Thursday, June 22, 2017

Monsignor Nicola Bux: Hanya PF yang bisa menghentikan...

NEWSCATHOLIC CHURCHWed Jun 21, 2017 - 4:26 pm EST

Monsignor Nicola Bux:

SEORANG MONSIGNOR DARI ITALIA: HANYA PF YANG BISA MENGHENTIKAN KEMURTADAN YANG DIAKIBATKAN OLEH PERKATAANNYA.

by Pete Baklinski


ROME, Italy, June 21, 2017 (LifeSiteNews) — Paus Fransiskus sebenarnya bisa membendung "kebingungan dan kemurtadan" yang sekarang makin merajalela di antara para imam dan uskup dengan cara "mengoreksi" berbagai perkataan dan tindakannya yang "ambigu dan sesat," demikian kata seorang monsignor Italia dan mantan konsultan Kongregasi untuk Doktrin Iman di Vatikan (the Congregation for the Doctrine of Faith) dalam sebuah wawancara yang cukup mengejutkan.

Mgr. Nicola Bux  yang cukup disegani, seorang profesor pada Fakultas Teologi di Puglia, Italia,  mendefinisikan ‘kemurtadan’ dalam kasus ini sebagai ‘ditinggalkannya pemikiran Katolik’ yang telah dipercaya di mana-mana, selalu, dan oleh semua orang.

Monsignor Nicola Bux

Mgr. Nicola Bux mengatakan dalam wawancara 21 Juni dengan wartawan media the National Catholic Register, Ed Pentin, bahwa kemurtadan itu muncul ketika ‘kardinal-kardinal bersikap diam’ dalam menghadapi ajaran sesat, ketika para uskup ‘mengatakan yang sebaliknya’ tentang apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja, dan pada saat para imam ‘melanggar tradisi liturgi Gereja.’

"Para rasul telah mendorong kita untuk selalu setia kepada doktrin yang pasti, jelas, dan murni dari Gereja : yaitu yang didasarkan kepada ajaran Yesus Kristus, dan bukan kepada pendapat dari dunia ini (bandingkan dengan Titus 1: 7-11; 2: 1-8). Ketekunan dalam pengajaran dan ketaatan pada doktrin akan membawa jiwa menuju keselamatan kekal," demikian katanya.

"Gereja tidak dapat merubah iman dan pada saat yang sama meminta agar umat tetap setia kepadanya. Malahan Gereja sangat berkepentingan untuk selalu berorientasi kepada Firman Tuhan dan kepada Tradisi, "tambahnya.


Mgr. Nicola Bux mengatakan bahwa salah satu masalah di bawah kepausan Paus Fransiskus saat ini adalah bahwa banyak orang yang secara keliru percaya bahwa semua yang dikatakan atau ditulis oleh Paus adalah ajaran Magisterium yang harus diikuti, padahal sebenarnya tidak demikian halnya.

"Dihadapkan dengan kebingungan dan kemurtadan yang telah meluas saat ini, seharusnya Paus membuat perbedaan - seperti yang pernah dilakukan oleh Paus Benediktus XVI - antara apa yang dia pikirkan dan dia katakan sebagai pribadi, sebagai orang terpelajar, dengan apa yang harus dia katakan sebagai Paus dari Gereja Katolik," katanya.

"Jelasnya: Paus harus dapat mengekspresikan gagasannya sebagai orang terpelajar dan secara pribadi mengenai masalah yang dapat diperdebatkan yang tidak didefinisikan oleh Gereja, namun dia tidak dapat membuat klaim yang menyesatkan seperti saat ini, terutama secara pribadi. Jika tidak, maka segala perkataan dan perbuatannya adalah sama sesatnya," tambahnya.

Kepatuhan memang harus ditujukan bagi Paus, demikian kata Mgr. Nicola Bux, sepanjang dia masih mengajarkan satu iman yang benar.

"Jadi siapapun yang berpikir bahwa menyampaikan pernyataan keraguan (dubia) kepada Paus bukanlah tanda ketaatan, maka orang seperti itu tidaklah mengerti masalah, 50 tahun setelah Vatikan II, tentang hubungan antara dia (Paus) dan seluruh Gereja. Ketaatan kepada Paus bergantung sepenuhnya pada kenyataan bahwa Paus harus terikat kepada ajaran Katolik, kepada iman yang harus dia akui terus-menerus di hadapan Gereja," katanya.

Mgr. Nicola Bux mengatakan bahwa sebagai akibat dari ‘krisis iman sepenuhnya’ di dalam  Gereja, terutama setelah dirilisnya anjuran Paus Amoris Laetitia tahun lalu, maka Paus harus menyatakan dengan tepat ajaran Gereja tentang isu-isu kontroversial yang saat ini tengah mengganggu Gereja.

Paus Fransiskus "harus membuat sebuah Deklarasi atau Pengakuan Iman, yang menegaskan apa itu artinya Katolik, dan meluruskan segala perkataan dan tindakannya yang ambigu dan salah - perkataan dan tindakannya sendiri serta para uskup-uskup dan kardinal-kardinalnya - yang ditafsirkan secara non-Katolik," katanya.

Mgr. Nicola Bux juga mengacu kepada upaya empat orang kardinal baru-baru ini, yang tidak digubris sama sekali oleh paus, dimana upaya itu bertujuan untuk melakukan audiensi pribadi dengan paus untuk membahas apa yang mereka sebut sebagai "kebingungan dan disorientasi" di dalam Gereja. Mgr. Bux mengatakan adalah hal yang menyedihkan karena kita saat ini memiliki seorang paus yang getol memperjuangkan ‘dialog’, sementara itu pada saat sama dia menolak untuk bertemu dengan mereka yang bersikap kritis terhadap hal baru yang dibawa ke dalam Gereja atas sepengetahuan paus sendiri.


"Bagi banyak umat Katolik, sungguh luar biasa bahwa paus meminta uskup-uskup untuk berdialog dengan mereka yang berpikir secara berbeda, namun dia sendiri tidak mau berhadap-hadapan dengan para kardinal yang menjadi penasihat utamanya," katanya.

"Jika paus tidak bersedia melindungi doktrin Gereja, maka dia tidak bisa memaksakan disiplinnya sendiri kepada orang lain," tambahnya.

Catatan editor: Baca wawancara lengkap di sini.

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

2 comments:

  1. Rosa, ini yg terbaru dari Dr. Kelly Bowring http://twoheartspress.com/new-june-2017-article-and-video-from-dr-kelly-bowring/

    ReplyDelete
  2. Rosa > pastor Enoch itu kan bukan pastor katolik. Kok pesan nya mengenai Maria dan juga Ekaristi.

    ReplyDelete