Thursday, June 15, 2017

PASTOR MARTIN MEMINTA AGAR KATEKISMUS DIPERBAHARUI

PASTOR MARTIN MEMINTA AGAR KATEKISMUS DIPERBAHARUI

Pastor Martin, seorang Jesuit, yang sangat mendukung kaum gay dan perbuatan homosex dan saat ini menjadi konsultan di Vatikan, mengatakan bahwa ajaran katekismus mengenai homosex perlu diperbaharui, karena ajaran itu ‘menyakitkan’ (bagi kaum gay)

Silakan lihat disini:

Fr. James Martin

by Lisa Bourne

June 8, 2017 (LifeSiteNews) – Seorang imam Jesuit yang baru-baru ini memperoleh jabatan cukup berpengaruh di Vatikan, mengatakan bahwa bahasa dari Gereja, mengenai homosexual, perlu dirubah.

Fr. James Martin, editor dari majalah America, yang dikelola oleh para Jesuit, berkata bahwa Katekismus Gereja Katolik yang menggunakan istilah ‘penyelewengan besar’ bagi perbuatan homosex sebenarnya hal itu cukup menyakitkan. Dia mengusulkan memakai istilah ‘tingkah laku yang berbeda’ karena istilah ini lebih mencerminkan konsep perlakuan yang lebih pastoral.

Ditanya apakah dia setuju dengan ‘bahasa atau ajaran’ Katekismus yang mengatakan bahwa homosexual adalah sebuah ‘penyelewengan besar’ pastor Martin menjawab bahwa dirinya bukanlah seorang teolog, tetapi dia mengatakan bahwa bahasa atau istilah yang digunakan oleh Katekismus untuk menyatakan tindakan homosex itu adalah perlu dirubah, karena kita sekarang tahu apa sebenarnya homosexualitas itu.

Namun jawabannya ini tidaklah menjelaskan apa pengertian homosexualitas yang dimaksudkannya itu, atau kapan atau bagaimana homosex itu bisa terjadi. 

Pastor Martin adalah seorang pendukung LGBT yang cukup terkenal dan banyak menulis di media sosial serta media lainnya. Dia mengatakan bahwa beberapa orang kudus adalah mungkin seorang gay juga.

Dia berkata tentang perlunya merubah beberapa istilah atau bahasa dalam Katekimus yang berbicara tentang homosex dalam wawancara dengan media Religion News Service (RNS)
bertepatan dengan dirilisnya buku barunya yang berjudul : Building a Bridge: How the Catholic Church and the LGBT Community Can Enter Into a Relationship of Respect, Compassion, and Sensitivity.



Dia menerima tanda penghargaan dari sebuah kelompok LGBT yang sebelumnya telah dilarang oleh Vatikan karena usaha kelompok itu untuk mengembangkan dialog mengenai LGBT di dalam Gereja. Berkali-kali pastor Martin mendukung pemakaian toilet bagi kaum transgender di sekolah-sekolah di Amerika Serikat pada bulan Februari 2017, setelah presiden Trump membatalkan keputusan Obama mengenai toilet bagi kaum transgender yang memerintahkan sekolah-sekolah agar mengijinkan anak-anak yang masih merasa tidak pasti mengenai jenis kelaminnya untuk memakai toilet dari lawan jenisnya.

Tapi kemudian pastor Martin ditunjuk oleh PF untuk menjadi konsultan bidang komunikasi di sekretariat Vatikan pada bulan April lalu.

Kemudian media Religion News Service (RNS) menulis dengan judul besar: ‘Penasihat Vatikan ini sedang mendorong umat Katolik untuk mendukung LGBT.’ Dalam wawancara itu imam Jesuit yang terkenal itu mengatakan bahwa dia bukanlah saat-satunya ‘orang dekat Vatikan’ yang menghendaki agar Gereja mendukung LGBT.

Dengan mengutip kenyataan bahwa Katekismus yang paling baru telah diterbitkan oleh Paus St.Yohanes Paulus II, dimana sebagian disusun oleh Cardinal Joseph Ratzinger dan dilanjutkan oleh Pope Benedict XVI, yang telah memasang garis keras untuk melarang homosexualitas, namun 20 tahun kemudian pastor Martin mengatakan bahwa “PF telah mengisyaratkan melunaknya sikap gereja atas masalah itu.”

Pastor Martin mengatakan bahwa ajaran Katekismus mengenai adanya ‘sikap penyelewengan’ di dalam tindakan homosex sebagai sesuatu yang ‘kuno’ dalam kaitannya dengan cara berpikirnya mengenai ajaran itu, dimana hal ini dijelaskan dalam bukunya yang baru terbit itu. Dia mengatakan bahwa tuduhan terhadap ‘bagian yang paling rahasia dari seseorang’ dengan mengatakan hal itu sebagai suatu penyelewengan, adalah tindakan yang menyakitkan dan sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan oleh Gereja. 

Dulu, misalnya, Katekismus mengatakan bahwa kecenderungan homosexual itu adalah sebagai ‘penyelewengan yang obyektiv’. Tetapi, seperti yang saya katakan dalam buku saya, menyebut ‘bagian yang paling dalam dari seseorang’ – bagian yang memberi dan menerima kasih, adalah sebagai bentuk penyelewengan, adalah ‘menyakitkan dan tidak perlu dilakukan.’

Ajaran kita mengatakan bahwa setiap orang memiliki sebuah identitas sexual sebagai laki-laki atau perempuan. Namun dua identitas ini tidak bisa mencakup adanya kecenderungan, pilihan, perilaku, dimana hal ini adalah terpisah dari identitas seseorang. Karena itu kecenderungan ataupun aktivitas homosex bukanlah merupakan bawaan dari identitas seseorang.

Dalam wawancara itu pastor Martin menyampaikan sebuah usulan pernyataan alternativ untuk menjelaskan ajaran Gereja mengenai perbuatan homosex; bahwa perbuatan itu bukanlah merupakan penyelewengan, tetapi hanya sebuah perbuatan atau sikap yang berbeda.

Dia mengatakan: Seminggu yang lalu, saya bertemu dengan seorang teolog dari Italia yang mengusulkan istilah ‘penyelewengan besar’ dalam Katekismus untuk dirubah sedemikian rupa agar lebih lunak dan ‘lebih pastoral’.

Pastor Martin juga mengatakan bahwa ada cara-cara yang lebih lunak untuk menerima kaum LGBT itu. Termasuk diantaranya mendorong mereka untuk menjadi lektor, atau mengikuti berbagai perutusan dan pelayanan lainnya. Tetapi disini pastor Martin tidak menjelaskan apakah menerima kaum LGBT untuk berperan serta dalam pelayanan Gereja juga disertai dengan nasihat untuk bertobat dan menolak dosa seperti yang diajarkan oleh Gereja selama ini.

Dia berkata kepada media Religion News Service (RNS) bahwa umat Katolik yang mengidentikkan dirinya dengan LGBT bisa merasa diterima di dalam paroki-paroki yang memiliki ‘pemikiran yang lebih maju’ seperti misalnya di “Out at St. Paul” yang memiliki banyak pendukung LGBT.

Dia tidak menjelaskan ‘pemikiran yang lebih maju’ itu apakah termasuk juga menerima hubungan sex diluar pernikahan, atau mendorong umat Katolik yang memiliki kecenderungan homosex agar hidup secara murni seperti yang diajarkan oleh Gereja.

Out at St. Paul’ adalah sebuah organisasi LGBT di Gereja St.Paulus di New York City. Nama dari kelompok itu serta kegiatannya di dalam ‘Kelompok’ membuktikan betapa ia mendukung orang-orang yang mengalami masalah ‘kecenderungan homosex’ dengan menganjurkan mereka untuk mengikuti kecenderungannya meskipun hal itu bertentangan dengan Ajaran Gereja. Di dalam bukunya  ‘Building A Bridge: How the Catholic Church and the LGBT Community Can Enter into a Relationship of Respect, Compassion, and Sensitivitypastor Martin menganjurkan agar para pemimpin Gereja hendaknya menyebut kaum LGBT dengan istilah seperti yang dikehendaki oleh para LGBT itu sendiri atas diri mereka.

Dengan anjuran ini maka ada kemungkinan (besar) bahwa nantinya akan ada sebutan ‘tuan’ bagi seorang wanita dan sebutan ‘nyonya’ bagi seorang pria, dimana hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Gereja mengenai kepastian jenis kelamin.

Pastor Martin juga meminta agar para pekerja di dalam Gereja tidak disalahkan jika melanggar ajaran Gereja dengan cara mendukung tindakan homosex atau secara terbuka mengakui homosex, karena tuduhan semacam itu akan menyinggung kaum LGBT.

Bulan lalu di dalam Facebook-nya pastor Martin memposting beberapa berita mengenai kejadian di Lexington, bulan April, tentang keterlibatan Uskup John Stowe dalam kelompok LGBT yang bernama New Ways Ministry. Kelompok New Ways Ministry ini telah dilarang oleh Vatikan tetapi justru kelompok itu menyampaikan perhargaan kepada pastor Martin, pada musim gugur barusan.

Dia mengajak diskusi melalui media sosialnya mengenai kehadiran Uskup Stowe dalam sebuah kelompok LGBT.

Menjawab sebuah komentar yang mengatakan bahwa seorang kudus yang telah memperoleh kanonisasi tidaklah perlu dipertanyakan masa lalunya, pastor Martin mengatakan:

Beberapa dari mereka mungkin saja adalah seorang gay. Sekian persen dari umat manusia adalah gay, begitu juga orang-orang kudus itu. Anda mungkin terkejut jika anda telah sampai di Surga dan disambut oleh kaum pria dan wanita dari kelompok LGBT.


BERIKUT INI ADALAH BEBERAPA KUTIPAN DARI AJARAN YESUS KRISTUS YANG HARUS KITA IKUTI:

Kis 20:30  Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.

Katekismus 2357. Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin. Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum jelas sama sekali. Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai penyelewengan besar, tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa "perbuatan homoseksual itu tidak baik" (CDF, Perny. "Persona humana" 8). Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat dibenarkan.

Katekismus 2359. Manusia homoseksual dipanggil untuk hidup murni. Melalui kebajikan pengendalian diri, yang mendidik menuju kemerdekaan batin, mereka dapat dan harus - mungkin juga dengan bantuan persahabatan tanpa pamrih - mendekatkan diri melalui doa dan rahmat sakramental setapak demi setapak, tetapi pasti, menuju kesempurnaan Kristen.

MDM: Perkawinan sejenis adalah dosa berat
Jumat, 16 Maret 2012, jam 22.20

PuteriKu yang terkasih, penderitaan dan sedihnya para pengikutKu yang malang yang harus menyaksikan, dengan tanpa daya, ketika hukum-hukum yang baru yang bertentangan dengan ajaran-ajaranKu diberlakukan, sedang mencapai tingkat yang tak terkirakan besarnya di dunia. 

Anak-anak, bukan saja kamu harus menyaksikan dosa, tetapi kamu juga mengalami bahwa dosa-dosa itu dihadirkan kepadamu dimana kamu dipaksa untuk menerima hal itu sebagai hal yang manusiawi.

Aku mengacu kepada sebuah dosa secara khusus, yaitu perkawinan sejenis, yang dipaksakan untuk diterima sebagai hak asasi yang alami.

Kemudian kamu diminta untuk menerima kejahatan ini sementara dosa ini dibawa kehadapan tahta BapaKu dalam sebuah gereja. Tidaklah cukup bagi orang-orang ini untuk membenarkan perkawinan sejenis didepan hukum, tetapi mereka juga mau memaksa Allah Bapa untuk memberikan berkatNya kepada mereka. Tetapi Dia tak akan memberikan hal ini karena ini adalah dosa berat di mataNya.

Betapa beraninya orang-orang ini berpikir bahwa adalah benar untuk menampilkan perbuatan yang sangat buruk ini didalam Gereja-gereja BapaKu.

……….

Mereka harus sadar bahwa betapapun besarnya mereka berusaha untuk melakukan perkawinan sejenis, mereka tidak berhak untuk menerima Sakramen Perkawinan kudus itu. 

Sebuah Sakramen harus berasal dari Allah. Aturan-aturan untuk menerima Sakramen-sakramen harus berasal dari ajaran-ajaran BapaKu.

Kamu tak bisa memaksa BapaKu, Allah Yang Maha Tinggi, untuk memberikan berkatNya atau memberikan Sakramen-sakramen kudusNya jika hal itu tidak dihormati sebagai mana mestinya. 
Dosa kini dihadirkan di dunia ini sebagai hal yang baik.

….

Kejahatan, bagaimanapun baiknya kamu membungkusnya,  tak bisa berubah menjadi perbuatan baik di mata BapaKu.

BapaKu akan menghukum mereka yang terus memamerkan dosa-dosa mereka dihadapanNya.

Ikutilah peringatan terhadap dosa-dosamu ini, yang terjadi ketika kamu tidak mau mematuhi Allah, dan ia tak bisa dan tak akan diampuni. 
……………………………………………………………………………
Gereja kita kini semakin banyak menerima serangan -- dari luar dan dari dalam. Apa yang akan kita lihat adalah sebuah upaya untuk secara mendasar merubah Gereja Katolik, bahkan dari dalam hirarkinya. Apakah ini bukan "ajaran setan-setan dan pretensi para pendusta" seperti yang diperingatkan oleh St Paulus di saat-saat zaman akhir nanti (1 Timotius 4: 1-2, 2 Timotius 3: 1-5)? Dan jika demikian, tidak perlu lagi membuat kesimpulan yang lain, karena murka Allah pasti akan mengarah kepada mereka yang menindas kebenaran (Roma 1:18). Mungkin itu juga bisa dikatakan terhadap siapapun yang menindas pesan-pesan surgawi yang ada dalam nubuatan ini juga.
……………………………………………………………………………

Why 21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang….

Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment