Thursday, November 26, 2015

Uskup Agung Chaput : Gereja-gereja Eropa yang...

CATHOLIC CHURCHFri Nov 20, 2015 - 5:15 pm EST

Uskup Agung Chaput : Gereja-gereja Eropa yang memberikan Komuni kepada orang yang ‘menikah lagi’ berarti melanggar ajaran Gereja


PHILADELPHIA, November 20, 2015 (LifeSiteNews) - Uskup Agung Philadelphia Charles Chaput menyerukan kepada saudara-saudara Uskup di Eropa yang telah mengijinkan pemberian Komuni bagi orang yang bercerai dan menikah lagi, dengan mengatakan bahwa mereka telah "menyimpang dari ajaran Katolik yang otentik."

Pernyataannya itu disampaikan dalam sebuah tulisan panjang tentang belas kasih yang diterbitkan dalam media First Things edisi Desember. “Gereja,” katanya, "tidak bisa memberikan belas kasih tanpa bertindak dengan tulus hati," dan pendekatan pastoral yang mengabaikan pengertian bahwa kita dipanggil kepada pertobatan, hal itu adalah berasal dari “keputus-asaan pastoral yang terselubung dan persetujuan perbuatan dosa, yang akan hanya menghasilkan penurunan iman, tidak lebih."

“Memang,” lanjut Chaput, "ini adalah apa yang kita lihat terjadi di Eropa, di gereja-gereja di mana praktek pastoral dalam hal perceraian, pernikahan kembali, serta penerimaan sakramen-sakramen telah menyimpang dari ajaran Katolik yang otentik." Dia memperingatkan bahwa apa yang akan terjadi dari "sebuah ajaran yang tidak benar beserta praktek penerimaan sakramen-sakramen bukanlah berupa kehidupan evangelis yang lebih bergelora, malainkan hal itu akan berupa keruntuhannya."

Uskup Agung Philadelphia itu berkata, adalah salah jika menganggap proses ‘pendampingan’ terhadap orang yang bermasalah sebagai nasihat ‘jangan menghakimi’, karena ‘menegaskan orang tanpa pandang bulu’ bukanlah belas kasih sama sekali.

"Kita tidak boleh menafsirkan belas kasihan Kristus sebagai hukuman atas semua keputusan," tulisnya. "Kejahatan itu ada. Dosa adalah sebuah masalah. Kerusakan yang diakibatkannya bisa terasa pahit dan tidak mudah dibatalkan – misalnya perzinahan, sebagai contoh yang sempurna. "

Chaput menunjukkan bahwa adalah "sesat" untuk menganggap belas kasih sebagai lawan dari pengadilan yang adil. Dia berbicara tentang godaan "untuk menggunakan istilah belas kasih untuk menghindari tanggung jawab kita dalam mencari keadilan."

"Kita akan berbohong atau menyembunyikan realita, bukannya melukai perasaan orang yang berperi-laku salah. Tindakan seperti ini adalah bentuk yang sopan dari istilah pengecut, bukan belas kasihan. Hukum moral menuntun kita ke arah pilihan-pilihan yang memberi kehidupan, dan belas kasihan yang sejati selalu terkait erat dengan kebenaran. Memanjakan pilihan yang salah dari diri kita sendiri atau orang lain dengan anggapan bahwa itu adalah pelayanan belas kasih, akan mengalahkan tujuan yang sebenarnya dari belas kasihan itu sendiri."

"Pengakuan dosa dan pertobatan yang tulus – termasuk tindakan menjauhi dosa," katanya, adalah "syarat untuk menerima Ekaristi."

See the full essay at First Things here.

Silakan juga mengunjungi devosi-maria.blogspot.com


No comments:

Post a Comment