Monday, June 19, 2017

PASTOR CLOVIS: SIKAP AMBIGUITAS FRANCIS...

PASTOR CLOVIS:
SIKAP AMBIGUITAS FRANCIS TELAH MENAMPILKAN KEBERADAAN ANTI-GEREJA

ROME, May 24, 2017 (LifeSiteNews) —
Pengaruh PF di dalam Gereja Katolik telah menjadi "berkat yang besar dan sejati" karena ajarannya yang ambigu telah memunculkan "anti-Gereja" keluar dari bayang-bayang menuju kepada penampilannya yang jelas untuk disaksikan oleh semua umat beriman, demikian seorang imam mengatakan pada sebuah pertemuan pro–life dan pro-family di Roma minggu lalu.

"Kemunculan Paus Fransiskus, dalam tatanan ilahiah, membuktikan adanya sebuah berkat yang besar dan sejati," demikian kata pastor Linus Clovis dari Family Life International dalam pidatonya di Rome Life Forum pada 18 Mei.

"Sebuah konflik yang tersembunyi telah berkecamuk di dalam Gereja selama lebih dari seratus tahun terakhir ini... dan di bawah Francis, paus Jesuit pertama, paus pertama dari benua Amerika dan paus pertama yang ditahbiskan imam melalui Ritus Baru, konflik itu terbuka lebar, dengan potensi Gereja akan menjadi semakin kecil tetapi lebih murni dan taat," tambahnya.

Pastor Clovis mengatakan bahwa peringatan nubuatan dari St. Yohanes Paulus II tahun 1976 tentang bangkitnya "anti-Gereja" yang akan memberitakan "anti-Injil" sedang digenapi pada saat-saat ini oleh para pemimpin di dalam Gereja Katolik, bahkan terutama di tingkat yang paling tinggi.

Anti-Injil dari anti-Gereja itu seringkali "tidak dapat dibedakan dari ideologi sekuler, yang telah memutar-balikkan hukum alam dan Sepuluh Perintah Allah," katanya.

"Anti-Injil ini, yang berusaha meninggikan keinginan individu untuk banyak mengkonsumsi, untuk merengkuh banyak kenikmatan dan untuk menguasai kehendak Allah, telah ditolak oleh Kristus saat Dia dicobai di padang gurun dulu. Dengan berkedok sebagai 'hak asasi manusia', ide ‘anti-Injil’ itu telah muncul kembali, dengan segala kehebatannya yang bersifat jahat, untuk mempromosikan sikap narsistik dan hedonis yang menolak segala batasan apapun juga kecuali yang dipaksakan oleh hukum buatan manusia," tambahnya.

Read the full article at Life Site News

Pastor Clovis mengatakan bahwa kebangkitan anti-Gereja telah berlangsung perlahan namun terus berlanjut selama beberapa dekade terakhir, dan kemunculannya di permukaan telah jelas terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Selama setengah abad yang lalu, telah terjadi krisis yang berkembang di dalam Gereja, yang timbul karena kurangnya pengajaran yang jelas dan tidak ambigu, hingga sering terjadi  perbedaan pendapat di antara para imam, religius dan umat awam. Di dalam Gereja kontemporer atau modern, krisis ini telah dibawa ke permukaan, bisa dikatakan telah mencapai puncaknya, oleh munculnya penolakan terhadap paradigma ya / tidak dari Tuhan kita, serta pelemahan terhadap doktrin yang telah mapan melalui praktik pastoral yang cepat berubah," katanya.

Imam ini mencatat bahwa ada sebuah perasaan di antara umat Katolik yang setia, yang mengatakan bahwa "hal-hal yang bersifat gerejani dan katolik kini sedang berantakan dan anarki pastoral telah dilepaskan secara bebas ke seluruh Gereja." Dia mengatakan bahwa "sebuah pengerahan atau pemaksaan kekuasaan yang tersembunyi" saat ini sedang bekerja di dalam Gereja yang memicu anarki semacam itu.

"Kekuasaan itu dapat merubah proses pembatalan pernikahan tanpa harus berkonsultasi (seperti biasanya) dengan dikasteri Roma secara memadai; munculnya sebuah teguran yang keras terhadap Curia Roma dalam sebuah pidato Natal; terjadinya pembersihan keanggotaan dikasteri, yang secara efektif melemahkan pengaruh para Prefeknya yang selama ini telah berdiri teguh melawan segala pembaharuan yang merugikan baik terhadap ajaran tentang pernikahan maupun ajaran liturgi; melumpuhkan peranan biarawan Fransiskan Yang Tak Bernoda; dan penutupan kampus Institut John Paul IIz di Melbourne," katanya.

Pastor Clovis memperingatkan bagaimana anti-Gereja itu akan berusaha menipu umat beriman dengan cara menampilkan dirinya seolah-olah sebagai Gereja yang benar.

"Sudah jelas bahwa saat ini Gereja Katolik dan anti-Gereja telah hidup berdampingan di dalam bidang sakramental, liturgis dan yuridis yang sama. Yang terakhir ini (anti-Gereja), setelah tumbuh semakin kuat, sekarang ia berusaha untuk memperkenalkan dirinya sebagai Gereja yang benar, yang berhak untuk mengatur atau memaksa umat beriman agar menjadi penganutnya, pewartanya dan pembela ideologi sekulernya," katanya.

"Jika anti-Gereja berhasil dalam menguasai semua sendi dari Gereja yang benar, maka hak-hak manusia akan menggantikan hak-hak Allah melalui penodaan terhadap Sakramen-sakramen, penistaan ​​tempat kudus, dan penyalahgunaan kekuatan apostolik," tambahnya.

Umat yang setia akan mengenal anti-Gereja itu dari buahnya, kata pastor Clovis. Anti-Gereja itu akan mengijinkan para politisi yang "memilih untuk mendukung aborsi dan pernikahan sesama jenis untuk menerima Komuni Kudus. Ia juga akan mengakui suami dan isteri yang telah meninggalkan pasangan dan anak-anak mereka yang sah, untuk melakukan hubungan zina dengan orang lain dan boleh menerima Sakramen-sakramen, tanpa kewajiban pertobatan bagi mereka. Di dalam anti-Gereja itu, para imam dan teolog yang "menolak ajaran Katolik dan moral secara terbuka akan bebas menjalankan pelayanannya dan bebas untuk menyebarkan perbedaan pendapat, sementara umat Katolik yang setia akan terpinggirkan, difitnah dan dipersalahkan setiap saat.

Di dalam anti-Gereja itu, katanya lagi, akan nampak seolah-olah ia telah berhasil "menumbangkan peranan Tuhan sebagai Pencipta, Jurus Selamat dan Pengudus, dan menggantikan Dia dengan manusia sebagai pencipta-dirinya sendiri, penyelamat-dirinya sendiri dan pengudus-dirinya sendiri."

Pastor Clovis mengatakan bahwa anjuran Amoris Laetitia dari PF adalah contoh dari sebuah kekuatan yang bekerja di dalam Gereja saat ini yang membantu menetapkan garis pemisah antara anti-Gereja dan Gereja Yesus Kristus yang sejati. Inilah yang telah mendorong anti-Gereja itu untuk keluar dari bayang-bayangnya selama ini, hingga ia nampak jelas bagi semua orang.

"Anjuran apostolik Amoris Laetitia adalah katalisator yang tidak hanya memecah belah uskup-uskup satu sama lain, tetapi juga memisahkan para imam dari uskup mereka, imam yang satu dengan imam yang lain, dan akibatnya umat awam menjadi cemas dan bingung," katanya.

"Sebagai kuda Troya, Amoris Laetitia telah memunculkan kehancuran spiritual bagi seluruh Gereja. Sebagai tantangan yang dilontarkan, ia telah mengundang keberanian untuk mengatasi rasa takut. Tetapi dalam keadaan apapun juga, sekarang ia siap untuk memisahkan anti-Gereja dari Gereja Kristus yang sejati, seperti yang dikatakan oleh St. Yohanes Paulus II. Sementara saat pemisahan itu telah mulai terjadi, maka masing-masing dari kita, seperti halnya para malaikat, harus memutuskan bagi diri kita sendiri, apakah kita lebih memilih untuk berbuat salah bersama dengan Lucifer, atau memilih yang benar tanpa Lucifer," tambahnya.

Selanjutnya pastor Clovis mengatakan bahwa umat Katolik yang berusaha tetap setia kepada Kristus dan Gereja yang didirikanNya tidak perlu merasa takut akan kekacauan yang terjadi saat ini, yang sedang mereka saksikan sekarang.

"Pada saat pembaptisan, kita menjadi anggota Gereja Militan, dan pada saat menerima Sakramen Krisma, kita menjadi pasukan Kristus; oleh karena itu, kita telah direkrut dan dipersenjatai bagi pertempuran mematikan melawan tiga musuh jiwa kita yang tak tergoyahkan: dunia, daging dan iblis," katanya.


"Dengan mengingat bahwa 'kita tidak berperang melawan daging dan darah, tetapi melawan kerajaan-kerajaan, melawan kekuatan, melawan penguasa dunia kegelapan saat ini, melawan pasukan spiritual jahat di lorong-lorong langit,' maka kita berperang, seperti para Rasul, dengan menjadikan para martir sebagai contoh kita dan Yesus Kristus sendiri sebagai ganjaran kita,tambahnya.

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment