Friday, July 8, 2022

Seorang Imam Afrika Menanggapi paus Francis

 


 Seorang Imam Afrika Menanggapi paus Francis:

”Anda Telah Berkali-kali Membohongi Seluruh Dunia dengan Melawan Tradisi Kristiani”

 https://www.complicitclergy.com/2022/07/03/african-priest-responds-to-pope-francis-you-have-scandalized-the-whole-world-several-times-by-contradicting-christian-tradition/?fbclid=IwAR0Y14DcU4_bbaq4jfiF1HXZ7Gm_rxLS_lTTaP2z3-Xh6rabUXk71iQGJH8

 

July 3, 2022 from Rorate Caeli by Peter Kwasniewski

 

Abbé Janvier Gbénou (nama samaran: Pastor Jesusmary Missigbètò), yang sering menjadi berita karena kritiknya yang blak-blakan terhadap paus Francis (lihat, misalnya, di sini, di sini, dan di sini) yang membuatnya dipecat dari Opus Dei, telah menulis tanggapan publik terhadap dekret terakhir yang, menurut catatannya, melarang dia untuk berkhotbah, melayani pengakuan dosa, atau merayakan Misa, baik di depan umum maupun secara pribadi. Pada 1 Juli 2022, dia memposting dalam beberapa bahasa, dalam PDF dan di Facebook, jawaban resminya kepada paus Francis dan kepada Kongregasi untuk Para Uskup. Karena ini adalah dokumen dengan kejelasan, relevansi, dan urgensi yang luar biasa, maka kami memposting ulang di sini di Rorate-Caeli

 

 

Abidjan – July 1, 2022

To the Reigning Pontiff
Pope Francis

 

Bapa Suci yang terkasih,

 

Saya baru saja menerima Dekrit Kongregasi Para Uskup, yang ditandatangani oleh Anda dan Kardinal Marc Ouellet, di mana Anda mengesahkan sanksi yang dijatuhkan kepada saya oleh Kepala Opus Dei karena, menurut Dekrit tersebut, saya kurang “menghormati dan mematuhi Paus” (Hukum Kanonik 273). Singkatnya, saya dilarang berkhotbah, memberikan pengakuan dosa, dan merayakan Misa di tempat umum maupun pribadi.

 

Saya mencatat keputusan Anda, yang tidak saya setujui, karena itu adalah sungguh tidak adil. Selain itu, saya tidak dapat, dalam hati nurani, menghentikan kritik terbuka saya terhadap paus Francis karena, sejak 2016, Anda sendiri secara serius tidak memiliki “rasa hormat dan ketaatan kepada Tuhan dan umat Tuhan”.

 

Memang, sebelum menjadi paus dan uskup, Anda adalah seorang imam dan, menurut Kitab Hukum Kanonik, “dalam menjalani hidup mereka, para klerus terikat secara khusus untuk mengejar kesucian karena, setelah dikonsekrasikan (ditahbiskan) kepada Allah dengan gelar baru dengan melalui penerimaan perintah-perintah, mereka adalah penyalur misteri-misteri  Allah demi pelayanan kepada umat-Nya” (276). Selanjutnya, sebagai uskup dan paus, Anda seharusnya memperhatikan kanon berikut: “...seorang yang murtad dari iman, bidaah, atau skismatis, akan mendatangkan ekskomunikasi latae sententiae” (1364); “seseorang yang dalam perbuatan atau pidato di depan publik, atau dalam tulisan yang diterbitkan, atau dalam penggunaan lain dari instrumen komunikasi sosial mengucapkan penghujatan, melukai nilai-nilai moral yang baik, mengungkapkan penghinaan, atau membangkitkan kebencian atau penghinaan terhadap agama atau Gereja, harus dihukum dengan hukuman yang adil” (1369).

 

Bapa Suci, izinkan saya memberi tahu Anda bahwa Anda telah gagal dalam tugas kesucian imamat, episkopal dan kepausan yang kudus; dan bahwa Anda telah menyebarkan ajaran sesat dan sangat melukai nilai-nillai moral yang baik. Dan dalam kasus Anda, lebih dari seorang imam atau uskup biasa, ini bahkan sangat serius, karena teladan baik seorang paus dapat melakukan banyak hal baik, sementara teladan buruknya dapat sangat merugikan.

Harap diingat Sabda berikut dari Yesus Kristus, Tuhan dan Guru kita, Hakim Sejati bagi semua orang dan bahkan Hakim dari paus Francis: “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lukas 12:48); "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang melakukannya.” (Matius 18:6-7). Dan Anda telah membuat banyak sekali skandal di seluruh dunia hingga berkali-kali dengan bertindak melawan Tradisi Kristen. Sekarang saya akan memberikan buktinya…

 

1. Apakah secara moral dibenarkan bagi seorang Kristiani, seorang imam atau seorang uskup untuk berinisiatif meminta undang-undang yang mengijinkan koeksistensi homoseksual? Tuhan dan Gereja Katolik selalu berkata 'tidak'. Paus St. Yohanes Paulus II dan Paus Emeritus Benediktus XVI telah mengingatkan kita bahwa setiap orang Kristen memiliki “kewajiban untuk bersaksi tentang kebenaran” dan untuk menunjukkan “penentangan pribadi yang mutlak terhadap hukum atau undang-undang semacam itu”, jika tidak, orang tersebut melakukan tindakan “amoral yang parah” (Dokumen Kongregasi Ajaran Iman; 3 Juni 2003). Sayangnya, Anda telah menjawab 'ya' untuk kasus seperti ini. Pada 21 Oktober 2020 dan 15 September 2021, Anda secara terbuka menyerukan adopsi undang-undang koeksistensi sipil homoseksual (lih. surat terbuka pertama saya): “Apa yang harus kita lakukan adalah undang-undang koeksistensi sipil; mereka memiliki hak untuk dilindungi secara hukum.

Saya membela ini.” Izinkan saya menunjukkan kepada Anda, Bapa Suci, di mana letak kesalahan Anda: Anda telah mengacaukan antara "hukum koeksistensi" dengan "hukum perlindungan". Hukum koeksistensi terkait dengan ideologi LGBTQ, sedangkan hukum perlindungan terkait dengan diskriminasi manusia. Ada undang-undang perlindungan untuk anak-anak, wanita hamil, penyandang cacat, migran, tahanan, dll. Semua orang ini berhak atas pertimbangan dan perlakuan yang manusiawi, tetapi mereka tidak memerlukan undang-undang koeksistensi homoseksual khusus.

 

2. Apakah secara moral dibenarkan untuk memberikan Sakramen Ekaristi kepada politisi pro-aborsi yang mendukung aborsi? Tuhan dan Gereja Katolik selalu menjawab 'tidak' (lih. Kitab Hukum Kanonik 915-916). Sayangnya, Anda telah menjawab 'ya'. Pada 15 September 2021, Anda secara terbuka setuju, dengan dukungan luar biasa dari Kardinal Ladaria, Peter Turkson, Wilton Gregory, Uskup Agung Paglia dan Michael Jackels, dll. (lih. surat terbuka ke-4 saya). Pada tanggal 29 Juni 2022, tentu saja secara sadar dan terencana, Anda mengizinkan Nancy Pelosi, yang dikenal publik karena dukungannya terhadap aborsi, untuk menerima Ekaristi Kudus di Vatikan, selama Misa yang Anda rayakan, dan mengetahui sepenuhnya bahwa ini dilarang di depan umum untuk dia oleh uskup di tempat tinggalnya. Jadi, Anda memimpin Gereja Katolik untuk tidak menghormati hukumnya sendiri yang diberikan dalam Kitab Hukum Kanonik dan Anda telah tidak menghormati Tuhan dan Umat Katolik.

 

3. Apakah secara moral dibenarkan untuk melakukan histerektomi (pengangkatan rahim) dengan persetujuan ahli medis tetapi tanpa ada keadaan darurat medis untuk kesehatan si ibu? Tuhan dan Gereja Katolik selalu berkata 'tidak' untuk kasus seperti ini. Paus St. Yohanes Paulus II dan Paus Emeritus Benediktus XVI telah menjelaskan bahwa jika sekelompok ahli medis mengkonfirmasi kepada seorang wanita bahwa kehamilannya di masa depan tidak akan menimbulkan ancaman bagi kesehatan atau hidupnya, dia tidak dapat mengangkat rahimnya dengan alasan bahwa kehamilannya di masa depan tidak akan pernah sampai berusia layak untuk dilahirkan (lih. Dokumen Kongregasi untuk Ajaran Iman; 31 Juli 1993). Sayangnya, Anda dan Kongregasi Ajaran Iman telah menjawab 'ya'. Pada 10 Desember 2018, bersama dengan Kardinal Luis Francisco Ladaria Ferrer, S.J., (Prefek) dan Uskup Agung Giacomo Morandi (Sekretaris), Anda membuka pintu untuk tindakan sterilisasi langsung, tindakan anti-natalis pertama dari Gereja Katolik dan kesalahan pertama bagi Kongregasi Ajaran Iman (lih. surat terbuka saya yang ke-3).

 

4. Apakah secara moral dibenarkan untuk mengatakan bahwa “komitmen untuk hidup dalam keadaan kontinensia dapat diajukan” kepada orang Kristen dan merupakan “sebuah pilihan”? Tuhan dan Gereja Katolik selalu menjawab 'tidak'. Semua umat Katolik dengan pendidikan Kristen ortodoks minimal sekali pun (dan bahkan non-Kristen yang berusaha untuk menjalankan hukum moral kodrat) tahu bahwa kesucian tidak pernah menjadi sebuah pilihan, tetapi itu adalah kewajiban moral yang serius bagi setiap manusia (bdk. Katekismus Gereja Katolik 2331- 2400). Sayangnya, Anda telah menjawab 'ya'. Pada tanggal 5 September 2016, Anda dan para uskup dari Wilayah Pastoral Buenos Aires menyatakan bahwa “komitmen untuk hidup dalam kontinensia dapat diusulkan. Amoris laetitia tidak mengabaikan kesulitan dari opsi ini… opsi tersebut mungkin sebenarnya tidak layak” Selanjutnya, pada tanggal 5 Juni 2017, Anda memerintahkan agar ketiga kalimat ini diterbitkan sebagai “Magisterium authenticum” (Acta Apostolicae Sedis 108). Dalam 2.000 tahun sejarah Katolik, ini adalah kesalahan doktrin-moral kepausan pertama yang dicatat dalam Arsip Vatikan (lih. surat terbuka saya yang ke-2), dengan dukungan yang menakjubkan dari beberapa kardinal, uskup dan imam: Parolin, Kasper, Schönborn, Coccopalmerio, Vallini, Cupich, Grech, Paglia, Forte, Scicluna, Fenoy, McElroy, Spadaro, Bordeyne, dll.

 

Sanksi terhadap diri saya pagi ini memperjelas bahwa Anda, dan (Monsignor) Fernando Ocáriz, dan Kardinal Marc Ouellet, masih memiliki kapasitas untuk penilaian moral. Tapi mengapa, kemudian, Anda melakukan kesalahan, dengan cara bersikap diam, di hadapan para kardinal yang sangat tidak memiliki "rasa hormat dan ketaatan kepada Tuhan dan umat Tuhan"? Kardinal Hollerich, S.J. (yang secara terbuka mengatakan bahwa “ajaran Gereja bahwa homoseksualitas adalah dosa, adalah salah”), Kardinal Marx (yang telah mengatakan secara terbuka bahwa “homoseksualitas bukanlah dosa”), Kardinal Matteo Maria Zuppi (yang mengizinkan Pastor Gabriele Davalli untuk memberkati sebuah pasangan homoseksual dalam Misa pada 11 Juni 2022), Kardinal Blase Cupich (yang menyuruh Pastor Joe Roccasalva mengizinkan pasangan homoseksual untuk memberikan homili pada Misa pada 19 Juni 2022, Hari Ayah), dll.

 

Apa sanksi bagi para kardinal yang tidak setia terhadap ajaran tradisional Gereja Katolik ini? Tidak ada. Sebaliknya, posisi tanggung jawab dan pujian publik dari paus Francis mengalir deras, sementara para imam yang setia pada Tradisi Kristen dikenai sanksi. Bapa Suci, apakah makna dari rasa keadilan yang benar-benar tidak adil dari paus Francis dan Vatikan ini? Apakah Anda yakin bahwa Tuhan dapat menerima ketidakadilan seperti itu? Mengapa hari ini angin kediktatoran di Gereja Katolik melawan mereka yang lebih memilih untuk mematuhi hukum ilahi yang mutlak daripada mengikuti ketidaktaatan Anda yang mencolok terhadap hukum ilahi yang kekal ini? Dengan semuanya ini, apakah Anda benar-benar berpikir Anda pantas mendapatkan rasa hormat dari orang-orang Kristen, ketika Anda memimpin mereka untuk menghina Tuhan dan menghina hukum-Nya yang kekal?

 

Akhirnya, hukuman yang saya terima dalam Dekrit pagi ini sangatlah tidak adil karena tidak memperhitungkan Sabda Yesus Kristus berikut ini (yang, saya katakan dengan hormat, akan baik bagi Anda dan (Monsignor) Ocáriz dan Kardinal Ouellet untuk merenungkannya. dengan tenang): “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:3-5)” Apa kesalahan saya (sebagai ‘serpihan’) dibandingkan dengan kesalahan paus Francis (sebagai ‘balok kayu’)? Saya berharap para intelektual Katolik memiliki keberanian untuk membela kebenaran ini, demi kasih kepada Yesus dan Gereja-Nya.

 

Apa kejahatan terbesar dari pastor Afrika yang sekarang dikenai sanksi ini? Karena saya memiliki keberanian untuk menentang Anda di depan umum, menentang paus Francis dan Kongregasi untuk Ajaran Iman. Namun, bukankah Yesus (usia 30 tahun) melakukan hal yang sama terhadap para pemimpin agama pada masa-Nya (yang berusia 60, 70, 80 tahun)? karena memang Dialah yang benar! Sayangnya, mereka menyerahkan Dia untuk disalibkan. Namun, dari pengorbanan inilah Tuhan memperoleh kemenangan-Nya: terang Kebenaran menyinari kegelapan kesalahan dan kebohongan. Bapa Suci yang terkasih, saya berlindung di Lambung Yesus yang terbuka di atas Salib dan di tengah linangan air mata Perawan Maria di kaki Salib.

 

Putramu di dalam Yesus, Maria dan Yosef,

Abbe Janvier Gbénou

(nama samaran: Pastor Jesusmary Missigbètò)

 

From Rorate-Caeli

-----------------------------------

Silakan membaca artikel lainnya di sini:

Anne - Lokusi Ketiga Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 21, 2018

Dr. Rima Laibow: Elit global sedang memusnahkan 90 persen populasi dunia

Uskup Agung Viganò: Baik masyarakat dan Gereja 'disusupi'...

Anne - Lokusi Keempat Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 22, 2018

Anne - Lokusi Kelima Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 23, 2018

Anne – Lokusi Keenam Tentang Kesengsaraan Yesus, Feb 26, 2018

Perjanjian Pandemi WHO: Apa Itu? Mengapa Penting dan Bagaimana Menghentikannya?