PENGUNGKAP KEBENARAN COVID-19 DAN PELECEHAN SEXUAL KLERUS
Dr. Li Wenliang &
Uskup Agung Carlo Maria Viganò
Dua orang whistle blower (pengungkap kebenaran),
yang satu di Wuhan dan yang satu di Vatikan
Kematian dari pelapor dan pengungkap kebenaran, Dr. Li
Wenliang, seorang dokter yang ditangkap oleh polisi Wuhan karena memperingatkan
publik tentang ancaman mematikan virus corona, telah memicu ‘tingkat kemarahan kolektif dan kesedihan yang tak terlihat
di media sosial China.’
Cara para pejabat pemerintah komunis Cina dalam menangani
pandemi coronavirus sama dengan cara dari para pemimpin Gereja Katolik yang
telah menutupi tingkat kegawatan sebenarnya dan penyebab sebenarnya dari
pelecehan seks di kalangan klerus.
Sementara sebagian besar laporan pelecehan sexual selama
beberapa tahun terakhir telah mengalir keluar dari Amerika Serikat, maka kantor
Vatikan yang bertanggung jawab atas kasus-kasus pelecehan seks ulama telah
melaporkan memproses 1.000 kasus pada tahun 2019 saja, dimana banyak laporan
itu berasal dari negara-negara yang belum pernah terdengar sebelumnya. Perkembangan
ini membuat beberapa pengamat Vatikan percaya bahwa "yang terburuk masih
belum datang atau belum
muncul."
Pada tahun 1985, pastor Dominikan, Thomas Doyle, telah memperingatkan
para pejabat Vatikan dan semua uskup A.S. tentang konsekuensi serius dari banyaknya
pelecehan seksual di kalangan klerus dalam laporannya yang ditulis bersama, "Masalah Penganiayaan Seksual oleh Klerus Katolik Roma: Mengatasi
Masalah dengan Cara yang Komprehensif dan Bertanggung Jawab."
Cara para pejabat komunis China menangani Dr. Li Wenliang
mengingatkan kita bagaimana para pemimpin Gereja memecat pastor Doyle dari
posisinya di kedubes Apostolik di Washington, D.C. dan mengubur laporan rekan
penulisnya. Saat itu, Uskup Agung Edwin O'Brien yang mencabut dukungan terhadap
pastor Doyle dan kemudian Theodore McCarrick ikut-ikutan mencabut peran dan
profesi imamat dari Doyle, serta mengancam Doyle agar dia tidak memberi tahu
umat paroki tentang pelecehan anak di bawah umur, seminaris, dan dewasa muda,
yang dia tahu sedang dilakukan dan ditutup-tutupi.
Sama seperti ratusan ribu orang akan bisa menghindari
tertular virus korona seandainya para pejabat komunis Cina mau menerima saran
dari Dr. Li Wenliang, begitu juga ada ribuan umat Katolik di AS dan ratusan
ribu umat Katolik di dunia akan bisa menghindari tindakan pelecehan seksual
oleh para imam jika saja para pejabat Gereja mau memperhatikan peringatan dari
pastor Doyle dan tidak menutup-nutupi laporan pastor itu. Sementara Doyle
memperingatkan bahwa harga untuk mengabaikan masalah ini dapat menelan biaya
Gereja sebesar $ 1 miliar, ternyata Gereja
AS sampai saat ini telah membayar hampir $
4 miliar untuk penyelesaian pelanggaran dan biaya hukum dari kasus-kasus
pelecehan sexual yang dilakukan oleh para anggotanya.
Doyle bukanlah satu-satunya ahli yang peringatannya diabaikan
dan ditutup-tutupi. Pada tahun 2001 Boy Scouts of America sedang berdebat untuk
menentukan apakah memungkinkan kaum homoseksual untuk bertindak sebagai
scoutmasters. Lebih dari 20 tahun sebelumnya, para uskup Katolik sudah mulai
menerima kaum gay untuk belajar menjadi imam sebagaimana didokumentasikan oleh pastor
Dr. D. Paul Sullins dalam penelitiannya di tahun 2018, dalam bukunya "Report: Clergy Sexual Abuse." Sebelum para pemimpin
pramuka itu memutuskan untuk mengizinkan orang gay menjadi pemandu pramuka,
mereka diperingatkan akan konsekuensinya yang serius oleh Dr. Judith Reisman, yang penelitiannya, bersama dengan teman-temannya yang lain, menunjukkan betapa "73%
homoseksual mengakui telah memangsa para remaja atau anak laki-laki muda."
Semua institusi yang kuat tampaknya mencapai titik di mana
mereka bekerja untuk melindungi diri mereka sendiri, bukannya melindungi
orang-orang yang dirancang untuk dilayani oleh institusi-institusi itu. Tweet
Seperti yang kita
ketahui sekarang, para pejabat Pramuka di Amerika Serikat mengabaikan
peringatan Reisman dengan meyakini pendapat bahwa tidak ada hubungan antara
pedofilia dan homoseksualitas. Namun, yang tidak bisa dipahami oleh para
pemimpin pramuka itu adalah bahwa tidak seperti Cub Scouts, Boy Scouts, mereka adalah
anak-anak pasca-puber dan bukan
anak-anak pra-puber.
Hanya beberapa tahun setelah Boy Scouts mulai mengizinkan
kaum gay untuk menjadi scoutmasters, para peneliti dari John Jay College of
Criminal Justice melaporkan bahwa lebih
dari 80% korban pelecehan seks klerus adalah anak-anak remaja pasca-puber. Para peneliti lebih lanjut
menunjukkan bahwa hubungan antara homoseksualitas dan pedofilia tidak relevan
karena kurang dari 5% imam-imam dengan menyandang tuduhan pelecehan sexual, menunjukkan perilaku
yang konsisten dengan pedofilia."
Oleh karena itu, sementara homoseksual mungkin tidak menjadi ancaman bagi anak-anak
pra-puber, tetapi seseorang tidak dapat berargumen bahwa imam-imam
gay dan para scoutmaster tidak mengancam kaum pria dan anak laki-laki. Jika
tidak ada risiko yang terlibat, maka Boy Scouts of America mungkin tidak akan
mengumumkan pengajuan Bab 11 tentang Kebangkrutan pada 17 Februari 2020 seperti halnya lebih
dari 20 keuskupan Katolik di Amerika Serikat dan ordo-ordo
religius telah melakukannya.
Telah ditunjukkan bahwa para pejabat Cina sangat tidak memadai
dalam melaporkan jumlah warga Tiongkok yang terkena virus corona. Pada 18
Februari 2020, dilaporkan bahwa "otoritas
China mungkin telah
menghitung terlalu rendah jumlah infeksi COVID-19 yang secara mengejutkan
sebesar 520%." Pelaporan angka yang terlalu kecil ini tidak berbeda dengan
pelaporan yang sangat kurang dari para
uskup A.S. kepada para
peneliti dari lembaga John Jay. Jika Studi John Jay 2004 membuat orang percaya
bahwa hanya "sekitar 4% klerus Katolik yang diduga melakukan pelecehan
seksual terhadap anak di bawah umur selama paruh terakhir abad ke-20," hal
itu karena banyak uskup yang tidak mau melaporkan jumlah pelecehan seksual di
keuskupan mereka.
Sebelum kemudian menjadi kardinal, Uskup Agung Edwin O'Brien
dari Keuskupan Agung untuk Layanan Militer (AMS) melaporkan hanya ada dua
kasus pelecehan seksual yang melibatkan anak di bawah umur selama
periode 52 tahun (1950-2002) dari Studi John Jay yang pertama. Meskipun ini adalah
dua kasus lebih dari apa yang dilaporkan oleh paus Francis ketika dia menjadi
uskup agung Buenos Aires (Di keuskupan saya hal itu tidak pernah terjadi"), namun lembaga Akuntabilitas Uskup sejak itu telah menemukan lebih dari 150 imam AMS dengan tuduhan pelecehan sexual dengan kategori
‘dapat dipercaya.’
Presiden Cina Xi Jinping dan Paus Francis sama-sama berada di
bawah pengawasan ketat atas penanganan krisis mereka masing-masing. Tweet
Kantor Berita Associated Press baru-baru ini juga mengidentifikasi "lebih dari 900
anggota klerus yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak, ternyata
nama-nama mereka hilang dari daftar yang dirilis oleh keuskupan dan ordo religius
tempat mereka bekerja." Laporan penyalahgunaan sexual dengan angka-angka
yang jauh lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya, yang dilaporkan oleh para
pejabat Gereja pembohong, mengungkapkan bahwa persentase klerus kejam itu
adalah jauh lebih tinggi daripada apa yang dilaporkan oleh tim peneliti John
Jay.
Sama seperti orang-orang di
seluruh dunia yang sangat marah kepada
pejabat China karena mereka melaporkan COVID-19 yang lebih rendah daripada
kenyataan, atau yang tidak dilaporkan dan menutupi laporan oleh dokter seperti
Li Wenliang, bahwa virus baru itu benar-benar ditularkan dari orang ke orang,
demikian juga banyak umat Katolik dan orang tua dari para Pramuka Amerika
Serikat. marah pada Gereja dan para pejabatnya karena membiarkan pemangsaan
homoseksual terhadap anak-anak mereka, bukannya mengindahkan peringatan
orang-orang seperti pastor Thomas Doyle dan Dr. Judith Reisman.
Pator John Paul Kalchik
Presiden Cina Xi Jinping dan Paus Francis sama-sama berada di
bawah pengawasan ketat atas penanganan krisis mereka masing-masing. Yang
menarik, Ren Zhiqiang, seorang kritikus utama Presiden Xi, dan Uskup
Agung Carlo Maria Viganò, keduanya dilaporkan telah
bersembunyi. Beberapa teman Ren Zhiqiang takut akan keselamatan
nyawanya.
Setelah paus mengumumkan, 18 bulan yang
lalu, bahwa penyelidikan akan dilakukan sebagai tanggapan atas tuduhan bahwa dia
dan para wali gereja tingkat tinggi lainnya menutup-nutupi kasus pemangsa
homoseksual, mantan kardinal Theodore McCarrick, namun hingga
kini belum ada laporan yang
dikeluarkan oleh Vatikan soal itu. Seorang reporter investigator, pemenang
Hadiah Pulitzer, yang telah meliput COVID-19 dan kisah-kisah pelecehan seks di
kalangan klerus Katolik, dan yang ingin tetap anonim, berpendapat,
"Lembaga-lembaga yang kuat semua tampaknya mencapai titik di mana mereka
bekerja untuk melindungi diri mereka sendiri dan institusi mereka, bukannya
melindungi orang-orang yang dirancang untuk mereka layani."
Sama seperti Presiden Xi membalas terhadap tindakan
Li Wenliang dan yang lain-lainnya yang mengkritik penanganannya atas apa yang kini
telah menjadi pandemi, demikian juga dengan para wali gereja seperti kardinal Blase Cupich
dan uskup Barry
Knestout membalas dendam terhadap para pastor, seperti pastor
Paul John Kalchik
dan Mark White
yang, seperti Uskup
Agung Viganò, telah
mengkritik Paus Francis dan para pemimpin Gereja karena menutupi hubungan
antara homoseksualitas dan penyalahgunaan klerus terhadap anak di bawah umur,
seminaris, dan orang dewasa yang rentan. Berbeda dengan Li Wenliang
yang sudah mati; Ren Zhiqiang yang
"hilang"; dan Uskup Agung Viganò yang
bersembunyi; pastor Mark White telah dibungkam dan pastor Paul John Kalchik belum dipulihkan jabatannya untuk melakukan
pelayanan, setelah dia bersama umat paroki membakar spanduk pelangi (LGBT) yang
digantung di dalam gereja oleh pastor gay sebelumnya, yang meninggal dalam keadaan yang paling memalukan.
*****
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*