Monday, November 16, 2015

Kecurangan dalam sebuah Synode Vatican?



Kecurangan dalam sebuah Synode Vatican?
Pengkhianatan terhadap keluarga-keluarga kita.





Artikel ini pertama kali muncul dalam Voice of the Family.



Sebuah buku baru, The Rigging of a Vatican Synod?: An Investigation into Alleged Manipulation at the Extraordinary Synod on the Family, (Kecurangan dalam sebuah Sinode Vatican?: Sebuah Investigasi Atas Dugaan Manipulasi dalam Sinode Luar Biasa mengenai Keluarga), akan mengungkapkan banyak fakta pada tuduhan bahwa Sinode Luar Biasa itu, yang diselenggarakan di Roma pada Oktober 2014 lalu, telah banyak dimanipulasi. Buku ini ditulis oleh wartawan Vatikan yang sangat dihormati, Edward Pentin, dengan mendapat dukungan dari Wilfrid Fox Cardinal Napier, Uskup Agung Durban. Kardinal Napier adalah salah satu dari lima belas anggota dewan tetap kardinal dan uskup yang mengawasi Sinode Para Uskup itu, dimana dia menghadiri Sinode Luar Biasa 2014 yang lalu, dan menjadi anggota komite yang menyusun laporan akhir (synodi relatio) Sinode itu.

Dalam ulasan singkat ini kami ingin menarik perhatian pembaca kepada beberapa contoh penting dari manipulasi itu yang diduga terjadi dalam Sinode Luar Biasa 2014 lalu.
Kardinal Napier mengatakan kepada Edward Pentin bahwa beberapa bulan sebelum Sinode Luar Biasa itu, seorang pejabat dari Sekretariat Sinode datang menemuinya untuk berbagi keprihatinan yang serius. Pejabat itu mengatakan kepada Napier bahwa dia merasa "sangat terganggu" oleh apa yang dia saksikan dan dia berkomentar "hal ini sedang dimanipulasi, hal ini sedang direkayasa. (Mereka) menginginkan hasil tertentu dalam Sinode ini. "
Sekretariat Sinode itu dikelola oleh Sekretaris Jenderal Sinode, Lorenzo Kardinal Baldisseri. Pengelolaan kedua Sinode ini (2014 & 2015) menjadi tanggung jawab Kardinal Baldisseri, meskipun dia menekankan keterlibatan langsung dari Paus Francis pada setiap tahapan prosesnya. Dalam sebuah wawancara yang diberikan pada Januari 2015 dia mengatakan:
Dengarlah baik-baik, karena ini adalah sesuatu yang benar-benar harus diketahui. Paus adalah presiden dari sinode para uskup itu. Saya adalah sekretaris umum, dan tidak ada orang lain yang di atas saya, seperti misalnya prefek kongregasi atau presiden sebuah dewan. Saya tidak memiliki orang lain di atas saya, hanya paus saja. Paus memimpin semua rapat dewan sekretariat. Dia memimpin. Saya adalah sekretaris. Dan semua dokumen diperiksa dan disetujui oleh Paus, dengan persetujuan kehadirannya juga. Bahkan dokumen-dokumen selama sinode berlangsung, seperti Relatio ante disceptationem, yang Relatio post disceptationem, dan Relatio synodi diperiksa olehnya sebelum ia diterbitkan.
Pentin menceritakan bahwa beberapa bulan sebelum Sinode Luar Biasa (2014), Sekretariat Sinode telah menghubungi Lembaga Kepausan Yohanes Paulus II, sebuah Lembaga Studi tentang Perkawinan dan Keluarga, yang dikenal kesetiaannya terhadap ajaran moral Katolik, untuk merekomendasikan seorang ahlinya untuk berpartisipasi dalam Sinode. Sekretariat Sinode juga telah membuat permintaan yang sama kepada lembaga-lembaga tertentu dari Kuria Romawi.
Namun tidak satupun dari para ahli yang direkomendasikan oleh lembaga-lembaga tersebut diundang untuk berpartisipasi dalam Sinode. Sebuah sumber informasi tingkat tinggi di Vatikan telah menyatakan bahwa pendapat dari lembaga-lembaga ini diminta agar Sekretariat Sinode bisa memastikan bahwa para ahli yang bersikap ortodoks bisa disingkirkan keikut-sertaannya dalam sinode. Ada dugaan juga bahwa seorang pejabat dari Sekretariat Sinode diperintahkan untuk memeriksa daftar ahli yang potensial dan agar dia ‘membuang’  orang-orang yang bersikap "konservatif" serta mempertahankan nama-nama semua orang yang bersikap "progresif" (liberal/modern).
Manipulasi terhadap sinode itu menjadi perhatian publik setelah dirilisnya relatio post disceptationem pada 13 Oktober 2014. Dokumen ini, yang konon dikatakan merupakan kontribusi dari para bapa sinode, diduga telah menyalah-tafsirkan secara serius pandangan dari para bapa peserta sinode. Kardinal Pell menyebutnya sebagai laporan yang "tendensius, diselewengkan" dan mengatakan bahwa "laporan itu tidak mewakili secara akurat perasaan dari para bapa sinode". Kardinal Napier menuduh bahwa dokumen itu berisi pendapat yang tidak pernah diungkapkan oleh satupun para bapa sinode.

Kardinal Baldisseri, Sekretaris Jenderal Sinode, dilaporkan telah menekan Kardinal Erdo untuk menghapus baris pertama dalam laporan pra-sinode yang mengacu kepada Yesus: "Yesus Kristus adalah Guru kita lebih dari semua orang lain, dan Dialah satu-satunya Tuhan kita."


Dokumen itu menimbulkan kontroversi yang besar karena ia merusak ajaran Katolik pada poin-poin yang penting dari doktrin, termasuk tak terceraikannya perkawinan, kumpul kebo serta hubungan homoseksual. Pentin menceritakan secara rinci sebuah ‘episode pencerahkan’ di mana Kardinal Baldisseri berusaha untuk mengabaikan permintaan Kardinal Napier agar "hubungan sesama jenis" tidak usah dibahas dalam bagian yang berurusan dengan pernikahan.
Pentin juga menyoroti peristiwa kontroversial lainnya yang terjadi selama sinode, seperti misalnya penyingkiran buku yang ditulis bersama oleh, antara lain, lima orang Cardinal, dari kotak surat para bapa sinode di aula sinode. Buku berjudul Remaining in the Truth of Christ: Marriage and Communion in the Catholic Church, yang membela ajaran Katolik itu, telah diposkan kepada semua bapa sinode dan ditempatkan di kotak surat mereka masing-masing di aula gedung Sinode. Kardinal Baldisseri dilaporkan "marah-marah" dan mengusulkan agar pegawai pos pada Kantor Pos Vatikan dipecat. Pada akhirnya paket buku-buku itu dikirim kembali ke kantor pos untuk distempel dan ditinggal disana. Menurut sumber intern, Baldisseri ingin menahan buku-buku itu tanpa batas waktu, tapi dia diberitahu bahwa tindakan itu melanggar hukum. Pentin menceritakan bahwa buku-buku itu akhirnya disampaikan empat hari sebelum akhir Sinode, hingga hanya tersisa dua hari untuk memenuhi persyaratan hukum yang berlaku, dan kemudian buku-buku itu tidak dihiraukan lagi. Sebagai hasil dari taktik ini maka nyatalah bahwa sangat sedikit dari bapa sinode yang menerima salinan buku yang telah dikirimkan kepada mereka.

Buku The Rigging of a Vatican Synod? ini memberikan banyak wawasan kepada pandangan teologis dari Kardinal Baldisseri. Pentin menulis bahwa:
Sebuah perasaan was-was dialami oleh banyak sekali pemeluk doktrin dan praktek Gereja tradisional pada Mei 2014 itu, ketika, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Gereja Belgia, Tertio, Kardinal Baldisseri mengatakan sudah waktunya untuk memperbarui doktrin Gereja mengenai perkawinan - misalnya, sehubungan dengan perceraian dan situasi orang yang bercerai dan mereka yang menikah secara sipil.
Pada bulan Januari Kardinal Baldisseri mengatakan dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Dewan Kepausan untuk Keluarga, bahwa "tidak ada alasan untuk merasa malu jika ada seorang kardinal atau teolog mengatakan sesuatu yang berbeda dari apa yang disebut 'doktrin umum'". Dia mengatakan lebih lanjut bahwa ‘usulan Kasper’ itu "harus disambut sebagai sebuah kontribusi." Meskipun kenyataannya usulan Kardinal Kasper itu bertentangan secara langsung dengan ajaran Gereja seperti yang diungkapkan oleh John Paul II didalam Familiaris Consortio pada tahun 1981 dan dalam dokumen resmi Kongregasi bagi Ajaran Iman tahun 1994 dan 1998.

Ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa pandangan teologis Kardinal Baldisseri ini telah memiliki pengaruh yang sangat besar pada teks sinode. Salah satu bagian yang paling mengejutkan dalam buku Pentin ini adalah laporan adanya upaya Baldisseri untuk mengubah isi dari laporan pra-sinode. Pentin menulis:
Kardinal Erdo, nampaknya, sudah memiliki draf dokumen dimana kalimat pembukanya dimulai dengan 'Yesus Kristus adalah Guru kita lebih dari pada semua orang lainnya dan satu-satunya Tuhan kita', yang mengacu kepada 2 Timotius, bahwa umat beriman haruslah taat kepada-Nya apakah itu mudah atau tidak.
Tetapi Erdo mendapat tekanan untuk menghapus baris kalimat itu. Erdo mengatakan kepada salah satu nara sumber dari Pentin, seorang sarjana: "Kardinal Baldisseri ingin agar saya merubahnya karena dia mengatakan bahwa 'kalimat itu bersifat negatif' dan bahwa saya harus mulai dengan kalimat 'Sukacita Injil' (Seruan apostolik Paus Francis 2014) dan mengutip perkataan Paus Francis lebih dahulu dari pada Yesus Kristus."
Pentin melanjutkan :
Erdo bertanya kepada nara sumber itu: 'Apakah anda pikir saya akan mengutip ucapan Paus Francis lebih dahulu? ... 'kamu bisa menjatuhkan saya dengan sehelai bulu', kata sumber itu kepada saya. 'Dengarlah, dua hari sebelum pembukaan, ada Misa, dua hari sebelumnya, dia (Baldisseri) bertanya apakah saya memulai dengan sabda Yesus Kristus? Saya berkata, "Yang Mulia, Yesus Kristus adalah sama kemarin, hari ini, dan selamanya. Dia adalah Alfa dan Omega. Kita mulai dengan Yesus Kristus dulu." Dia lalu meninggalkannya. Kamu akan melihat hal itu, Sabda Yesus masih berada pada baris pertama.'
Begitulah Sinode Luar Biasa tentang Keluarga (2014), di bawah kepemimpinan Kardinal Baldisseri ini, menghasilkan dokumen-dokumen yang merusak ajaran Katolik dalam berbagai macam isu yang berkaitan dengan seksualitas manusia, perkawinan dan keluarga. Dan The instrumentum laboris (Dokumen Kerja) dari Sinode Biasa (2015) memperluas serangan terhadap doktrin Katolik secara lebih meluas lagi.


No comments:

Post a Comment