pemikiran non-Katolik tampaknya mendominasi, dan mungkin terjadi bahwa dalam waktu dekat pemikiran non-Katolik ini di dalam agama Katolik akan mendominasi sepenuhnya. Tetapi hal itu tidak akan pernah mewakili pemikiran Gereja. Adalah penting bahwa kawanan kecil yang setia, terus ada, sekecil apa pun itu.

Jadi, apa saran untuk ‘kawanan kecil’ ini?

Teruslah bertobat dan tetap setia dan bersatu: setia kepada Kristus, setia kepada Gereja, setia kepada Katekismus Gereja Katolik, setia kepada kepausan, setia kepada apa yang selalu diajarkan Gereja dan di mana-mana dari St. Peter hingga Benedict XVI.

Bersaksilah tentang kebenaran seperti yang diminta Yesus kepada kita dalam Injil (yaitu, dengan gagah berani), dan berdoa untuk pertobatan Bergoglio, agar dia dapat memeriksa kembali langkah-langkahnya, memperbaiki dirinya sendiri, dan tidak melakukan penghancuran lebih jauh terhadap Gereja Kristus.

Akhirnya, berdoalah kepada Yesus Kristus, memohon kepada-Nya untuk secara nyata memberikan seorang paus Katolik kembali kepada Gereja-Nya dan agar paus itu dapat memberikan kesaksian bagi keselamatan dunia.

*****
Antonio Socci's latest book Il dio mercato, la Chiesa e l'Anticristo (The Market As God, the Church, and the Antichrist) is a passionate and wide-ranging analysis of the present situation of the Church, which the author has called "a situation that is now beyond the limits of sustainability, given the Bergoglian direction and the side-by-side presence of two popes who, although showing each other ceremonial courtesy, say opposing things."



*****


* Apakah Kita Sedang Menyaksikan Sebuah Angkatan

* LDM, 19 Januari 2020

1 comment:

  1. Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
    Kesempatan Menang Lebih Besar,
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete